Mawapres : Tulislah Mimpimu dan Berjanjilah untuk Mengejarnya
“Menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) itu tidak harus memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) empat atau selalu juara ini itu, yang penting kita harus berusaha untuk menjadi mahasiswa yang luar biasa,” ucap Ahmad Fajri, Mawapres Politeknik Negeri Semarang.
Pria kelahiran Indramayu, 10 Desember 1996 ini mengaku telah bercita-cita dan menulis impiannya untuk menjadi seorang Mawapres saat ia duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA). Berbagai upaya telah ia lakukan untuk menjadi seorang Mawapres. Mulai dari belajar untuk mendapatkan IPK minimal tiga disetiap semesternya, membuat karya tulis hingga mengikuti berbagai ajang kompetisi baik di Tingkat Nasional maupun Internasional. Selain berusaha dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut, menurutnya ada dua faktor penting lainnya yang harus dilakukan agar usaha tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu berdoa dan bertawakkal.
Fajri merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Ia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana. Namun hal ini tidak mematahkan semangatnya, ia justru semakin termotivasi untuk bangkit dan terus maju mencapai semua impiannya. Fajri selalu menuliskan apa yang ia inginkan dan selalu berjanji untuk mengejarnya. Hingga pada akhirnya dari mimpi-mimpi yang ia tulis, dapat menghantarkannya menjadi salah satu dari 15 finalis Mawapres terbaik Nasional.
Namun, untuk menjadi seorang Mawapres butuh usaha keras yang tidak mudah untuk dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Bahkan ada juga berbagai macam kendala yang harus dilalui Fajri untuk meraih mimpinya tersebut. Sering lembur demi memperbaiki karya tulis, panas-panasan di lapangan untuk wawancara dengan responden, merelakan beberapa kompetisi di tahap final, jatuh sakit karena kurang istirahat hingga masalah dana yang kadang membuat ia harus menyisihkan uang saku hariannya untuk mengikuti lomba.
Apakah dengan berbagai macam kendala yang dilaluinya membuat Fajri terpuruk? Tidak. justru ia akan semakin termotivasi untuk meraih mimpinya tersebut. Namun, jika kondisinya sedang turun, maka ia akan menelepon kedua orang tuanya untuk meminta izin dan doa restu, lalu sesegera mungkin untuk sholat dan membaca Al-Qur’an, kemudian meminta pendapat kepada Dosen Pembimbingnya, Iwan Budiyono yang telah membimbingnya sejak semester dua. Jika keadaan sudah dirasa membaik, maka ia akan menghibur dirinya sendiri dengan cara berjalan-jalan, membeli es krim atau menonton film.
Menjadi seorang Mawapres bukanlah satu-satunya mimpi Fajri. Masih ada mimpi-mimpi lain yang ia miliki dan ia tulis untuk saat ini, beberapa diantaranya adalah memiliki gelar Ph.D dan melanjutkan pendidikan di luar negeri. “Kalau lulus dari Polines, insyaAllah saya lanjut untuk Master saya di M.Phil Finance di London School of Economic, M.Sc Islamic Finance di Durham University, dan Ph.D yang saya targetkan tahun 2022 insyaAllah di Durham University. Mohon doanya ya,” jelasnya.
Fajri, mahasiswa tingkat tiga Program Studi Analis Keuangan Polines ini berpesan, “Beranilah bermimpi, kemudian berjanjilah untuk mengejarnya dan lakukanlah usaha terbaik untuk mencapainya. Ingat sebuah hasil tidak akan mengingkari sebuah proses. Let’s Move!”
Diliput dan ditulis oleh:
Nida (Cakru-Magang)
inspiratif sekali .
semngat fajri !