Calon BPM Tak Hadiri Debat, Pemotongan Suara 50% Menanti

Pelaksanaan debat di Kantin Tata Niaga (21/3). Dok. Amel-Kru magang
Polines, Dimensi (21/3) – Debat calon tetap anggota Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) dan pasangan calon (paslon) Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma) yang diselenggarakan pada Kamis (21/3) di Kantin Tata Niaga tengah menjadi sorotan. Pasalnya, debat pertama ini hanya diikuti oleh 6 calon tetap BPM dari total 26 calon. Menurut Petunjuk Teknis (Juknis) Pemira 2019, ketidakhadiran tersebut dapat dikenai sanksi berupa pemotongan suara sebanyak 50% dari total suara.
Dalam Ketetapan KPR No. 001/TAP/KPR/2019 tentang Petunjuk Teknis Pemira 2019 pasal 27 poin C, calon yang tidak mengikuti debat akan dikenai sanksi pemotongan suara 50% dari total suara, kecuali sebelumnya telah mendapat izin dari KPR. Lebih lanjut pada pasal 28 ayat 1, disebutkan apabila calon tetap tidak dapat mengikuti debat kandidat diwajibkan klarifikasi dan izin secara tertulis yang ditujukan kepada Ketua KPR selambat-lambatnya 1 x 24 jam sebelum debat dilaksanakan. Pada ayat 2, KPR akan mengadakan debat susulan jika semua peserta debat kandidat tidak dapat hadir. Lalu pada ayat ketiga ditegaskan, apabila kedua ayat diatas tidak dipatuhi maka akan ada sanksi pemotongan suara sebanyak 50%.
Lalu, apakah 20 calon yang tidak mengikuti debat tersebut akan benar-benar dikenai sanksi pemotongan suara?
Yudhistira Wisnu Bharata selaku Ketua KPR menjelaskan bahwa pihak panitia akan tetap melakukan tindak lanjut bagi calon tetap BPM yang tidak hadir tanpa izin. Sesuai dengan yang tertera pada Juknis Pemira yang telah disebarkan, sanksi akan dikenakan apabila izinnya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dalam Ketetapan KPR No. 008.TAP/KPR/2019 tentang Peraturan dan Mekanisme Kampanye Pemira, KPR juga memberikan sanksi berupa surat pertanggungjawaban yang ditandatangani oleh Wakil Direktur bidang Kemahasiswaan dan Ketua KPR.
Lebih lanjut Yudhistira mengatakan, dirinya telah menerima beberapa izin dikarenakan adanya kepentingan yang tidak bisa ditinggalkan, seperti kegiatan perkuliahan praktikum dan penugasan delegasi di luar kota. Namun, beberapa dari mereka tidak memberikan alasan yang jelas, bahkan sampai tidak bisa dihubungi. “Kita pernah minta jadwal kuliah ke mereka (calon tetap anggota BPM). Meskipun nggak minta izin, tapi kita tahu kalau mereka ada jadwal bengkel atau praktikum,” ungkap Yudhistira.
Melihat kondisi bahwa mayoritas calon tetap BPM berhalangan hadir, maka debat calon tetap BPM yang semula dijadwalkan dua sesi dipangkas menjadi satu sesi. Dalam debat tersebut, KPR mengusung tema yang berbeda. Untuk calon tetap BPM mengenai kemahasiswaan, sedangkan untuk paslon Presma-Wapresma mengenai grand design. Debat kedua paslon Presma-Wapresma berjalan dengan lancar. Melalui debat tersebut, para calon berkesempatan untuk meyakinkan dan memberi gambaran seberapa pantas mereka menduduki posisi penting sebagai Presma-Wapresma di dalam struktur Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polines.
Untuk pemberian sanksi kepada calon yang mangkir debat tidak bisa langsung diputuskan, hal ini dikarenakan debat pada Pemira tahun ini dilakukan dua kali, yaitu di Kantin Tata Niaga (21/3) dan di Kantin Teknik pada Selasa (26/3) mendatang. Calon yang tidak hadir pada debat pertama dapat mengikuti debat yang kedua. Pelaksanaan debat sebanyak dua kali ini diharapkan dapat memberikan keadilan kepada seluruh mahasiswa, baik Jurusan Tata Niaga maupun Teknik.
Di lain sisi, antusiasme mahasiswa dalam mengikuti serangkaian acara Pemira 2019 dirasa kurang. KPR sendiri telah berupaya menginformasikan setiap kegiatan melalui media sosial, pamflet, grup kelas hingga memasuki kelas-kelas khususnya tingkat satu untuk mengenalkan Pemira. Faizal Zuhdi Mubarok, mahasiswa Jurusan Akuntansi, mengatakan hal serupa, “Audience debat justru mayoritas adalah KPR dan P3. Hanya sebagian kecil dari mahasiswa umum, itu pun karena mereka nongkrong di kantin,” ujar Faizal. Selain itu, Rara Annisa, mahasiswa Jurusan Akuntansi, mengungkapkan bahwa pemilihan tempat debat sudah efektif. Dari debat tersebut dia jadi mengenal siapa saja yang mencalonkan diri di Pemira 2019. Meskipun dengan adanya debat belum mampu membuatnya menentukan siapa yang bakal dia pilih, namun ia berharap agar tahun depan akan ada perwakilan kelas untuk memeriahkan acara.
(Amel-Kru magang)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam