Mengenal Monkeypox: Cacar yang Bersifat Zoonosis

Sumber: pikiranrakyat.com

Merebahnya penyakit cacar monyet atau Monkeypox kian menjadi perhatian para ahli kesehatan dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Monkeypox Virus (MPXV) yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus bagian dari keluarga Poxviridae dan menular melalui binatang atau zoonosis. World Health Organization (WHO) mencatat bahwa kasus cacar monyet meningkat dua kali lipat sejak Inggris melaporkan pertama kali adanya kasus tersebut pada (07/05) lalu. Dilansir dari laman CNBC Indonesia, sudah lebih dari 550 kasus cacar monyet yang dilaporkan dari 30 negara di seluruh dunia. Lalu, apa saja fakta di balik penyakit cacar monyet? Yuk, simak informasi berikut ini!

Berbeda dengan Penyakit Cacar Biasa

Cacar monyet disebabkan oleh virus Monkeypox. Cacar monyet dapat menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening atau limfadenopati, sedangkan cacar biasa tidak. Keduanya memang memiliki gejala yang mirip, akan tetapi gejala pada cacar ini lebih ringan dibandingkan cacar biasa.

Gejala Cacar Monyet

Biasanya, orang yang terinfeksi akan mengalami gejala seperti demam, merasa letih atau lemas, sakit kepala, nyeri otot, serta terdapat pembengkakan kelenjar getah bening yang ditandai dengan benjolan pada ketiak atau leher. Gejala awal tersebut dapat berlangsung selama 1-3 hari atau lebih. Setelah itu, akan muncul ruam bintik berisi cairan di wajah dan menyebar ke bagian tubuh lain, seperti lengan atau tungkai.

Penyebaran dan Penularan Lebih Lambat

Virus ini awalnya menular ke manusia melalui cakaran atau gigitan hewan, seperti tupai, monyet, dan tikus yang terinfeksi virus Monkeypox. Namun, penularan juga dapat terjadi ketika melakukan kontak fisik dengan air liur, cairan bintil, darah dari hewan yang terinfeksi, hingga benda yang terkontaminasi oleh virus. Hanya saja, menurut WHO pada cacar ini penularannya jauh lebih lambat dibanding cacar biasa.

Rentan bagi Orang Berimun Rendah

Cacar monyet dapat menyerang manusia di semua rentang usia. Dilihat dari kasus cacar monyet di Afrika, sebagian terjadi pada anak-anak berumur 9-15 tahun. Akan tetapi, penyakit ini mudah menginfeksi seseorang dengan kekebalan imun yang rendah atau defisiensi. Bahkan, cacar ini dapat menyebabkan kematian karena menimbulkan komplikasi seperti infeksi paru.

Pencegahan dan Pengobatan

Sejauh ini, belum ditemukan pengobatan khusus untuk penyakit tersebut. Kendati demikian, guna mencegah penyebaran cacar monyet yang semakin tinggi, WHO menyarankan agar masyarakat senantiasa meningkatkan kekebalan imun, menghindari kontak dengan mamalia seperti hewan pengerat, marsupial, primata non-manusia yang sedang sakit, memeriksakan diri bagi yang terpapar, serta segera melakukan isolasi jika sudah terinfeksi.

Itulah beberapa fakta mengenai penyakit cacar monyet. Meskipun di Indonesia belum ditemukan adanya kasus terkonfirmasi atas penyakit tersebut, Sahabat Dims sebaiknya tetap waspada dan menjaga kesehatan agar tidak terpapar. Ingat ya Sahabat Dims, mencegah lebih baik daripada mengobati!

(Rahma)

Sumber:

alodokter.com

cnbcindonesia.com

sehatnegeriku.kemkes.go.id

kompas.com

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *