Disonansi Kognitif: Ketika Pikiran, Perasaan, dan Perilaku Tak Sejalan 

Sumber gambar: hellosehat.com

Apakah Sahabat Dims pernah merasa pikiran, perasaan, dan perilaku tidak sesuai dengan prinsip? Jika Sahabat Dims pernah merasakannya, maka Sahabat Dims mengalami disonansi kognitif. Menurut Festinger (1957), disonansi kognitif adalah kesenjangan yang terjadi antara dua elemen kognitif yang tidak konsisten. Kognitif mengacu pada elemen-elemen yang berhubungan dengan hal-hal yang nyata atau pengalaman sehari-hari seseorang dan hal-hal yang terdapat pada psikologis seseorang. Elemen ini berasal dari bentuk pengetahuan, opini, keyakinan atau perasaan, dan lingkungan seseorang tersebut.

Perilaku disonansi kognitif tidak hadir dengan sendirinya, dikutip dari laman lontar.ui.ac.id, Festinger (1957) menyebutkan terdapat dua situasi umum yang menyebabkan munculnya disonansi, yaitu ketika terjadi peristiwa atau informasi baru dan ketika sebuah opini atau keputusan harus dibuat di mana kognisi dari tindakan yang dilakukan berbeda dengan opini atau pengetahuan yang mengarahkan ke tindakan lain.

Dilansir dari laman hellosehat.com, seseorang biasanya akan menyadari adanya perasaan tidak nyaman saat terjadi ketidakselarasan antara pikiran, perilaku, dan perasaan. Perasaan tidak nyaman ini dapat berupa perasaan cemas, malu, menyesal atau perasaan bersalah sehingga dapat mempengaruhi perilaku, keputusan, sikap, dan kesehatan mental seseorang. Seseorang yang mengalami perilaku disonansi kognitif memiliki ciri-ciri antara lain, yaitu merasakan perasaan cemas saat akan melakukan sesuatu, mencari pembenaran atas tidakan yang diambil, cenderung menyembunyikan tindakan yang telah dilakukan, merasa bersalah atas sesuatu hal yang pernah dilakukan, menghindar dari pembicaraan topik baru yang bertentangan dengan kenyakinan, melakukan sesuatu karena tekanan sosial, dan mengabaikan informasi yang menyebabkan disonansi.

Salah satu contohnya ketika seseorang tahu bahwa merokok dapat merusak kesehatan, tapi seseorang tersebut tetap merokok dengan menganggap bahwa rokok dapat mengurangi stres dan mencegah berat badan bertambah.

Nah, Sahabat Dims untuk mengurai disonansi kognitif ini yang harus dilakukan adalah mengubah keyakinan yang kurang tepat dengan menanamkan mindset baru bahwa sebelumnya adalah salah. Jika Sahabat Dims telah melewati kedua tahap tersebut, maka langkah selanjutnya yaitu harus menyakini bahwa keyakinan, tindakan, serta keputusan yang telah Sahabat Dims ambil adalah benar. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua yang menjadi keyakinan Sahabat Dims akan selalu benar, Sahabat Dims juga perlu untuk melakukan evaluasi diri dan mendiskusikan informasi atau opini dengan teman atau seseorang yang ahli.

(Klara)

Sumber:

hellosehat.com

lontar.ui.ac.id

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *