Tuai Antusias Penonton, Teater Terjal Tampilkan Kisah Intelijen Masa Revolusi Fisik

Penampilan para pemeran saat Pentas Keliling
Dok. Pribadi

Semarang, Dimensi (16/02) – Pentas Keliling bertema “Pecah Kulit Penjara dalam Tanah” yang dipersembahkan  oleh Teater Terjal Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM) telah dilaksanakan pada Selasa (14/02) lalu. Bertempat di Taman Indonesia Kaya, Semarang, acara dimulai sejak pukul 19.00-20.30 WIB dan disambut antusias oleh penonton. Pentas keliling ini diadakan di lima kota yang berbeda, yaitu Yogyakarta, Salatiga, Tuban, Banyumas, dan Semarang.

Ari Agung, selaku Stage Manager, menjelaskan bahwa latar belakang adanya acara ini adalah untuk mengisahkan tokoh Rahmi, seorang intelijen di masa revolusi fisik pada zaman Jepang dan Belanda yang masih menyisakan cerita lokal yang saling bersahutan dengan cerita lain. “Teater Terjal menampilkan cerita kecil zaman revolusi fisik di Yogyakarta dan sekitarnya,” tutur Ari. Ia juga menambahkan bahwa cerita tersebut dikerucutkan dengan membahas kehidupan Rahmi. “Rahmi ini adalah salah satu pejuang intelijen revolusi fisik saat agresi militer II Belanda,” imbuhnya.

Sementara itu, Esa, sebagai aktor di Pentas Keliling merasa bahwa dalam memerankan Rahmi ini bukanlah hal yang mudah. “Pastinya tidak mudah untuk memerankan tokoh tersebut karena beliau ini gila tetapi mempunyai kesadaran penuh atas tugasnya menjaga rahasia,” ungkap Esa. Sedangkan Alfin, pemeran tokoh Cung, menjelaskan bahwa perannya dalam teater ini adalah sebagai teman kecil Rahmi sekaligus tentara Belanda. “Tokoh Cung ini dekat dengan Rahmi ketika kecil dan sebagai saksi bahwa Rahmi adalah intelijen,” ujar Alfin.

Menanggapi teater yang ditampilkan, Bita, salah satu penonton menyampaikan rasa antusiasnya dan mengapresiasi acara tersebut. “Apresiasi untuk semua yang terlibat dalam teater ini karena sudah totalitas dan acaranya sangat menyentuh,” terangnya. Selaras dengan Bita, Egit Andre selaku Ketua Teater Terjal, juga menyampaikan apresiasinya kepada teman-teman yang sudah berkontribusi dalam acara ini. “Saya senang dan berterima kasih karena sudah diapresiasi dan dibantu banyak pihak, penonton yang hadir juga banyak,” jelas Egit.

Vira selaku Bendahara turut menyampaikan bahwa ramainnya pentonton juga didukung oleh lokasi acara yang berada di tengah kota. “Sejauh ini acara yang paling ramai ada di Kota Semarang karena mendapat sponsor tempat dari Taman Indonesia Kaya yang letaknya di tengah kota,” ungkap Vira.

Adanya pementasan ini tidak sekadar menjadi media hiburan, melainkan juga terselip sisi historis yang kisahnya tidak mudah ditemukan dalam sejarah. “Tidak hanya sebagai hiburan, karena Kisah Rahmi ini juga sulit untuk dicari di sejarah,” ucap Esa. Rencana ke depan akan menggabungkan cerita tersebut dalam triologi pada satu pentas besar. “Cerita ini akan diselipkan di cerita Satu Kursi Tiga Penghuni, jadi dapat disatukan dalam pentas besar,” pungkasnya.

(Irfan (Kru Magang))

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *