Sampah Plastik, Masalah Kita Semua

Ilustrasi Tumpukan Sampah
Sumber: dlh.bulelengkab.go.id

Sampah plastik telah menjadi salah satu permasalahan lingkungan paling serius di dunia, termasuk di Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan sekitar 64 juta ton sampah setiap tahun, dengan plastik menyumbang sekitar 15% dari total tersebut. Namun, hanya sekitar 10 -15% sampah plastik yang berhasil didaur ulang. Sisanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA), dibakar, atau mencemari lingkungan, termasuk perairan seperti sungai dan laut. Sebuah penelitian yang dipimpin oleh Jenna R. Jambeck dari University of Georgia dalam studi berjudul “Plastic Waste Inputs from Land into the Ocean” mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok. Dampaknya sangat nyata. Sebuah studi di Makassar menemukan bahwa 23% dari ikan yang dijual di pasar mengandung mikroplastik di dalam tubuhnya, yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem laut.

Sampah plastik tidak hanya mencemari lingkungan secara fisik, tetapi juga membawa ancaman serius bagi kehidupan laut dan kesehatan manusia. Plastik membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun untuk terurai secara alami. Selama masa itu, limbah ini terus mencemari tanah dan air, bahkan udara jika dibakar. Di lautan, hewan seperti penyu, ikan, dan burung laut sering kali mengira plastik sebagai makanan, yang menyebabkan gangguan pencernaan atau kematian. Lebih dari itu, partikel mikroplastik dapat masuk ke rantai makanan dan pada akhirnya dikonsumsi manusia, membawa potensi risiko kesehatan jangka panjang yang belum sepenuhnya kita pahami.

Kita masih punya harapan jika mau bertindak. Ada banyak langkah praktis yang bisa dilakukan untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dengan membawa tas belanja kain sebagai pengganti kantong plastik, menggunakan botol minum dan alat makan pribadi, serta menghindari produk dengan kemasan sekali pakai. Kita juga bisa memanfaatkan limbah plastik menjadi ecobrick, yaitu botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-organik dan kemudian dapat digunakan sebagai bahan bangunan alternatif yang ramah lingkungan.

Beberapa daerah di Indonesia bahkan telah menunjukkan solusi kreatif dan inspiratif. Di Surabaya, pemerintah meluncurkan program Suroboyo Bus yang menerima botol plastik sebagai alat pembayaran tiket. Di Bali, sampah plastik diolah menjadi bahan bakar minyak alternatif. Selain itu, berbagai komunitas lokal juga mulai bergerak dengan mengolah plastik rumah tangga menjadi ecobrick, yang kemudian digunakan untuk membangun taman baca, kursi taman, dan berbagai fasilitas umum lainnya. Inisiatif-inisiatif ini membuktikan bahwa dengan inovasi, kolaborasi, dan kepedulian, pengelolaan sampah plastik bisa menjadi gerakan positif yang membawa manfaat bagi lingkungan dan masyarakat.

(Tim Riset)

Sumber:

https://www.safetysign.co.id/news/INFOGRAFIS-Hari-Peduli-Sampah-Nasional-2017-Fakta-Sampah-di-Laut-Indonesia

https://indonesiabaik.id/infografis/indonesia-darurat-sampah-plastik

https://pslb3.menlhk.go.id/portal/read/gerakan-pilah-sampah-dari-rumah-resmi-diluncurkan

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *