Festrada: Terobosan Baru Tugas Mahasiswa Tingkat Akhir

Potret siaran langsung acara Festrada pada Sabtu kemarin (11/7)
Dok. Pribadi

Polines, Dimensi (13/07) – Mahasiswa tingkat akhir Politeknik Negeri Semarang (Polines) Jurusan Administrasi Bisnis, program studi D3-Administrasi Bisnis dapat melaksanakan uji Tugas Akhir (TA) dengan beberapa pilihan, diantaranya: analisis suatu masalah, deskriptif, dan project event. Dengan bekal pilihan tersebut, Festival Tradisi Budaya (Frestada) muncul sebagai terobosan ide baru yang dikemas dalam proyek event TA, diketuai oleh Mufti Rosyid bersama dua rekannya yaitu Alfandy Ilham dan Edo Handika.

Festrada sendiri merupakan inovasi project event TA dalam bentuk serangkaian acara bertema kebudayaan yang belum pernah ada sebelumnya. “Untuk talkshow yang bertajuk budaya saya rasa baru kali ini, soalnya dari mahasiswa tingkat akhir yang mengambil TA project event rata-rata hanya acara seminar dan itu pun tidak mengulik tentang budaya,” ujar Mufti selaku Ketua Pelaksana Festrada. Ia menambahkan bahwa tema kebudayaan ini juga sebagai pengingat anak-anak muda agar senantiasa dapat menjunjung tinggi dan tetap melestarikan kebudayaan Indonesia yang sudah ada. Selain itu, Alfandy selaku salah satu anggota tim juga menilai bahwa banyak milenial yang telah berbalik haluan mengikuti budaya barat. “Milenial banyak yang lebih menyukai budaya modern seperti rap dan musik barat,” tambah Fandy.

Rangkaian Acara Festrada

Serangkaian acara Festrada kali ini terdiri dari tiga jenis acara. Dibuka dengan sebuah perlombaan koreografi pencak silat dari berbagai daerah di Indonesia, kemudian diikuti talkshow budaya dan ditutup dengan kemasan paling sosialis, yaitu acara Festrada Berbagi untuk para pekerja seni yang terdampak Covid-19 di Semarang dan sekitarnya. “Untuk event ini memang sebenarnya harus ada tiga unsur yaitu lomba, pameran dan seminar atau talkshow,” tambah Fandy.

Mengenai perlombaan koreografi pencak silat, pendaftarannya dibuka sejak Jumat (12/06) sampai Senin (29/06) lalu. Dengan memanfaatkan kinerja work from home, maka perlombaan dilakukan secara daring. “Lomba pencak silatnya dilakukan secara virtual koreografis melalui sebuah video,” tambah Fandy. Berlanjut sampai tahap penjurian tepatnya Rabu (8/07) lalu dan menuju tahap pengumuman yang dibarengi dengan penyelenggaraan talkshow pada Sabtu (11/07).

Untuk talkshow budaya kali ini mengangkat tema “Memayu Hayuning Budaya Nusantara” yang mempunyai makna bahwa budaya berdampingan erat dengan manusia. Pasalnya, Mufti mengungkapkan bahwa dengan acara ini diharapkan generasi muda dapat melestarikan serta memperindah kebudayaan dengan kreativitas dan inovasi tanpa menghilangkan jati diri dari budaya itu sendiri.

Acara dilakukan secara virtual melalui platform media sosial Google Meet dengan mendatangkan dua pembicara yakni Prie GS selaku budayawan dan Daniel Hakiki selaku Sekretaris Dewan Keseinan Semarang (DEKASE). Talkshow ini mampu membuat para audience merasa tertarik untuk menilik kembali arti sebuah kebudayaan. “Acaranya bagus, dapat memberi ruang kepada mahasiswa untuk lebih tertarik di bidang kebudayaan, serta menambah literasi bagi mahasiswa lain. Yang paling terkesan adalah mengemas topik yang berat ini dengan packaging yang cukup ringan,” ungkap Vicki Nurul Mubarokah, salah satu penanya Talkshow Terbaik dari acara tersebut.

Acara yang terakhir dari serangkaian acara Festrada yaitu Festrada Berbagi. Dengan kinerja 3 orang inti dibantu oleh 10 orang volunteer, mereka melakukan aksi berupa open donasi yang nantinya akan disalurkan kepada para seniman jalanan yang membutuhkan. “Terkait Festrada berbagi ini baru mau merekap hasil donasi untuk para seniman jalanan yang kita temui dan Minggu depan kami langsung melaksanakan Festrada Berbagi,” tambah Mufti.

Harapan Lebih Lanjut

Festrada yang erat kaitannya dengan kebudayaan dan jati diri ini diharapkan dapat terus menumbuhkan rasa mencintai dan melestarikan budaya Indonesia. “Harapannya juga Festrada ini tidak hanya berhenti di sebuah kelompok TA saja. Pengennya ke depan kalau ada rezeki dan bisa digelutin menjadi suatu pekerjaan serta diteruskan menjadi sebuh agenda tahunan,” tambah Fandy. Selain itu, Vicki juga mengungkapkan bahwa benar jika topik semacam ini perlu adanya keberlanjutan acara. “Webinar dengan topik semacam ini memang harus punya panggung-pnggungnya dan harapannya semoga acara ini tetap ada keberlanjutan serta makin banyak peminatnya,” tambah Vicki.
(Amanda Oktaviani)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai