Kidung Paramadita, Finalis Puteri Indonesia 2018 : Aktif di Berbagai Kegiatan Sosial
Kidung Paramadita atau kerap disapa Kidung merupakan salah satu Finalis Puteri Indonesia 2018 asal Kendal yang mempunyai sikap sosial yang tinggi. Salah satu wujud dari sikap sosialnya yaitu tergabung dalam komunitas mengajar anak jalanan di Semarang yang bernama Satoe Atap Semarang. Kegiatan yang dilakukan setiap sore hari di kawasan Semarang itu sudah ditekuninya selama 10 tahun.
Berawal dari latar belakang dan kecintaannya terhadap dunia pendidikan, perempuan kelahiran Kendal, 21 September 1993 ini akhirnya mendirikan suatu komunitas mengajar bernama Banyu Aksara. Banyu berarti air dan aksara berarti tulisan/ilmu. Komunitas yang didirikan pada tahun 2016 ini berfokus pada pendidikan non formal untuk anak. Kidung mengungkapkan bahwa komunitas Banyu Aksara yang didirikannya pernah mendapat dukungan dari pemerintah dengan melakukan kolaborasi. Namun, untuk pendanaan sekolah murni dilakukannya sendiri. Tak hanya itu, pada 2018 sampai dengan 2020 dia pun mengaku pernah mengajar di daerah Papua. “Dulu juga pernah mengajar di Papua dari 2018 sampai 2020, kurang lebih hampir dua tahun aku di sana,” jelas Kidung.
Awalnya, kegiatan yang dilakukannya kurang mendapat persetujuan dari kedua orang tua yang berprofesi sebagai guru formal. Namun, Kidung tidak menganggap hal tersebut sebagai penolakan melainkan sebagai rintangan sehingga ia tetap melakukan kegiatannya dan membuktikan bahwa apa yang ia lakukan tidak selamanya berdampak buruk bagi dirinya sendiri. Kidung juga mempunyai prinsip walaupun sesuatu yang dijalankan tidak sesuai dengan pemikiran orang-orang terdekatnya, yang terpenting tidak merugikan orang lain. Kidung tidak memiliki rencana yang pasti, intinya kehidupannya mengalir saja dan semuanya berjalan baik. Melihat kegigihan sang anak, akhirnya orang tua Kidung mendukung apa yang ia lakukan.
Saat ini, Kidung sendiri memiliki berbagai kesibukan seperti syuting, aktif dalam penggalangan dana untuk korban bencana, dan mengurus usaha pakaian dengan merek Ageman Amongjiwo di Yogyakarta. Bahkan dari brand usaha yang dibuatnya, Kidung menjual masker yang pendapatannya diperuntukkan guna membeli buku bacaan anak. Karena kesibukannya, kini terpaksa kegiatan mengajarnya bersama Satoe Atap Semarang pun harus terhenti sementara. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa di Yogyakarta, ia juga melakukan kegiatan mengajar anak-anak khususnya di Desa Tembi, Yogyakarta. “Awalnya aku ingin istirahat dulu dari kegiatan itu karena di sini aku syuting, terus juga lagi ngurus usahaku. Tapi melihat antusias anak-anak juga, jadi disini aku tetap mengajar. Mungkin Tuhan menyuruhku untuk tetap berbagi,” jelas Kidung. Tak hanya itu, di Desa Tembi, Kidung juga melakukan berbagai kegiatan sosial lainya seperti berkebun, mengajar melukis, dan baca tulis Al-Qur’an.
Kidung juga berharap agar anak-anak jalanan selalu bahagia dan sukses nantinya. “Karena mereka punya hak yang sama untuk bahagia serta mendapat pendidikan yang lebih baik sehingga kedepannya masa depan mereka lebih cerah,” pungkas Kidung.
(Kru Magang : Anissa, Annisa, Faradita)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam