Doom Spending: Fenomena Belanja Impulsif di Tengah Ketidakpastian Perekonomian Global

Sumber: Pinterest

Akhir-akhir ini muncul istilah baru Doom Spending yang tengah populer di media sosial terutama di kalangan anak muda khususnya Gen Z. Istilah tersebut mengacu pada fenomena yang timbul ketika seseorang merasa pesimis terhadap masa depan dan perekonomiannya sehingga membelanjakan hartanya secara impulsif untuk melindungi dirinya dari pikiran-pikiran buruk. Lantas mengapa fenomena tersebut dapat terjadi?

Mengutip Euro News, fenomena ini terjadi ketika orang membelanjakan atau menggunakan uangnya untuk hal-hal yang bersifat tersier seakan hidupnya tidak berorientasi ke masa depan. Misalnya, berupa traveling, berbelanja makanan yang harganya tidak sesuai dengan pemasukan, hingga memutuskan untuk membeli barang-barang yang tidak begitu dibutuhkan dibanding menabungnya untuk kebutuhan yang sifatnya lebih urgent. Pengidap fenomena ini seringkali menganggap bahwa menabung merupakan hal yang sia-sia karena mereka merasa jalan perekonomiannya tidak akan berjalan lancar. Singkatnya, mereka menerapkan prinsip untuk hidup lebih baik di masa sekarang. Sementara itu, berdasarkan informasi dari Psychology Today, Bruce Y Lee, Profesor Kebijakan dan Manajemen Kesehatan City University of New York, menjelaskan istilah Doom Spending terjadi ketika seseorang merasa tertekan oleh situasi seperti kekacauan politik di Amerika Serikat, kekacauan iklim di mana-mana, dan sebagainya. Akibatnya, seseorang cenderung berperilaku konsumtif untuk mengatasi stresnya.

Pengeluaran yang sangat besar tidak hanya berdampak pada kondisi emosional, tetapi juga menyebabkan tekanan finansial yang besar. Banyak dari golongan Gen Z yang terjebak dalam perilaku konsumtif sehingga menyebabkan meningkatnya utang dan kesulitan menabung. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Katadata Insight Center (KIC), 49% Gen Z Indonesia mengaku kesulitan menabung secara konsisten. Selain itu, kemudahan akses kredit digital melalui layanan pembayaran selanjutnya, seperti yang ditawarkan GoPay dan OVO, semakin mendorong mereka untuk melakukan pembelian, apapun kemampuan finansialnya. Kondisi keuangan yang tidak berkelanjutan semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat literasi keuangan Gen Z. Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022 menunjukkan indeks literasi keuangan di Indonesia hanya 49,68 persen. Artinya hampir separuh penduduk Indonesia, termasuk Generasi Z, belum memiliki pemahaman yang baik tentang cara mengelola keuangan dengan baik dan bijak.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk mengatasi Doom Spending:

  1. Buat anggaran dan tetapkan skala prioritas

Dimulai dengan membuat anggaran bulanan dan menempatkan prioritas. Menyisihkan uang untuk ditabung sebelum dibelanjakan dapat menjaga keuangan tetap terkendali.

  1. Hindari pembelian emosional

Cobalah untuk berpikir sebelum berbelanja sesuatu untuk menentukan apakah pembelian tersebut benar-benar layak dilakukan.

  1. Gunakan aplikasi pengelolaan keuangan

Terdapat banyak aplikasi pengelolaan keuangan untuk memantau dan membantu dalam pengelolaan pengeluaran sehingga dapat berguna untuk menghemat uang.

  1. Meningkatkan literasi keuangan

Meningkatkan minat literasi keuangan merupakan langkah penting dalam menghindari pengeluaran berlebihan.

Perubahan kecil dalam perilaku belanja dapat membuat perbedaan besar dalam kesehatan finansial dalam jangka panjang. Oleh karenanya, Gen Z di Indonesia harus mampu mengelola keuangannya dengan lebih baik sekaligus mengetahui jenis pengeluaran yang didapatkan. Tak hanya Gen Z, semua golongan usia juga wajib mengetahui mengenai dampak penggunaan anggaran pribadi. 

(Salma)

Sumber referensi:

kompas.com

liputan6.com

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *