Resensi film Enola Holmes (2020): Petualangan Enola Holmes Mencari Sang Ibu

Judul : Enola Holmes
Produser : Mary Parent, Alex Garcia, Millie Brown, Paige Brown
Penulis : Jack Thorne
Pemeran : Millie Brown, Louis Partridge, Sam Claflin, Henry Cavill, Helena Bonham Carter
Produksi : Legendary Pictures PCMA Production
Distributor : Netflix
Tanggal rilis : 23 September 2020
Durasi : 123 Menit

Film yang mulai tayang pada 23 September 2020 ini mengisahkan perjalanan adik dari Sherlock Holmes (Henry Cavill) dan Mycroft Holmes (Sam Claflin), Enola Holmes (Millie Bobby Brown) yang memiliki kecerdasan dan kecerdikan yang tidak kalah dengan sang kakak seorang detektif terkenal di dunia. Sejak kecil, Enola selalu bersama ibunya, Eudoria Holmes (Helena Bonham Carter) dan dididik menjadi seorang perempuan cerdas yang pemberani. Hingga pada suatu pagi di hari ulang tahunnya yang ke-16, Enola menemukan ibunya menghilang dari rumah dan hanya meninggalkan kartu bahasa bunga serta permainan kata yang biasa mereka mainkan.

Setelah ia kesulitan memecahkan teka-teki yang ditinggalkan ibunya, Enola memutuskan untuk menghubungi kedua kakaknya, untuk bersama mencari cara menemukan ibunya. Namun, Mycroft kakak tertua yang memiliki hak wali atas Enola terlihat tidak tertarik untuk ikut mencari ibunya. Ia justru menginginkan adik perempuannya untuk masuk sekolah kepribadian wanita agar ia belajar tata krama dan dapat diterima oleh masyarakat, bukan menjadi gadis liar yang berperilaku tanpa aturan seperti saat ini. Karena Enola menentangnya, ia melarikan diri dari rumah untuk menghindar dengan cara menyamar menjadi seorang pria dan mencari ibunya sendiri.

Dalam perjalanannya, Enola bertemu dengan Lord Tewkesbury (Louis Partridge) bangsawan muda dari Basilwether yang sedang melarikan diri dari keluarganya karena menolak untuk dikirim ke luar negeri oleh pamannya. Lord Tewkesbury terus dikejar oleh seorang pembunuh yang ternyata diutus oleh neneknya sendiri agar Tewkesbury gagal menduduki tahta House of Lords milik mendiang ayahnya. Oleh karena itu, Enola membantunya menyelesaikan masalah politik Basilwether dengan melewati banyak rintangan hingga mereka nyaris terbunuh.

Film ini mengangkat konsep fourth-wall breaking, yaitu membuat tokoh fiktif seolah dapat berinteraksi dengan seseorang di dunia nyata. Sehingga, penonton seakan ikut masuk dan berpetualang dalam cerita bersama Enola. Penggunaan fourth-wall breaking berhasil menarik perhatian penonton untuk fokus pada pemeran utama dan mengikuti kisahnya hingga akhir.

Kekurangan dari film adaptasi novel karya Nancy Springer ini adalah diakhir film tidak disebutkan dengan jelas bagaimana kisah ini berakhir dan terkesan menggantung. Penonton masih dibuat penasaran dengan pemecahan masalah utama tentang kemana sebenarnya Eudoria Holmes pergi dan apa yang menjadi alasan utamanya pergi ke London.

Film ini mengajarkan untuk bisa percaya pada diri sendiri, menjadi remaja yang berpikir kritis dan berani mengambil resiko. Sebagai remaja perempuan, film Enola Holmes membawa pesan bahwa tidak ada batasan dalam gender untuk melakukan sesuatu bahkan dalam menyuarakan pendapat dan mengambil keputusan. Setiap orang berhak menentukan masa depannya sendiri. Rating dari film ini adalah 8/10. Film Enola Holmes sangat direkomendasikan untuk anda yang menyukai teka-teki dan misteri.

(Kru Magang : Aisy, Noviantie, dan Quini)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai