Komunitas Earth Hour: Adakan Aksi Switch Off Serentak di Berbagai Kota dan Negara
Semarang, Dimensi (26/03) – Earth Hour Semarang, sebuah komunitas di bawah naungan World Wide Fund (WWF) yang bergerak di bidang lingkungan hidup, telah menyelenggarakan sebuah acara pada Sabtu (25/03) lalu. Dalam acara tersebut terdapat aksi Switch Off atau pemadaman listrik selama 60 menit dan sebuah talkshow bertema “#RamadhanAsikTanpaPlastik”. Dalam acara ini, Earth Hour turut mengundang perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di berbagai kampus dan beberapa komunitas di Semarang. Dilaksanakan di Rooms Inc DP Mall Semarang sejak pukul 19.30 – 21.50 WIB, acara berlangsung secara serentak di 35 kota di Indonesia dan 190 negara di seluruh dunia. Acara ini bertujuan sebagai bentuk kepedulian terhadap tindakan mengurangi kerusakan lingkungan.
Hal tersebut disampaikan oleh Putri Ayu selaku Ketua Pelaksana, bahwa acara bertujuan untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat. “Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga bumi, salah satunya dengan pemadaman listrik selama 60 menit dan mengurangi penggunaan plastik,” ucapnya. Ayu pun menambahkan bahwa acara ini dilakukan serentak di waktu yang sama di beberapa kota yang berbeda. “Acara ini merupakan agenda tahunan yang dilaksanakan di hari Sabtu-Minggu terakhir bulan Maret, serta serentak sesuai jam di masing-masing kota,” tambahnya.
Sejalan dengan Ayu, Trian Wahyono selaku Koordinator Earth Hour Semarang, mengatakan bahwa komunitas ini sudah tersebar di 35 kota di Indonesia dan 190 negara di seluruh dunia. Selain itu, komunitas ini bukan hanya sekadar melakukan aksi memadamkan listrik saja, tetapi juga banyak aksi lain yang bermanfaat. “Earth Hour bukan hanya di Semarang tetapi sudah tersebar di banyak kota dengan berbagai macam kegiatan lain yang bermanfaat bagi lingkungan,” ungkapnya.
Najwa Putri selaku Mahasiswa Universitas Diponegoro, yang diundang dalam acara tersebut mengatakan bahwa sebelumnya tidak mengetahui adanya Earth Hour ini, tetapi ia mengapresiasi adanya acara ini karena menambah wawasan pengetahuan tentang cara melindungi bumi. “Berguna untuk menambah wawasan bagaimana cara melindungi bumi dengan melakukan hal kecil yang bermanfaat,” tuturnya. Najwa pun menyarankan agar aksi ini lebih menjangkau kalangan mahasiswa. “Sosialisasinya dapat masuk ke lingkungan universitas agar semua mahasiswa mengetahui adanya aksi ini,” tambahnya.
Menanggapi hal tersebut, Ayu mengatakan bahwa kekurangan sumber daya manusia (SDM) menjadi salah satu kendala aksi ini tidak diadakan di banyak lokasi di Semarang. “Kurangnya SDM tidak memungkinkan kami untuk melaksanakan di beberapa titik sekaligus, semoga tahun depan banyak yang bergabung saat diadakan open recruitment (oprec),” ucapnya.
Kendati demikian, Trian berharap acara ini dapat memberi nafas sejenak kepada bumi dan menyadarkan masyarakat pentingnya menghemat energi. “Semoga acara ini dapat berdampak baik untuk bumi dan masyarakat sadar untuk menghemat energi,” ungkapnya. Trian pun menambahkan bahwa kesadaran menjaga dan melestarikan bumi adalah tugas semua orang. “Kalau bukan kita siapa lagi yang akan menjaga dan melestarikan bumi tanpa merusaknya untuk kepentingan pribadi,” pungkasnya.
(Kharisma)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam