Mahasiswa Apatis Pengaruhi Partisipasi Pemira

Oleh: Buyung Aji Saputro (Presiden Mahasiswa Polines 2017/2018)

Penyunting: Nisrina dan Asyifa

Mahasiswa dikatakan apatis atau tidak, harus ada dasar atau patokan yang jelas. Seorang mahasiswa yang tidak mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) atau kegiatan di kampus tidak bisa sepenuhnya dikatakan apatis, karena aktifnya mahasiswa itu memiliki kadarnya masing-masing.Jika kadar keaktifan mahasiswa hanya  dinilai dari keikutsertaan dalam UKM, itu tidak bisa sepenuhnya dijadikan acuan karena bisa jadi mereka yang tidak mengikuti UKM, namun mengikuti  organisasi eksternal kampus atau mengikuti karang taruna di kampungnya.

Mengenai mahasiswa Polines yang cenderung apatis dan kurang peduli, dalam hal ini ada dua faktor yang menyebabkan mahasiswa Polines cenderung apatis. Yaitu  sistem dan doktrin. Sistem pembelajaran di Politeknik dengan jadwal yang sangat padat dengan sistem yang lebih ketat daripada Universitas serta adanya tuntutan tugas-tugas yang harus tepat pada waktunya, menjadikan mahasiswa hanya terfokus pada dirinya sendiri. Yang kedua adalah doktrin, mengenai kewajiban seorang mahasiswa untuk fokus dalam belajardan fokus untuk kuliah, menjadi mahasiswa dengan Indeks Prestasi (IP) tinggi yang tugasnya hanya belajar, jarang ada dosen yang menganjurkan untuk aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa. Mereka menganggap masa depan hanya sesederhana nilai dan IP. Padahal seharusnya doktrin harus berkesinambungan dengan sistem dan tidak boleh menyalahi sistem.

Apatisnya mahasiswa Polines bisa juga dilihat dari kurangnya partisipasi mahasiswa dalam Pemilihan Raya (Pemira).Dengan kondisi mahasiswa Polines yang sekarang, bisa diramalkan kemungkinan partisipasi mahasiswa dalam Pemira tahun ini akan menurun, karena hanya ada calon tunggal dan sudah pasti jadi.Mengenai demokrasi, dalam hal ini adalah Pemira tidak bisa disalahkan jikalau hanya ada calon tunggal presiden mahasiswa ataupun calon anggota BPM yang tidak memenuhi kuota. Sebetulnya tidak ada yang patut disalahkan kecuali rakyat itu sendiri, karena demokrasi adalah tentang partisipasi rakyat.  Jika calon presiden mahasiswanya cuma satu, bisa diasumsikan semua rakyat Polines percaya dengan calon yang ada. Karena jika rakyat tidak percaya dengan calon-calon yang maju, akan muncul calon-calon lagi yang dirasa baik, dan kenyataannya  rakyat menerima calon tunggal tersebut.

Banyaknya mahasiswa yang kurang mengetahui dan kurang peduli dengan Pemira tahun ini juga dikarenakan sosialisasi Pemira yang kurang efektif. Seharusnya ketika ada pengumuman Pemirasemua ormawa atau Himpunan Mahasiswa Jurusan ikut mengumumkan, mensosialisikan dalam rangka menegakkan demokrasi. Sehingga tingkat keapatisan mahasiswa terhadap Pemira dapat berkurang.

Telah diterbitkan pada Buletin Cetak Edisi Pemira 2018

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *