Tuntutan Belum Usai, Aksi Damai Terus Digelorakan

Massa baris berjajar sambil membentangkan Bendera Merah Putih di depan gedung gubernuran. Dok. Dimensi

Bak segerombolan semut yang tak ada habisnya bergotong royong untuk dapat mencari makan, mereka tak akan pernah lelah dan berhenti hingga mendapatkan hasil yang diinginkan. Mungkin itu adalah kalimat yang bisa menggambarkan kobaran semangat Aliansi Semarang Raya yang pada Senin (30/09) mengadakan aksi untuk ketiga kalinya di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah (Jateng). Aksi yang mereka sebut dengan aksi damai kali ini adalah tindak lanjut dari tuntutan aksi sebelumnya yang telah terlaksana pada Selasa (24/09) di depan Gedung Gurbenuran Jateng. Bersamaan dengan hari dilaksanakannya sidang paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), massa aksi di Semarang menuntut pemerintah memberikan hasil yang nyata sesuai dengan aspirasi yang telah diperjuangkan oleh rakyat.

Massa Aksi yang Lebih Sedikit

Sekitar pukul 15.15 WIB, massa mulai mendatangi Gedung DPRD Jateng beriringan dengan mobil pick up dari titik kumpul yaitu di Pleburan, Semarang. Massa aksi didominasi oleh mahasiswa dan terbuka untuk umum. Masyarakat dengan berbagai latar belakang, seperti petani, buruh, pelajar, bahkan anak-anak jalanan juga ikut serta menyuarakan pendapatnya di bawah satu komando atau tujuan yang sama.

Berbeda dengan aksi sebelumnya yang diikuti sekitar 3000 massa, aksi damai hari ini membawa massa lebih sedikit. Aliansi Semarang Raya memprediksi kurang lebih hanya ada 200 massa yang datang. Hal ini disebabkan karena persiapan dan publikasi yang cukup mendadak, sehingga diperkirakan banyak yang tidak bisa ikut karena sudah memiliki jadwal lain. Sebelumnya juga telah dilaksanakan konsolidasi di Universitas Negeri Semarang (Unnes) pada Minggu (29/09), namun sekali lagi dikarenakan publikasi yang mepet, banyak dari mereka yang tidak hadir dan bahkan tidak tahu akan ada aksi lagi.

Massa Menolak Diskusi Terbuka Bersama DPRD Jateng

Aksi damai dibuka oleh koordinator aksi, Tri Atmaja, mahasiswa Universitas Muhamadiyah Semarang (Unimus) yang selanjutnya diisi dengan orasi-orasi yang disampaikan oleh beberapa perwakilan mahasiswa di atas mobil pick up. Tuntutan yang disampaikan hampir sama dengan aksi sebelumnya, hanya saja bertambah beberapa poin yaitu mengenai pemerintah yang harus memberi tindakan tegas kepada aparat yang represif terhadap mahasiswa dan menarik Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk keamanan aksi, karena dianggap TNI akan memiliki fungsi lain yang tidak sesuai dengan tugasnya.

Tri Atmaja mengungkapkan bahwa pada rencana awal, massa hanya akan berorasi di depan gerbang Gedung DPRD Jateng dan dilanjutkan dengan panggung rakyat. Namun melihat situasi dan kondisi yang memungkinkan mereka untuk masuk lebih dalam, menjadikan mereka berani mengambil rencana lain. “Kita tidak memprediksi yang terjadi di lapangan, gerbang terbuka, akhirnya kita masuk. Kita sudah masuk kenapa nggak sekalian masuk aja yang penting tetap damai,” ungkap Tri Atmaja yang ditemui sore itu.

Dengan membawa mobil pick up, massa sedikit demi sedikit menerobos masuk hingga halaman depan gedung sembari meneriakkan orasi mereka. Sebelum massa sampai di depan halaman gedung, dua orang perwakilan dari DPRD telah keluar dan berencana untuk diskusi terbuka dengan massa. Namun, massa menolak karena mereka memegang teguh mosi tidak percaya kepada pemerintah. Massa bertekad hanya akan melakukan aksi tanpa dialog dengan pemerintah satu kata pun. Mereka mengungkapkan tidak ingin kecolongan lagi dan terlena seperti aksi yang sebelumnya.

Penyelenggaraan Panggung Rakyat

Massa menggelar panggung rakyat di depan pintu masuk gedung gubernuran. Dok. Dimensi

Ketika berhasil sampai di halaman depan gedung, massa masih melanjutkan orasinya dan berusaha untuk menjaga tujuan awal tanpa terprovokasi. Aparat kepolisian yang berjaga serta beberapa staff DPRD Jateng pun tidak menghalang-halangi massa dan memberikan mereka ruang terbuka.

Sekitar pukul 18.15 WIB, aksi damai ini telah sampai pada puncaknya yaitu penyelenggaraan panggung rakyat yang bertempat di teras gedung dengan memasang banner besar. Beberapa massa menampilkan adegan-adegan yang menggambarkan kekecewaan mereka terhadap wakil rakyat saat ini, seperti tabur bunga, membacakan puisi, menyanyikan lagu, bermonolog dan orasi dari beberapa perwakilan elemen masyarakat yang membuat orang tersentuh hatinya ketika melihat hal tersebut. Aksi ini kemudian ditutup dengan doa bersama, memanjatkan harapan-harapan semoga negeri ini terus damai dan memegang teguh reformasi yang ada.

“Untuk DPR kita, dewan kita, atau pejabat kita semoga lebih perspektif kerjanya, selama ini mereka merasa benar bicara hukum dan lainnya, tapi perspektif masyarakat tentu harus dilibatkan,” ungkap Niam, mahasiswa Universitas Sultan Agung (Unissula) yang mengutarakan salah satu harapannya. (Amelia)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai