Mengenal Tradisi Apitan Masyarakat Demak

Sumber: jatimnow.com

Tahukah Sahabat Dims mengenai tradisi Apitan? Tradisi ini merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Demak setiap satu tahun sekali pada awal bulan Muharram sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki yang telah diberikan.

Tradisi Apitan sendiri diyakini berasal dari Wali Songo sekitar 500 tahun yang lalu agar dakwah yang diberikan mudah diterima oleh masyarakat yang pada saat itu beragama Hindu. Nama Apitan diambil dari nama bulan Apit yang merupakan nama bulan dalam penanggalan Jawa sebelum bulan Besar. Tradisi Apitan memiliki makna bahwa manusia tercipta dari tanah yang merupakan unsur bumi, kemudian hidup di atas bumi dan mengonsumsi segala hal yang dihasilkan oleh bumi, kelak manusia pun akan mati dan kembali ke bumi.

Tradisi Apitan biasanya digelar di tempat yang dianggap sakral oleh masyarakat seperti balai desa, pendopo, masjid, dan makam. Dalam melakukan tradisi tersebut, masyarakat akan membawa makanan atau hasil bumi yang telah diolah menjadi beragam hidangan dan disajikan pada saat acara dimulai yaitu dari pagi hingga malam hari. Mulanya masyarakat akan melakukan ziarah ke makam leluhur, prosesi ini menggambarkan bahwa masyarakat percaya akan ajaran nenek moyang yang telah ada sejak dahulu sebelum mereka dilahirkan. Kemudian acara dilanjutkan dengan berkumpulnya seluruh masyarakat di balai desa yang bertujuan untuk membangun kerukunan dan kebersamaan antar warga.

Pada acara berkumpul tersebut, masyarakat akan makan bersama dari hasil panen yang dibawa oleh masing-masing kepala keluarga ke balai desa. Setelah itu, acara akan dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh seorang Kiai dengan diiringi oleh lantunan sholawat dan tilawah Al-Quran serta diselingi dengan doa berbahasa jawa. Selain itu, pada puncak acara tersebut terdapat pertunjukkan kesenian berupa wayang kulit dan ketoprak yang mengisahkan gambaran tentang dakwah Islam di tanah Jawa.

Sahabat Dims, tradisi Apitan tidak hanya mengajarkan masyarakat untuk bergotong royong tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan sosial bagi masyarakat, yaitu nilai regius, toleransi, cinta damai, solidaritas, dan peduli terhadap lingkungan. Sebagai generasi muda hendaklah kita wajib mencintai budaya bangsa agar tetap terjaga dan terus melestarikannya.

(Lucyana)

Sumber:

banyuasinkab.go.id

indramayukab.go.id

www.kompas.com

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *