Kuota PKM Bertambah, Polines Jadi Tuan Rumah Monev 2019
Polines, DIMENSI (10/7) – Politeknik Negeri Semarang (Polines) untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah penyelenggaraan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Eksternal 2019 oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Kemenristekdikti) yang dilaksanakan pada hari Senin – Rabu (8-10/7) di Ruang Serba Guna (RSG) Polines. Monev yang dilaksanakan di Polines ini diikuti oleh tujuh Universitas termasuk dengan Polines diantaranya yaitu Politeknik Mangun Wijaya, Farmasi Nusa Putra Semarang, Universitas Stikubank, Stikes Purwodadi, Stikes Husada, Universitas PGRI.
Tujuan diadakannya kegiatan Monev adalah untuk memantau perkembangan dan kesiapan mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menuju Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam penilaian Monev, diantaranya yaitu dampak langsung yang dirasakan terhadap masyarakat, misalnya yang berhubungan dengan hak paten. Kemudian ada juga jenis PKM yang berkaitan dengan jurnal dan juga publikasi media massa. Poin penting untuk penilaian PKM adalah hasil yang dicapai. “Kalau produk yang dihasilkan punya nilai jual tinggi dan dibutuhkan di masyarakat bisa menambah nilai. Di situlah peluang lolos di Pimnas yang bisa menjadi parameter untuk melihat potensi lolos,” ujar Junaidi selaku penanggung jawab Monev.
Peningkatan jumlah proposal PKM yang diajukan tahun ini sebanyak 229 proposal, yang mana 40% diantaranya didominasi oleh mahasiswa jurusan Teknik Elektro. Sedangkan yang lolos pendanaan yaitu sebanyak 33 judul proposal. Bila dibandingkan dengan tahun 2018, maka tahun 2019 mengalami peningkatan sebanyak 11 proposal. “Tahun lalu, ada 22 judul yang didanai oleh kementrian, tapi yang lolos hanya satu ke Pimnas,” ujar Adhy Purnomo selaku Wakil Direktur III Bidang Kemahasiswaan. Sedangkan di tahun ini, target yang ingin dicapai untuk bisa lolos ke tahap Pimnas adalah 3-4 judul proposal.
Rifka Rani Pambudi Utami selaku ketua dari PKM yang berjudul Pioneristik (Lampion Seni Cutteristic Limbah Kertas Motif Nusantara) menjelaskan bahwa persiapan awal menuju Monev salah satunya adalah melakukan survei dan merencanakan judul yang akan diangkat. Dirinya dan tim melakukan survei terhadap limbah kertas. “Di sini kami menggunakan kertas bekas yang nantinya akan kami ubah jadi produk yang lebih memiliki nilai jual tinggi. Kami juga melakukan survei bahan, menjalin relasi seperti tempat fotokopian dan tempat souvenir,” ungkap Rifka. Ia juga berpesan kepada mahasiswa Polines agar jangan pernah takut untuk mencoba mengikuti PKM, karena kesempatan lolos itu pasti ada. “Untuk kemarin yang sudah mengajukan, walaupun gagal, bisa mengajukannya lagi dan bisa melakukan perbaikan. Teruslah berinovasi,” tambah Rifka.
Adhy Purnomo berharap ke depannya mahasiswa dapat meningkatkan lagi jumlah proposal pengajuan PKM. Ia berpendapat bahwa hal ini merupakan salah satu dampak di era industri digital 4.0 yang mana semua serba digital dengan temuan-temuan mahasiswa yang sudah mengarah ke era digital pula. Dengan adanya pengajuan proposal PKM ini, maka sebuah kerja sama bisa terjalin antar jurusan di Polines.
(Berliana, Wahyu)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam