LDK di Magelang, Kedisiplinan Maba Masih Dipertanyakan
Polines, DIMENSI (28/8) – Hari pertama Wawasan Almamater dan Orientasi Akademik (WaRNA) Politeknik Negeri Semarang (Polines) tahun 2017 di awali dengan banyaknya mahasiswa baru (maba) yang terlambat. “Saya sendiri yang hitung tadi pagi ada hampir 250 maba yang telat pada hari pertama WaRNA,” ucap Eko Mulyono selaku Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) periode 2017/2018. Keterlambatan maba dihari pertama tersebut menjadi pertanyaan tentang kedisiplinan Maba yang berkaitan dengan efektifitas dari Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) yang tahun ini dilaksanakan di Sekolah Calon Bintara (Secaba) Rindam IV Diponegoro, Magelang.
Seperti yang diungkapkan Aminnullah Ibrahim selaku Ketua Panitia WaRNA 2017, jiwa kedisiplinan maba belum terbentuk kedalam diri mereka masing-masing sehingga masih banyak maba yang terlambat dihari pertama WaRNA. “Jadi disini perlu ditanyakan lagi tentang kedisiplinan Maba dan itu menjadi pertanyaan kita, apalagi hari pertama itu di data terdapat 200 lebih maba yang terlambat,” ungkapnya.
Eko juga manambahkan bahwa efektif tidaknya LDK tahun ini bisa dilihat dari pelaksanaan Pesima dan WaRNA. Dalam pelaksanaan Pesima pun menurutnya maba dinilai kurang disiplin. “Bisa dibilang LDK kurang bagus. Besok kita lihat hari kedua WaRNA, kalau misalnya masih sama dengan hari pertama berarti ada yang salah dengan mabanya, apakah terlalu nyaman disana atau seperti apa kan belum tahu,” tambahnya.
Tidak hanya Eko dan Amin, Komisi IV BPM Tita Nur Rochmah bahkan juga beranggapan bahwa LDK lebih baik dilaksanakan di Polines karena BPM bisa memantau langsung dari Resimen Mahasiswa (Menwa) . “Saya dulu kan jadi panitia WaRNA tapi mobilisasi lebih cepat tahun kemarin. Mungkin kalau disana bagimana tentara mendidik bisa dikatakan bagus, tapi ketegasannya kurang kalau sama anak kuliahan,” ucapnya.
Tidak hanya masalah keterlambatan maba, dihari pertama WaRNA juga terdapat maba yang tidak mengenakan atribut. “Pelanggaran hari ini umumnya itu karena terlambat dan atribut yang kurang lengkap,” ungkap Rizki Sofyannanda selaku penanggungjawab penegak tata tertib (tatib).
Mengenai sanksi dari keterlambatan sendiri, Rizki menjelaskan bahwa tatib menyesuaikan dengan ketentuan dari BPM dengan tidak terdapat hukuman fisik. “Yang terlambat kurang dari 10 menit itu mendapatkan sanksi A, kalau lebih 10 menit masuknya sanksi B, itu lebih rincinya ada peraturan WaRNA 2017. Kami dari penegak tatib juga mengingatkan dan memotivasi maba agar tidak telat,” tambah Rizki. (Nafisah)
Diliput dan ditulis oleh Nafisah
Telah diterbitkan pada buletin edisi WaRNA
Bukan malah mencari siapa yg salah dalam mendidik ldk
Menurut saya mau ldk 5 hari/ 3 hari
Mau di kampus/ di rindam
Itu semua balik ke diri masing masing
Pendidikan disiplin dimulai dari keluarga
Di sekolah/kampus hanya sekedar meningkatkan rasa disiplin tersebut
Jadi ya sadar akan disiplin maupun bela negara dimulai dari niat dalam diri sendiri