Waspada, 5 Fakta Dibalik Penularan Varian Omicron

Sumber: kompas.com

Setelah munculnya lonjakan kasus positif Corona Virus Disease 19 (Covid-19) varian Delta atau B.1.617 pada bulan Juli lalu, beberapa bulan kemudian, tepatnya (09/11) muncul varian baru yang diberi nama varian Omicron atau B.1.1.529. Varian ini pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan dan ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) ke dalam varian yang perlu diwaspadai (variant of concern) karena tingkat penularan yang cepat. Sejak diumumkan, varian Omicron langsung menyebar ke berbagai negara, salah satunya Indonesia. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan telah mendeteksi pasien Omicron pertama di Indonesia pada Rabu (15/12).

Lantas, apa saja fakta dibalik varian Omicron yang disebut sebagai variant of concern? Yuk, simak informasi berikut.

Lebih Cepat Menyebar
WHO menyebutkan varian Omicron lebih cepat menular dibandingkan varian virus yang lain. Dilansir dari tirto.id, seorang ahli biologi molekuler di Institute of Molecular Biotechnology di Wina bernama Dr. Ulrich Elling memperkirakan, varian ini mungkin 500 persen lebih menular daripada varian Delta. Selain itu, Omicron juga memiliki lebih dari 30 mutasi yang menyebabkan vaksin Covid-19 kurang efektif dalam membentuk kekebalan tubuh.

Gejala Cukup Berbeda
Dikutip dari Good to Know, dokter sekaligus Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr. Angelique Coetzee memaparkan sejauh ini pasien yang terpapar varian Omicron memiliki gejala yang berbeda dari sebelumnya, yakni sakit tenggorokan ringan, gatal di tenggorokan, tidak batuk, serta tidak kehilangan penciuman atau anosmia.

Dinilai Lebih Ringan
Menilik dari berbagai gejala yang bisa dikategorikan “lebih ringan”, analisis para peneliti menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan penyakit tidak separah varian Delta. Pejabat kesehatan Afrika Selatan menemukan, pasien yang dirawat di rumah sakit akibat terpapar varian Omicron 29 persen lebih sedikit dibandingkan gelombang infeksi varian Delta lalu.

Pengkajian Vaksin Omicron
Meskipun penelitian awal menyebutkan varian Omicron memungkinkan kurang efektifnya vaksin, tetapi para ahli menilai bahwa penelitian lebih lanjut masih sangat diperlukan. Di sisi lain, riset yang dilakukan di Afrika Selatan menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer-BioNTech 70 persen efektif mencegah rawat inap akibat infeksi varian Omicron. Data lain juga menunjukkan vaksin booster dapat meningkatkan antibodi untuk mencegah paparan varian ini. Sementara, para ahli setuju vaksin yang tersedia saat ini masih efektif untuk mencegah keparahan penyakit akibat varian Covid-19 jenis apapun.

Muncul Hoaks Varian Delmicron
Akhir-akhir ini publik dihebohkan dengan berita adanya varian baru Delmicron yang disebutkan sebagai gabungan varian Delta dan Omicron, serta lebih berbahaya. Namun, ahli biologi molekuler menegaskan, Delmicron bukanlah suatu varian baru dari Covid-19. Hingga saat ini, belum ada informasi resmi terkait keberadaan Delmicron ini. WHO pun belum memberi komentar mengenai varian ini.

Setelah melihat fakta dibalik virus Omicron, hingga Selasa (28/12) kemarin, telah ada 47 kasus positif varian Omicron di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalakkan patuh protokol kesehatan dan pengupayaan vaksin booster untuk mencegah lonjakan kasus penyebaran varian ini.

Mari bersama-sama saling menjaga diri agar tetap terhindar dari paparan virus ini. Stay safe dan stay healthy Sahabat Dims!

(Rizky Tania)

Sumber:
kompas.com
tirto.id
cnnindonesia.com

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai