Beragam Tradisi Semarakan Hari Raya Kurban di Indonesia
Polines, Dimensi (20/07) –Hari Raya Idul Adha atau yang kerap disebut Hari Raya Kurban merupakan momen yang tepat bagi umat muslim untuk berbagi. Peringatan setiap tanggal 10 Dzulhijah ini, tentunya selalu dinantikan oleh umat muslim. Dalam menyemarakan momen yang identik dengan penyembelihan hewan kurban, ternyata tak sedikit tradisi yang masih melekat di berbagai daerah di Indonesia.
Tradisi yang dilakukan di setiap daerah berbeda dan memiliki keunikan masing- masing. Seperti halnya Tradisi Kumpul Nyate di Kota Lamongan, Jawa Timur. Tradisi Kumpul Nyate ialah kegiatan mengumpulkan daging kurban yang dimiliki oleh setiap keluarga di lingkup Rukun Tetangga (RT) untuk diolah menjadi hidangan sate. Dwi Nur Yanti, seorang warga Lamongan mengungkapkan bahwa tradisi ini dapat memupuk rasa kebersamaan antar tetangga. “Kita mengumpulkan daging kurban, kemudian mengolah, dan menikmatinya bersama dengan tujuan menjaga hubungan baik antar tetangga,” ungkapnya.
Beralih ke Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Demak, umat Islam merayakan Idul Adha dengan Tradisi Grebeg Besar. Tradisi ini diawali dengan ziarah ke makam Sunan Kalijaga, yang dimulai dari tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah, kemudian digelar pasar malam pada malam Idhul Adha. Annisa Kusuma, salah satu warga Demak, menuturkan bahwa tradisi yang satu ini sangat ditunggu masyarakat. “Grebeg Besar itu seperti upacara ritual masyarakat Demak yang dilakukan saat Idul Adha saja, jadi ini merupakan hal yang kami tunggu-tunggu,” tutur Annisa.
Masih di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, memiliki tradisi menyucikan hewan kurban. Tradisi ini dilangsungkan sebelum hewan disembelih, yaitu dengan cara memandikannya, kemudian menghiasnya menggunakan kalung dari bunga. Setelah itu, tubuh hewan kurban akan dibalut dengan kain lawon atau kain putih. Hal ini bertujuan untuk menghormati hewan yang akan dikurbankan. Salah satu warga Kaliwungu, Masrikah, mengatakan bahwa tradisi ini bertujuan agar ibadah kurban diterima. “Dengan mempercantik hewan kurban yang diibaratkan sebagai jenazah, dipercaya ibadah kurban akan diterima Allah SWT,” ujar Masrikah.
Lain halnya dengan Tradisi Meugang di Kota Serambi Mekkah, Aceh. Kegiatan selama dua hari sebelum perayaan Hari Raya Idul Adha ini, merupakan waktu berkumpul bersama keluarga setelah 11 bulan mencari nafkah. Menurut Nurul, salah satu warga Aceh, Tradisi Meugang ialah momen untuk mendekatkan diri dengan sanak keluarga. “Dalam Meugang ini, kita menikmati waktu bersama keluarga agar lebih dekat,” ucapnya.
Tak kalah menarik di bagian timur Pulau Sumatera, terdapat Tradisi Nganggung di Bangka Belitung. Nganggung merupakan kegiatan makan bersama antar warga, dengan menggunakan nampan khas Bangka Belitung. Menurut Muhammad Arsyi, salah satu warga Bangka Belitung mengatakan bahwa Tradisi Nganggung ini hampir sama seperti Tradisi Kenduri. “Jika pada Tradisi Kenduri biaya ditanggung oleh masing-masing warga, sedangkan pada Tradisi Nganggung, biaya ditanggung bersama,” ujarnya.
Tradisi unik Idul Adha di berbagai daerah di Indonesia yang masih dilakukan hingga kini, pastinya memiliki makna tersendiri bagi setiap daerahnya. Budaya daerah ini sudah semestinya dijaga agar tidak hilang di telan waktu. Dengan adanya tradisi unik di tiap daerah, tentunya dapat menambah semarak perayaan hari raya bukan? Selamat Hari Raya Idhul Adha!
(Quini, Reitha)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam