Panggung Rakyat: Suarakan HAM yang Terbungkam

Pertunjukkan Teater Oleh Komunitas Seni Polines (KoNSeP)
Dok, Adrian

Polines, Dimensi (27/09) – Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Semarang (Polines) menggelar Panggung Rakyat sebagai mimbar bebas untuk menyuarakan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang masih belum sepenuhnya dituntaskan. Bertempat di Gedung Kuliah Terpadu lantai 1 pada Kamis (26/09) kemarin, acara ini telah dilaksanakan mulai pukul 18.45–21.30 WIB. Acara ini merupakan program kerja dari Kementerian Koordinator Relasi Pergerakan BEM Polines dan berkolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Komunitas Seni Polines (Konsep) hingga mahasiswa umum.  Acara yang mengusung tema “September Hitam: Harmoni Luka dan Harapan” tersebut  menghadirkan live music, puisi, talkshow, hingga teater. 

Terinspirasi dari kampus dan komunitas lain, Angelika Tsalsabilla selaku Ketua Pelaksana menyampaikan bahwa dinamika politeknik yang rendah peminat di Polines menjadikan Panggung Rakyat sebagai bentuk inovasi untuk menarik mahasiswa Polines melek politik. “Lahirlah Panggung Rakyat dengan teater sebagai pembahasan politik dan forum pencerdasan seperti talkshow,” ujar Angelika. Tak hanya itu, Ardian selaku koordinator acara menyatakan tujuan acara tersebut sebagai pengingat mengenai tragedi kelam yang terjadi di bulan september. “Dengan mengangkat tema ini, bertujuan mengingatkan bahwa pelanggaran HAM di Indonesia masih belum terselesaikan dengan baik,” ungkap Ardian.

Penggabungan seni dan politik dipilih untuk mensukseskan acara ini agar pesan dapat tersampaikan lebih mudah. “Seni, terutama musik yang keseharian sering didengar dan teater lebih mengena serta berkesan,” ungkap Angelika. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme peserta yang mendaftar dalam acara tersebut. “Kurang lebih 200-an termasuk delegasi tiap kementrian BEM dan ormawa,” jelas Angelika. “Pendaftaran di Google Form sudah mencapai 177 peserta dari target awal 150, tidak hanya mahasiswa Polines, tetapi juga dibuka untuk umum,” tutur Ardian. 

Terkait berjalannya puncak acara yang diisi oleh penampilan teater, memakan waktu latihan selama satu bulan meski terpaksa dipadatkan menjadi dua minggu akibat kesibukan anggota hingga adanya penundaan kuliah. Dengan tema peringatan Hak Asasi Manusia (HAM) sesuai permintaan BEM, Resdiana Anggraeni, selaku sutradara teater sekaligus penulis naskah mengaku kesulitan mengikuti isu terkini. “Saya kurang mengikuti berita akhir-akhir ini, jadi saya mengambil isu internal Polines dengan menambah sedikit isu nasional agar tetap sesuai dengan tema yang dibawakan BEM,” terang Resdiana. Terlepas dari adanya kendala tersebut, 6 aktor yang terlibat teater dapat menyampaikan pesan yang ingin diangkat.

Terakhir, Panggung Rakyat merupakan bentuk inovasi baru dalam menyuarakan aspirasi dan panitia mengharapkan agar mahasiswa dapat sadar politik. “Diharapkan tambah melek soal politik mengingat di Polines sangat minim yang melek politik,”ujar Ardian. Tak hanya itu, dengan adanya panggung rakyat diharapkan mahasiswa dapat mengawal isu-isu yang ada baik nasional maupun internal Polines. “Agar peserta melek demokrasi hingga dapat mengawal isu nasional maupun internal dan berani menyuarakan suara mereka,” pungkas Angelika.

(Dwi)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *