Parade Semarang Menggugat: Refleksi ”September Hitam” Sebagai Bentuk Perjuangan HAM
Semarang, Dimensi (01/10) – Badan Eksekutif Mahasiswa Semarang Raya (BEM SERA) menggelar aksi simbolik sebagai puncak acara “Parade Semarang Menggugat” pada Sabtu (30/09) lalu. Dimulai sejak pukul 16.00 WIB, aksi diawali dengan konvoi memutari Tugu Muda menuju depan Wisma Perdamaian Kota Semarang. Dalam aksi ini, turut diisi dengan orasi, pembacaan puisi, pembagian selebaran kepada masyarakat, dan ditutup dengan pernyataan sikap dari Aliansi BEM SERA. Tak hanya itu, aksi yang bertujuan untuk refleksi serta penyadaran kepada masyarakat mengenai problematika di Indonesia juga turut diikuti oleh mahasiswa dari beberapa Perguruan Tinggi di Semarang, Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) dan pihak lainnya.
Fuad Dhiyaulhaq selaku Koordinator Lapangan (Korlap) menuturkan bahwa aksi ini sebagai agenda untuk refleksi dan merawat kepekaan terhadap problematika yang terjadi di bulan September, salah satunya terkait pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). “Di September ini dari tahun ke tahun banyak terjadi pelanggaran HAM oleh negara, hal ini yang harus kita perjuangkan,” tuturnya. Tidak sampai disitu, Fuad menambahkan dalam aksi ini terdapat 3 tujuan untuk disuarakan yaitu aksi refleksi, aksi pencerdasan, dan aksi media. “Aksi refleksi untuk penyadaran terkait pelanggaran HAM yang pernah terjadi, aksi pencerdasan dilakukan dengan pembagian selebaran kajian kasus yang pernah terjadi dan aksi media bertujuan untuk penyebaran informasi,” tambahnya.
Sejalan dengan Fuad, Ansol Boy mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo menjelaskan bahwa aksi “September Hitam” ini bertujuan untuk memperjuangkan kasus pelanggaran HAM. ”Mundur beberapa tahun kebelakang, ada kasus Munir, Marsinah dan teman-teman lain yang dirampas hak asasinya,” ungkapnya. Bukan hanya kasus masa lalu, ia menambahkan kasus perampasan hak asasi masyarakat oleh negara juga masih terjadi. “Negara telah merampas hak asasi masyarakat, seperti di Wadas, Dieng, Kendang dengan dalih pembangunan, ekonomi, pemberdayaan budaya, dan masih banyak lagi,” tambahnya.
Mahasiswa merasa bahwa masyarakat butuh diperjuangkan hak asasi nya, salah satunya Adhellia Dara mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNNES). Ia menyampaikan bahwa alasan keikutsertaannya dalam aksi ini karena merasa iba terhadap masyarakat yang tertindas. ”Masyarakat membutuhkan kita sebagai satu bangsa, karena masih banyak orang yang lupa bahwa mereka juga butuh diperjuangkan hak asasi nya,” sampainya.
Dengan adanya aksi dari puncak acara “Parade Semarang Menggugat” ini, Ansol berharap pemerintah bisa menyelesaikan berbagai kasus yang terjadi di sepanjang Bulan September. “Agar pemerintah mengingat bahwa masih banyak problematika yang harus diselesaikan,” harapannya. Di sisi lain, Fuad berpesan kepada setiap kampus agar mahasiswa melek terhadap isu yang terjadi di sekitar. “Setiap kampus harus terus menggelorakan aksi-aksi dimanapun dan menggandeng masyarakat karena buruh tani dan mahasiswa adalah satu kesatuan,” pungkasnya.
(Irfan)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam