Sesuk: Bayang-Bayang Kegelapan di Balik Senyum

sumber: gramedia.com

Judul: Sesuk

Pengarang:  Tere Liye

Genre:  Menegangkan

Penerbit:  Sabak Grip

Tahun terbit:  22 Agustus 2024

Tebal Buku:  327-329 Halaman

ISBN:  9786239987886

“Dia bisa kemana pun dia mau, tidak bisa dikurung.Dia bisa pergi kapan pun dia ingin pergi, tidak ada pintu, dinding, yang bisa menahannya. Jangan dibicarakan, jangan dibahas, jangan diganggu. Maka mereka tidak akan menganggu kita.”

Novel “Sesuk” merupakan karya seorang penulis yang dikenal dengan nama pena Tere Liye. Novel ini mengangkat sudut pandang seorang anak berusia 12 tahun yang merupakan anak sulung dari satu keluarga. Bagian awal buku ini menceritakan kisah anak berusia 12 tahun bernama Gadis yang memiliki 2 adik laki-laki bernama Ragil dan Bagus. Keluarga kecil yang berisikan 5 anggota keluarga ini bertempat tinggal di perkotaan yang padat penduduk, Ibu dan Ayah Gadis selalu sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, hingga Gadis yang berusia 12 tahun ini mulai terbiasa mandiri dalam menghadapi semuanya seperti  mengurus kedua adiknya. Suatu ketika, Ayah Gadis memutuskan untuk mengajak keluarga mereka pindah ke suatu rumah yang berlokasi di lereng perbukitan daerah pedesaan, hal tersebut tidak pernah terpikirkan oleh Gadis sebelumnya. Kedua orang tua Gadis memilih untuk pindah dari rumah tersebut karena terdapat kejadian yang membuat mereka terpukul akan keadaan tesebut, karena Ragil adik Gadis terjatuh dari tangga lantai dua rumah mereka yang menyebabkan trauma terutama Ibu Gadis. Tidak hanya itu, alasan mereka pindah karena kedua orang tua mereka ingin vakum terhadap pekerjaanya dan fokus pada keluarga mereka, terutama Ibu Gadis yang notabene merupakan pemain film di Kota tersebut.

Setelah pindah ke rumah besar di lereng perbukitan, kehidupan Gadis dan keluarga mulai berjalan damai, Ibu sama sekali tidak memegang gawainya dan sibuk memasak serta mengurus kedua adik Gadis, serta Ayah yang sibuk mendekor Rumah baru agar terlihat rapi dan nyaman dihuni serta dipandang. Sayangnya, kehidupan damai itu hanya bertahan sebentar, Ayah dan Ibu Gadis tidak bisa bertahan lama tanpa dunia pekerjaanya, Ayah yang lebih sering berkunjung ke kota untuk menemui teman kerjanya serta Ibu yang lebih memilih bermain peran kembali setalah vakum yang tidak bertahan lama. Gadis pun kembali diselimuti sepi dan mengerjakan segala pekerjaan rumah sendiri mulai dari merawat adiknya hingga memasak untuk lauk mereka bertiga. Di sisi lain, Gadis merupakan anak yang mandiri, tegar, dan mudah menyembunyikan perasaanya sendiri, hal ini yang mebuat Gadis tidak pernah mengeluarkan amarahnya sedikit pun kepada siapa saja, dia juga mudah beradaptasi dengan masyarakat yang ada di pedesaan tersebut.

Hingga pada suatu hari, Bagus adik Gadis sedang bermain di taman rumahnya, Gadis yang tengah menyetrika tumpukan pakaian mereka bertiga pun sembari mengawasi Bagus yang sedang asyik bermain. Tak disangka kelengahan Gadis berujung petaka, Bagus hilang dari jangkauan Gadis, yang membuat Gadis diambang kekhawatiran serta kecemasan. Sepanjang pencarian, ia hanya bisa berdoa agar tidak terjadi apa-apa pada Bagus adiknya. Di samping itu, para warga mengira Bagus diculik oleh sosok misterius. Selang beberapa hari, Bagus akhirnya ditemukan tetapi dengan sifat yang berbeda. Dalam alur film ini, hadir sosok dokter yang kerap dipanggil Sesuk. Beliau merupakan psikolog yang didatangkan oleh Ibu Gadis untuk menyembuhkan Bagus. Tapi keanehan- keanehan masih saja terjadi. Para pembaca akan dibuat bingung apa yang sebenarnya terjadi oleh keluarga ini. Hingga suatu saat kita akan tahu siapa sebenarnya dokter sesuk dan dibalik kejadian ini semua.

Di dalam Novel ini masih terdapat beberapa kekurangan, seperti pada akhir cerita terlalu tergesa-gesa dalam menamatkan alurnya dan kurang sesuai dengan awal cerita yang telah dibangun. Terdapat juga tempo cerita yang lambat dan berkutik di latar itu saja sehingga pembaca jenuh untuk melanjutkan bacaannya. Terlepas dari hal tersebut, pesan yang disampaikan sangat mendalam, terutama bagi peran orang tua. Dalam hal ini, orang tua harus bisa berkomitmen untuk selalu ada dan memberikan kasih sayang terhadap anaknya, serta memberikan waktu luang untuk anaknya. Meskipun seorang anak sudah terbiasa mandiri, tetapi peran orang tua harus tetap ada dalam mengawasi segala kegiatan anaknya, terutama umur yang menginjak masa remaja. Kita juga harus selalu peduli dengan diri sendiri maupun orang lain serta dapat menurunkan ego masing masing.

(Ellysheba)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *