Regenerasi Bobrok, Meruntuhkan Demokrasi Polines

Oleh: Dwi Sulistryono

Mahasiswa semester Enam, jurusan Teknik Mesin, Wakil Ketua KPR 2014

 

Seiring dilaksanakannya Pemilihan Raya (Pemira-red) Politeknik Negeri Semarang (Polines-red) 2016, telah mulai tergambar betapa bobroknya regenerasi ormawa yang terjadi saat ini. Pernyataan tersebut dibuktikkan dari jumlah kandidat yang berpartisipasi dalam Pemira sangat minim.  Mulai dari kandidat calon presiden mahasiswa (capresma) dan wakil presiden mahasiswa (cawapresma) yang hanya satu pasang. Disusul dengan kandidat calon Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) jurusan yang belum memenuhi persyaratan kuota minimal sebagaimana regulasi Pemira yang ada. Di Polines, tentu saja banyak mahasiswa yang bertanya-tanya, apakah saya harus memilih pada saat Pemira? Bukankah jika saya tidak memilih pun kandidat tersebut sudah pasti jadi, lalu untuk apa saya memilih? Hal-hal tersebut lah yang mengindikasikan kemunduran demokrasi di Polines.

Saya tahu bahwa Komisi Pemilihan Raya telah bekerja keras, mereka hanya terjebak dalam regulasi yang kurang tegas. Namun sangat ironis, Capresma Wapresma hanya satu pasang, ketika ada pemilihan yang hanya satu calon tapi tetap diikutkan pemira. Dan apabila jumlah yang tidak memilih lebih banyak dari yang memilih calon presma wapresma maka itu tidak ada efeknya. Saya sebagai insan demokrasi mengenal asas  Luberjurdil. Namun saat ini hal tersebut  telah  melanggar salah satu asas keadilan dari mahasiswa polines. Saya  mengutip dari beberapa mahasiswa yang mayoritas mahasiswa jurusan Teknik Mesin bahwa jika kami tidak memilih presma suaranya tidak diperhatikan dan calon tetap menjadi  presma. Berarti tidak ada keadilannya untuk kami. Karena keadilan kami tidak dijembatani dalam demokrasi tersebut. Lalu untuk kebebasan memilih tidak diakui dalam demokrasi Polines ini, karena mau memilih apa lha wong cuma satu calonnya.

Selain itu pemilihan calon BPM, khususnya di jalur jurusan juga sangat memprihatinkan. Disitu sudah jelas dalam Juklak-Juknis bahwa setiap jurusan minimal harus mendelegasikan minimal tiga calon tapi sampai sekarang ini hanya ada dua calon saja. Menurut saya tidak dilakukan Pemira pun tidak masalah toh dari jumlah tersebut calon itu sudah jadi. Dilihat dari segi demokrasi hal ini sudah menjadi sebuah kemunduran. Saya tekankan kepada insan  demokrasi di kampus ini untuk segera merevisi regulasi Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) maupun pendukung-pendukung yang ada. Harus ada sanksi budgeting yang harus ditegaskan  agar calon yang didelegasikan memenuhi persyaratan. Misalkan setiap jurusan yang tidak mendelegasikan calon dari setiap jurusan untuk dipotong budgeting-nya sebesar 50% jadi hal itu akan mengena. Selama ini hal tersebut hanya peringatan jadi tidak terlalu dihiraukan.

Tahun depan saya berharap untuk membuat regulasi tentang pelaksana tugas khususnya presma. Karena dengan melihat kondisi sekarang ini yang hanya satu calon dan sebagian besar mahasiswa tidak menyetujuinya maka Pelaksana Tugas itu lah yang bekerja.

Sebagaimana semboyan yang sering didengungkan “Salam Integritas! Berdedikasi untuk Demokrasi!” oleh para penggiat demokrasi. Apakah ini hanya retorika semata? Tentu tidak! Oleh karena itu, sebagai insan demokrasi saya mendorong perbaikan regulasi mengenai regenerasi ormawa khususnya untuk Pemilihan Raya. Mulai dari pengkajian sanksi regenerasi, pengkajian apabila terjadi calon presma wapresma tunggal.

 

Telah diterbitkan pada Buletin Cetak Edisi Pemira 2016

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

3 Respon

  1. Foksa berkata:

    Salah siapakah ini? Mengapa sampe tdk ada regerasi yg jelas utk kepemimpinan kbm kedepan’y? Apa peran regenarasi dari tiap” ormawa, hmj, maupun bso skalipun? Lalu bagaimana peran mahasiswa sbgai agent of change masa kini?

  2. Dyon berkata:

    Sebenarnya tidak menyalahkan, ini sekadar saran bagi generasi berikutnya untuk benar-benar serius memperbaiki regulasi pemira melalui Kongres Mahasiswa maupun sidang juklak juknis. Disitulah nasib demokrasi Polines dipertaruhkan. Ini “PR” sesungguhnya untuk para pembawa suara mahasiswa khususnya BPM.

  3. Jule berkata:

    Aku kok jadi ga mudeng demokrasi itu apa ya?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *