Memperingati Hari Lingkungan Hidup, BEM KM Unnes Menggelar Diskusi Lingkungan Hidup
Semarang, Dimensi (08/06) – Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (BEM KM UNNES) menggelar acara Diskusi, Panggung Bebas, dan Pameran Kerusakan Lingkungan pada Jumat (07/06) lalu pukul 18.00 WIB. Acara ini mengusung tema “Was-was Bencana Ekologis Jawa Tengah Makin Mengganas” yang bertempat di Pusat Kegiatan Mahasiswa UNNES (PKMU).
Acara ini turut mengundang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, dan Warga Rawa Pening sebagai pembicara. Para pembicara menyampaikan bahwa krisis sosial dan ekologis di Jawa Tengah meningkat, dengan kebakaran hutan di Merbabu dan banjir di jalur Pantura, sementara pemerintah dianggap merampas lahan warga tanpa manfaat balik dan mengabaikan kesejahteraan petani serta ekosistem lokal. Mereka berpendapat bahwa demokrasi yang diharapkan jauh dari kenyataan, dengan sosialisasi tanpa ruang tanya jawab dan pejabat yang menghindar dari tanggung jawab.
Ketua Pelaksana acara ini, Bagus Adji menuturkan, diskusi ini bertujuan untuk membahas cara mengatasi berbagai macam masalah yang ada Jawa Tengah. “Berbagai masalah yang dibahas meliputi tanah, lingkungan, perampasan hak warga, serta isu-isu yang dihadapi petani di Rawa Pening, Kendeng, Punden Rejo, dan Demak yang terancam tenggelam, termasuk konflik dengan Pabrik Gula Pakis,” terangnya.
Terkait dengan jalanya diskusi, Angger Gilang selaku peserta yang berasal dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, mengungkapkan bahwa diskusi yang diselenggarakan memecahkan persoalan yang terjadi. ”Diskusi berjalan efektif ketika menemukan solusi, meskipun terkadang muncul masalah baru yang menjadi PR bersama. Diskusi harus dilakukan dengan matang dan melihat realita yang dihadapi warga,” tuturnya. Angger berpendapat bahwa pemerintah tidak memperhatikan penyebab perubahan iklim. ”Kita sudah berada dalam krisis iklim, bukan lagi sekadar perubahan iklim. Pemerintah tidak memperhatikan penyebab perubahan iklim, seperti pabrik dan tambang yang merusak ruang masyarakat dan lingkungan,” tambahnya
Di akhir, Angger berharap kepada masyarakat, khususnya mahasiswa bisa ikut andil dalam masalah ini. “Harapannya teman teman yang lain juga bisa ikut andil dalam hal ini, karena di samping yang kita lihat ternyata ada masalah besar. Kita juga mahasiswa yang menjadi penyambung lidah rakyat,” ungkapnya.
(Irfan)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam