Polemik Lahan Kosong PKM Baru

Dipindahkannya Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) ke sebelah Masjid Daarul Hikmah (MDH) di jalan Galang Sewu Raya, Tembalang, Semarang, terus menuai masalah selama tiga tahun terakhir. Di awal kepindahan, alumni kami misalnya, pernah membuang kunci ruangan yang baru sebagai bentuk penolakan untuk pindah ke gedung PKM Baru. Hal ini bukan tanpa sebab, gedung PKM baru dirasa terlalu sempit bagi aktivis organisasi mahasiswa (ormawa) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) yang jumlahnya memang cukup banyak. Semula, gedung PKM terletak di sebelah lapangan hitam, tempatnya luas dan dekat dengan akses ke jalan utama. Luas gedung memudahkan aktivis mahasiswa berkumpul dan berdialog, barangkali hal ini yang menjadi alasan mengapa hingga sekarang PKM lama masih menjadi tempat favorit bagi sebagian aktivis ormawa.

Gedung PKM Baru

Gedung ini memiliki dua lantai dengan model gedung meniru huruf “L”. Ada 20 kamar yang dihuni oleh 15 ormawa yang terdaftar di Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polines. Jumlah total ormawa sebenarnya adalah 22, namun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa dan UKM PLBS memilih untuk tetap tinggal di sekretariatnya di PKM lama. Sedangkan lima ormawa sisanya adalah Himpunan Mahasiswa Jurusan yang memilih bertempat di masing-masing jurusan. Dengan lebar sebesar 4×3 meter, ruang kamar PKM baru dialokasikan bervariasi 1-2 ruang untuk tiap ormawa yang rata-rata memiliki 20-50 orang anggota. Meskipun pada kenyataannya, dari keseluruhan total tersebut pengurus ormawa yang memiliki mobilisasi paling tinggi untuk keluar masuk gedung sekitar 20 orang.

Halaman Kosong Jadi Halaman Parkir

Jika di gedung PKM lama, aktivis memiliki ruangan yang cukup besar untuk berkumpul dan berdialog atau melaksanakan suata acara, apakah mereka bisa menjumpainya di gedung PKM baru?

Ya, mereka bisa menemukannya di antara gedung MDH dan gedung PKM baru dimana terdapat sebuah lahan kosong yang kini berubah fungsi menjadi area parkir. Ketika area tersebut dikosongkan, pertunjukan teater atau acara seremonial kecil-kecilan bisa digelar di sana, meskipun dengan diikuti masalah. Seperti yang sempat diberitakan lpmdimensi.com, “Parkir Motor Tumpah ke Jalan, Lalu Lintas Warga Terganggu”

Dalam berita yang dimuat pada Kamis (28/10), dijelaskan bahwa sempat ada protes dari warga yang terganggu karena adanya acara Nonton Bareng di pelataran PKM baru. Kojun Ajizi, warga penghuni jalan Galang Sewu Raya merasa terganggu karena beberapa motor mahasiswa parkir di depan gerbang hingga memenuhi sebagian jalan.

Sejak kapan lahan tersebut berubah fungsi?

Bahrul Huda, Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Polines mengatakan bahwa perubahan fungsi lahan tersebut merupakan masalah klasik yang telah terjadi sejak tahun 2013, turun-menurun hingga kini. Setelah lahan tersebut berubah fungsi, jumlah motor yang parkir di tempat itu semakin banyak. Tak jarang, kami dan teman-teman sesama pengurus ormawa kesulitan baik saat mencari tempat untuk parkir maupun saat akan keluar dari tempat parkir.

Polemik Area Parkir

Noor Ardiansyah, Wakil Direktur II bidang Umum dan Keuangan Polines mengatakan sejak awal penyerahan, gedung beserta pelataran kosong tersebut dititipkan kepada aktivis ormawa untuk kegiatan mahasiswa. “Ya memang sebenarnya tempat itu bukan untuk lahan parkir,” jelasnya ketika saya temui pada Jumat (9/11) di ruangannya. Dalam daftar Barang Milik Negara, seperti yang diucapkan Ardiansyah, lahan beserta gedung PKM baru tercatat sebagai fasilitas kampus yang digunakan untuk kegiatan organisasi mahasiswa. Jika pada kenyataannya area pelataran berubah fungsi menjadi lahan parkir, meskipun kampus beresiko terkena sanksi, namun institusi dapat beralasan bahwa pelataran tersebut digunakan hanya sebagai parkir oleh para pengurus ormawa, bukan mahasiswa Polines secara umum. Ario Adhiguna, Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) ketika ditemui pada Kamis (08/10) petang menegaskan perihal fungsi lahan tersebut.

“Tempat ini diberikan Polines untuk warga PKM, yang selanjutnya dikelola oleh BEM. Dibuat untuk entah itu kegiatan dan lain sebagainya,”

“Selanjutnya mendekati angkatan mas Sindung (masa awal kepemimpinan Presma 2014/2015-red) mulai ga jelas karena buka tutup terus akhirnya banyak motor-motor masuk, semakin semrawut,” ucapnya menambahkan. Sempat memang, ada kebijakan menutup gerbang gedung PKM baru mulai pukul 06.00 hingga 12.00 WIB guna menghindari adanya mahasiswa yang bukan pengurus ormawa parkir di pelataran PKM baru. Namun, kebijakan tersebut tidak bertahan lama. Ketika gerbang ditutup, banyak motor yang justru parkir di depan gerbang hingga menutup sebagian badan jalan. Lalu lintas di jalan Galang Sewu Raya menjadi terganggu.

“Dalam kenyataannya kita butuh tempat parkir maka dari itu pelataran digunakan sebagai tempat parkir sementara namun tidak menutup kemungkinan tempat itu bisa digunakan untuk kegiatan,” lanjut Aryo. Polines sendiri menyediakan tiga lahan yang bisa digunakan untuk parkir yaitu Parkir Elektro, Parkir Mesin, dan Parkir Tata Niaga. Lokasinya cukup jauh dengan gedung PKM baru sehingga menyebabkan aktivis mahasiswa memarkir kendaraannya di pelataran PKM baru.

Beberapa aktivis ormawa sempat mencurigai adanya mahasiswa bukan pengurus ormawa yang menaruh sepeda motornya di pelataran PKM baru. Seringkali kami menjumpai pintu gerbang pelataran gedung PKM baru dipasangi papan yang bertuliskan bahwa lahan tersebut hanya boleh digunakan parkir oleh aktivis ormawa. Meskipun dalam kenyataannya, cukup susah membedakan mana sepeda motor pengurus ormawa dan mana yang bukan. Terkait hal ini, Bahrul Huda menjelaskan adanya wacana pemasangan stiker pada sepeda motor. Nantinya stiker tersebut yang akan membedakan motor yang boleh parkir di pelataran PKM dengan sepeda motor yang tidak boleh parkir.

Lahan parkir Tata Niaga terbukti tidak lagi mampu menjangkau seluruh pengguna motor yang ada di sana yang terdiri dari mahasiswa serta dosen dari tiga jurusan; Teknik Sipil, Akuntansi, dan Administrasi Bisnis. Sehingga muncul kebijakan untuk menambah lagi lahan parkir Tata Niaga tahun depan. Di jurusan Teknik Mesin, kabarnya tempat parkir juga semakin sempit. Meskipun menurut Ario, ia sendiri tidak dapat menyalahkan jumlah pengguna motor di Polines yang tiap tahun meningkat. Jika pada akhirnya, lahan kosong yang semula dititipkan untuk kegiatan mahasiswa ini berakhir sebagai lahan parkir, maka berkurang kembali ruang publik yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk kegiatan lain. [Aziiz dan Intan]

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. zeze berkata:

    If you wish for to obtain much from this piece of writing then you have
    to apply such strategies to your won website.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *