Memoar Festival: Mengingat Kembali Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Polines, Dimensi (29/09) – Sosial dan Politik (Sospol) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Diponegoro (Undip) bersama dengan Maring Institut dan Aksi Kamisan Semarang sukses mengadakan Memoar Festival yang telah diadakan pada Senin (23/09) hingga Sabtu (28/09) lalu. Festival ini mengangkat tema “Smarana Kala” yang memiliki arti mengingat akan kasus-kasus Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Memoar Festival memiliki serangkaian acara yang menarik, seperti bazar buku, pameran, teater, monolog puisi, hingga diskusi.
Anisa Paramita selaku Ketua Pelaksana Memoar Festival menjelaskan tujuan diadakan festival ini tidak hanya untuk mengingat kasus HAM tetapi juga sebagai bentuk tekanan kepada pemerintah. “Selain untuk mengingat kasus HAM di Indonesia, tujuan lainnya diadakannya acara ini adalah mengingatkan pemerintah sebagai bentuk tekanan kepada pemerintah agar semakin banyak orang paham dan mengerti tentang isu pelanggaran HAM, sehingga pemerintah tidak berani sewenang-wenang terkait HAM kedepannya,” jelas Anisa.
Pada serangkaian acara diskusi, Sospol BEM Undip bekerja sama dengan Maring Institut, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, dan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mendatangkan Suciwati yang merupakan seorang aktivis HAM, serta istri dari Munir Said Thalib. Selain itu, antusiasme mahasiswa umum pada bazar buku yang diadakan oleh Maring Institut dalam Memoar Festival juga sangat tinggi. “Di awal sebenarnya agak khawatir dengan lokasinya tapi ternyata banyak pengunjung dan antusiasme nya tinggi,” jelas Fathul Munif selaku pendiri Maring Institut. Tema buku yang diperjualkan oleh Maring Institut dalam Memoar Festival mencakup banyak tema buku tetapi beberapa buku tentunya dikhususkan untuk memperingati September Hitam, seperti buku terbitan Ultimus, Basabasi hingga Marjin Kiri. Maring Institut memiliki konsen pada isu literasi, sehingga Fathul berharap dengan adanya acara ini, masyarakat dapat lebih meningkatkan minat baca nya. “Tingkat minat membaca masyarakat kita masih tergolong rendah dibanding dengan negara lain, jadi harus diperbaiki dan kami ingin mencoba berkontribusi karena kami memiliki konsen di isu literasi,” jelas Fathul.
Dengan berakhirnya acara ini, Anisa berharap agar pengunjung yang datang dapat mendapatkan manfaat dari Memoar Festival. “Semoga pengunjung mendapatkan kebermanfaatan dari acara ini mulai dari diskusi, pameran, dan bazar,” pungkasnya. Ia menambahkan agar mahasiswa Undip dapat lebih menyemarakkan program-program yang berkaitan dengan HAM. “Semoga teman-teman Undip bisa lebih semarak untuk mengikuti program-program yang berkaitan dengan HAM dan pelanggaran HAM karena setiap tahun September Hitam kita gaungkan,” pungkasnya.
(Tanesya)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam