Menyusuri Indahnya Pasir Putih Pantai Papuma
Pukul lima pagi, dengan terkejut saya terbangun dari tidur yang nyenyak, karena dibangunkan oleh teman saya dengan penuh semangatnya. Hari ini, kami sudah berencana pergi mengunjungi Pantai Pasir Putih Malikan atau yang lebih kerap disebut Pantai Papuma. Pantai yang terkenal dengan pasirnya nan putih dan laut nan biru ini, terletak di sebelah selatan Kabupaten Jember, tepatnya di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan.
Setelah menyiapkan keperluan untuk berwisata, setengah enam pagi kami berangkat dari rumah dengan mengendarai sepeda motor. Jarak rumah kami yang berada di daerah Kebonsari ke pantai ini cukup jauh, kurang lebih satu jam dengan kecepatan standar alias santai.
Di tengah perjalanan, kami mampir ke Warung Pecel Wonk Jenewa. Ya, Jenewa, jauh bukan? Pecel Wonk Jenewa sudah sangat terkenal di Kota Jember. Dengan cukup merogoh kocek sebesar Rp9.500, satu porsi nasi pecel dapat memanjakan mulut. Dalam seporsi nasi pecel ini, terdapat sajian nasi pecel yang dipadupadankan dengan tempe goreng, telur ayam, rempeyek, dan tak lupa kerupuk.
Selepas membayar dua bungkus nasi pecel, perjalanan dilanjutkan. Ternyata jalan yang kami tempuh terhalang oleh kabut yang cukup tebal. Tak hanya itu, banyaknya warga sekitar yang mulai beraktivitas, dan lubang jalan aspal membuat kami harus lebih berhati-hati. Beberapa kali motor yang ditunggangi menghantam lubang yang cukup dalam, membuat perut terasa sakit karena hantaman tersebut.
Tak lama kemudian, sampailah kami di kawasan pantai. Untuk memasuki pantai, kita dapat menggunakan dua jalur. Jalur yang pertama dengan melewati area sawah dan perkebunan, hingga sampai pada plang yang bertuliskan “Selamat Datang”. Jika melalui jalur ini, kita tidak dipungut biaya masuk. Sedangkan, jalur yang kedua melewati area Pantai Watu Ulo. Untuk jalur kedua ini, dikenakan tarif Rp15.000 untuk dua orang. Selanjutnya, di pintu masuk Pantai Papuma, kita akan dikenakan tarif Rp25.000 per orang dan Rp5.000 untuk parkir kendaraan. Tarif akhir pekan dengan hari biasa berbeda, untuk hari biasa hanya dikenakan tarif Rp20.000 saja per orang.
Untuk mencapai pantainya, kita harus melewati sebuah bukit. Pemandangan di atas bukit ini sungguh menakjubkan, dari atas terlihat pantai yang indah dari ujung ke ujung. Titik ini bisa dijadikan sebagai spot berfoto ria. Akan tetapi, di atas bukit ini banyak sekali monyet yang berkeliaran dan seringkali berbuat usil. Para pengunjung pun diberi peringatan agar tidak memberi makan para monyet tersebut.
Setelah perjalanan melewati bukit, hamparan pantai yang indah dengan banyaknya perahu yang tertata rapi di bibirnya menyambut kedatangan kami. Kami berkeliling mencari tempat yang landai agar bisa menggelar tikar untuk alas duduk. Kami pun menyantap nasi pecel sembari melihat ke sekeliling. Terlihat banyak wisatawan lokal yang tengah menikmati pesona pantai ini. Kebanyakan dari mereka adalah rombongan keluarga. Namun, tak sedikit pula rombongan remaja yang terlihat asik berfoto ria.
Pantai Papuma merupakan pantai yang memiliki banyak karang layaknya pantai-pantai lain di selatan Pulau Jawa. Pantai ini menghadap ke timur dan ke selatan. Bagian pantai yang langsung menghadap ke arah selatan, memiliki ombak yang cukup besar. Di sepanjang pantai ini, pengunjung dilarang untuk mandi laut, karena dikhawatirkan akan tergulung ombak. Di ujung sana terlihat tebing tinggi yang langsung berhadapan dengan laut, seperti suasana di dalam film.
Berjalan menyusuri bibir pantai, sambil menikmati hangatnya sinar matahari sangat menyenangkan. Suara deburan ombak, ditambah sepoi angin yang menerpa, membuat tubuh menjadi lebih segar. Masih dalam satu kawasan, hanya perlu bergeser sedikit mengikuti jalan, akan terlihat pantai yang tidak kalah bagus.
Hari beranjak siang, pengunjung semakin ramai. Kami yang sudah cukup lama berada di sini, akhirnya memutuskan untuk pulang. Pada saat perjalanan pulang, ternyata kami melewati pantai yang lebih memukau, pemandangannya pun sangat mendukung untuk dijadikan spot foto. Mungkin ini pertanda bahwa kami harus ke sini lagi.
Enggar Diptya/Jember
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam