Kasus Korona: Momentum Penguatan Kerjasama Dunia

Ilustrator: Uqi

Oleh: Habibah Auni (Mahasiswa Universitas Gajah Mada)

Dunia sudah memasuki era globalisasi. Seluruh negara saling berlomba-lomba untuk menjadi yang terhandal di sektor apapun. Agenda negara di seluruh dunia, diprioritaskan untuk berkiblat kepada pembangunan. Mulai dari infrastruktur, manufaktur, teknologi, dan lain sebagainya. Sudah menjadi keyakinan para pemimpin negara bahwasanya kecakapan sumber daya bakal menentukan kemandirian suatu bangsa. Maka dari itu, Indonesia lapang dada menerima efek dari globalisasi.

Globalisasi sendiri mengisyaratkan suatu hal. Fenomena ini memberikan banyak kemudahan untuk warga Indonesia. Segala sesuatu yang diinginkan bisa digapai begitu cepatnya. Namun ibarat ada rotan, ada duri, globalisasi ternyata tidak semanis seperti yang terlihat.

Maraknya globalisasi malah mempermudah terjadinya pandemi. Contoh nyata yang dapat kita raba adalah kasus korona yang heboh belakangan ini. Awalnya, virus korona hanya menyerang China dan statusnya masih dinyatakan “moderat”. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, status wabah terus berubah. Menjadi “tinggi” di “level regional” hingga akhirnya “tinggi” di “level global” (Republika, 2020).

Naas, perubahan status wabah korona oleh World Health Organization (WHO) terlihat sangat terlambat. Virus korona sudah terlanjur ada di 23 negara. Virus ini sudah menyerang 7.711 penyintas dan mengakibatkan 170 orang meninggal dunia. Terdapat penambahan infeksi virus korona hingga melebihi 2.000 kasus dalam sehari, yang pada 2 Februari terhitung telah mendekati 12 ribu kasus di seluruh dunia. Negara-negara seperti India, Australia, Jepang, Korea Selatan, Jerman, Prancis, dan Uni Eropa sudah kadung ketakutan atas situasi ini.

Eskalasi kasus korona yang begitu cepat menadakan bahwa dunia harus segera bertindak dengan proaktif dan terkoordinasi. Menurut Kelman, musibah global seperti korona sudah sewajarnya harus diatasi secara kolektif oleh seluruh negara (Herningtyas, 2014). Karena jika isu kesehatan ini tidak segera ditangani, keamanan suatu negara dan warganya akan kacau.

Keamanan kesehatan bukan hal yang remeh-temeh, sebab sektor ini bisa berdampak terhadap stabilitas ketahanan nasional. Terlebih lagi, ekonomi negara dan global dipengaruhi kesehatan masyarakat. Banyaknya masyarakat yang terkena penyakit, tentu membebani pengeluaran negara di sektor kesehatan. Turunnya jumlah masyarakat yang bekerja juga bakal merugikan dinamika ekonomi negara. Maka dari itu, isu kesehatan global menjadi perhatian dunia internasional.

Patut diingat kalau masalah kesehatan bukanlah perkara yang mudah untuk diselesaikan. Permasalahan kesehatan sangat kompleks, dengan aspek sosial, politk, ekonomi, dan kesehatan yang saling bertautan. Apalagi, yang dipusingkan dari kasus korona tidak hanya satu negara, melainkan 23 negara. Rumitnya penanggulangan penyakit ini, menuntut penyelesaian yang menonjolkan kerja sama antar negara secara solid.

Indonesia seharusnya bangga atas prestasinya dalam penanganan bencana penyakit. Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tercatat melakukan langkah yang tepat dalam menuntaskan kasus flu burung.
Mengetahui penyakit flu burung semakin mengancam masyarakat, pemerintahan kala itu menetapkan status flu burung menjadi kejadian luar biasa nasional (Liputan6, 2005). Penetapan ini dirasa rasional, mengingat kasus penularan flu burung terhadap manusia yang terus meningkat. Berdasarkan data yang dikutip dari jurnal “Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis, Pencegahan, dan Penyebaran pada Manusia”, terdapat 241 kasus infeksi pada tahun 2006 (Radji, 2006). Jumlah ini sedikit melonjak dari tahun 2003 yang mana ada 186 kasus penularan.

Selain itu, pemerintahan SBY juga menganggarkan dana nasional untuk pemusnahan unggas yang terinfeksi virus flu burung. Kekurangan uang tidak menghambat pemerintah dalam memberantas flu burung. Malahan SBY mengajak masyarakat internasional untuk membantu Indonesia. Presiden SBY terekam pernah mengemukakan himbauan ini dalam konperensi wakil-wakil PBB (VOA, 2006).

Pemerintahan Indonesia sekarang, agaknya menemui hambatan dalam menghadapi kasus korona. Sebagaimana yang kita tahu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan mandat untuk mengevakuasi WNI dari wilayah yang terkena virus korona di China. Perintah ini ditolak oleh warga Natuna yang wilayahnya dijadikan lokasi karantina WNI. Hal itu dikarenakan warga khawatir atas penyebaran virus korona di wilayah mereka.

Pemecahan kasus korona yang dilakukan pemerintah bisa kita lihat masih prematur. Namun, kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pemerintah, sebab belum terbitnya panduan koordinasi global mengenai cara mencegah dan menanggulangi wabah virus korona. Negara-negara luar terlampau percaya diri bahwa mereka bisa menyelesaikan urusannya masing-masing.

Seharusnya, siapapun negaranya, harus mulai menegosiasikan kasus korona dan melahirkan perjanjian-perjanjian internasional yang berhubungan dengan isu ini. Jika belum ada satu pun yang mulai mengambil langkah, Indonesia bisa menjemput bola duluan.
Rezim SBY bisa dijadikan contoh untuk menuntaskan bencana penyakit ini. Kalau saja negeri kita berhasil mencuri langkah pertama, kemungkinan untuk terjalinnya kerja sama antar negara bisa saja terjadi. Poin plusnya, Indonesia bakal memperoleh kekuatan di dunia dalam sektor kesehatan yang belum tentu negara lain bisa dapatkan.

Daftar pustaka:
Herningtyas, R., 2014. Penanggulangan Bencana sebagai Soft Power dalam Diplomasi Indonesia. Jurnal Hubungan Internasional, 3(1), pp. 85-92.
Liputan6, 2005. Flu Burung Dinyatakan Kejadian Luar Biasa. [Online]
Available at: https://m.liputan6.com/news/read/109376/flu-burung-dinyatakan-kejadian-luar-biasa
[Accessed 4 Januari 2020].
Radji, M., 2006. Avian Influenza A (H5N1): Patogenesis, Pencegahan, dan Penyebaran pada Manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian, 3(2), pp. 55-65.
Republika, 2020. Momentum Dunia Harus Bersatu Lawan Virus Corona. [Online]
Available at: https://m.republika.co.id/berita/q54wed318/momentum-dunia-harus-bersatu-lawan-virus-corona
[Accessed 5 Februari 2020].
VOA, 2006. Presiden SBY Himbau Internasional Bantu Indonesia Berantas Flu Burung. [Online]
Available at: https://www.voaindonesia.com/a/a-32-2006-05-19-voa5-85305772/52157.html
[Accessed 4 Februari 2020].

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai