Krisis Kuota Nomor ISBN Akibatkan Macetnya Peredaran Terbitan Berkualitas
Pernahkah Sahabat Dims mengetahui tentang bagaimana cara suatu karya tulis berupa buku dapat diidentifikasi meski terdapat beberapa judul karya yang sama? Dalam mengidentifikasi isi dari judul karya tersebut, maka dikeluarkanlah ISBN (International Standar Book Number) atau Nomor Buku Standar Internasional yang terdiri dari 13 digit pada bagian bawah sampul belakang. ISBN dikeluarkan oleh Badan Internasional ISBN di London dan dikelola oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) untuk penerbitan buku yang akan beredar di Indonesia.
Setiap negara memiliki kuota ISBN sebanyak 1 juta nomor dalam kurun waktu satu dekade atau 10 tahun. Namun pada tahun 2018 hingga 2023, Perpusnas telah mengeluarkan kurang lebih 730 ribu nomor buku. Sehingga, saat ini hanya tersisa sekitar 270 ribu nomor ISBN di Indonesia. Kesadaran akan peristiwa ini berawal dari ISBN Indonesia yang mendapat teguran dari ISBN London pada tahun 2023 silam. Indonesia dinilai terlalu banyak mengeluarkan seri number untuk buku sehingga Perpusnas memutuskan untuk membatasi pengeluaran nomor buku tersebut.
Lunturnya Kepentingan ISBN
Penomoran tersebut memiliki banyak fungsi, di antaranya yaitu sebagai identitas buku, menambah jumlah penulis yang menerbitkan buku, memperlancar penyebaran buku, dan sarana promosi bagi penulis. Syarat untuk mengajukan permohonan ISBN tidak banyak, sehingga mudah bagi para penulis untuk mengajukan permohonan kembali. Salah satu faktor dari krisis ISBN adalah kurangnya kesadaran penulis terhadap fungsi dan penggunaan ISBN yang justru dijadikan sarana promosi. Isi buku yang menggunakan ISBN lebih tepat digunakan untuk buku non-fiktif khususnya yang bersifat informatif. Namun, buku yang banyak beredar saat ini lebih mengacu ke buku fiktif seperti buku tentang entertain, novel tentang percintaan, dan antologi puisi. Selain buku fiktif, juga terdapat buku non-fiktif yang bersifat informatif yang telah memiliki ISBN tetapi tidak diedarkan karena penulis hanya ingin memenuhi kriteria kebutuhan jenjang karir tanpa memikirkan dampak yang terjadi di masa depan.
Satu Karya Bernomor ISBN Ganda
Kurang tegasnya proses seleksi dari Perpusnas tentang isi buku yang akan diterbitkan juga menjadi alasan krisisnya ISBN di Indonesia. Contohnya, terdapat kasus penyalahgunaan jatah ISBN oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Seperti mengubah judul atau draft yang sudah diajukan nomor ISBN, sehingga harus mengajukan nomor ISBN kembali. Seperti yang dilansir dari kompasiana.com, Perpusnas selaku penerbit nomor buku telah memberikan solusi untuk masalah tersebut, yaitu dengan meminta penulis mengirimkan draft final buku tanpa watermark guna mengantisipasi perubahan draft.
Dampak dari krisis ISBN ini dapat dirasakan bagi penulis buku edukatif di Indonesia karena karya tersebut harus mengantre terbit yang terhalang oleh jumlah ISBN yang tersisa. Upaya inisiasi yang tepat bagi penulis dan pihak Perpusnas adalah untuk lebih memperhatikan isi buku yang akan diajukan permohonan ISBN. Sehingga nantinya, buku dengan ISBN dapat lebih berguna untuk masyarakat Indonesia serta kuota ISBN yang terkendali dapat digunakan selama 1 dekade.
(Dhia)
Sumber referensi:
perpusnas.go.id
penerbitdeepublish.com
tirto.id
kompasiana.com
identitasunhas.com
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam