Dialog Kerukunan dan Ngaji Budaya Kenalkan Toleransi pada Generasi Muda

Para pembicara dan tamu undangan berfoto bersama.
Dok. Vidya (Kru magang)

Polines, Dimensi (1/03) – Semakin maraknya aksi intoleransi di kalangan generasi muda berpotensi merenggangkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Aksi ini mampu melunturkan sikap toleransi yang seharusnya dimiliki oleh seluruh umat beragama. Menanggapi permasalahan ini, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Negeri Semarang (Polines) mengadakan acara Dialog Kerukunan dan Ngaji Budaya pada Sabtu (28/02) di Ruang Serba Guna (RSG) Polines. Acara ini turut didukung oleh tim Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas agama dan penganut kepercayaan di Jawa Tengah.

Dalam acara Ngaji Budaya ini, turut menghadirkan 3 pembicara yang telah ahli dibidangnya yakni Prie GS sebagai budayawan, Drs. H. Taslim Syahlan sebagai Ketua FKUB Jawa Tengah, sekaligus Pengajar di Universitas Wahid Hasyim (Unwahas), dan Romo Aloy Budi Poernomo sebagai Rohaniawan Katholik sekaligus Pengajar di Universitas Katholik (Unika) Soegijapranata. Sasaran dari acara Dialog Kerukunan dan Ngaji Budaya ini adalah mahasiswa, dengan tujuan mahasiswa sebagai generasi muda agar mampu menghargai perbedaan serta menggali lebih dalam budaya Indonesia, yakni kerukunan. “Peserta yang mengikuti acara ini yaitu dari internal Polines baik mahasiswa biasa maupun delegasi ormawa di Polines serta delegasi BEM dari universitas-universitas di Semarang,” ujar Anam Rifai selaku ketua pelaksana.

Dialog Kerukunan dan Ngaji Budaya ini merupakan acara perdana yang bertakjub kerukunan lintas agama yang diselenggarakan di Polines. Selain itu, acara ini menjadi salah satu agenda FKUB Jateng untuk melakukan kegiatan safari kampus dengan memberikan pendampingan terhadap mahasiswa mengingat mahasiswa menjadi objek radikalisme oleh kaum yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, kampus menjadi objek vital untuk menangkal aksi tersebut.
Sejalan dengan tujuan, acara Ngaji Budaya mengangkat filosofi tersendiri yakni “Dialog Kerukunan” dan “Ngaji Budaya”. Unsur dialog ini bermakna kerukunan, yakni acara keagamaan atau lintas agama dimana terdapat tokoh-tokoh agama yang memberikan perspektif toleransi dari sudut pandangnya masing-masing, serta sebagai ajang silaturahmi antar lintas kepercayaan yang ada. Sedangkan unsur “Ngaji Budaya” dikarenakan pihak panitia sendiri ingin mengkonkretkan unsur dialog kerukunan dengan budaya di Indonesia, yaitu budaya persatuan, toleransi dan persaudaraan.

Drs. H. Taslim Syahlan menuturkan bahwa puncak dari toleransi adalah tidak adanya saling ejek-mengejek antar sesama manusia. Sedangkan Romo Aloy Budi Poernomo menyampaikan perspektifnya bahwa blusukan dan srawung sebagai sarana penghayatan terjadinya sebuah toleransi antar umat beragama. Sehingga dengan adanya toleransi, akan tercipta kerukunan antar umat beragama yang berakibat pada timbulnya kekuatan besar bagi Negara Indonesia.

Hal yang menjadi daya tarik peserta untuk datang dalam acara Ngaji Budaya kali ini karena mendatangkan pembicara-pembicara yang sudah mumpuni dibidangnya sehingga dapat menambah pengalaman dan pengetahuan. Selain itu, acara seperti ini masih jarang diselenggarakan di kampus-kampus. ”Menurut saya dialog FKUB dan Ngaji Budaya ini sangat berkesan karena temanya sangat menarik bagi saya yang masih sangat awam mengenai toleransi,” ujar Ristika mahasiswa jurusan Akuntansi Polines yang menjadi peserta dalam acara Ngaji Budaya.

Salah satu dari penggiat kegiatan kerukunan antar umat beragama yang bernama Gusdurian bernama Lala mengatakan bahwa ia sangat senang dapat berpartisipasi dalam dialog kerukunan lintas agama ini. Ia berharap acara seperti ini bisa dilanjutkan oleh perguruan tinggi lain sampai antar individu memiliki rasa toleransi dalam benaknya masing-masing. “Dimulai dari hal-hal kecil seperti dialog ini kita akan sedikit demi sedikit dan berproses untuk rukun sesama umat,” ungkap Lala.

Nining dan Rosita (Kru magang)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai