Adanya Kuota Kemendikbud, Institusi Tak Jadi Cairkan Sebagian Kuota Milik Mahasiswa
Polines, Dimensi (13/10) – Sejak merebaknya pandemi Corona Viruses Disease (Covid-19), institusi menjanjikan mahasiswa terkait pencairan bantuan berupa kuota internet untuk mendukung pembelajaran daring. Meski sebagian mahasiswa telah menerima bantuan kuota secara bertahap untuk masing-masing provider, namun berbeda halnya dengan mahasiswa pengguna provider Smartfren yang belum secara keseluruhan diterima. Tidak transparansinya informasi mengenai lamanya pencairan kuota bagi sebagian mahasiswa pengguna provider Smartfren menimbulkan banyak pertanyaan dan anggapan bahwa institusi tidak terbuka terhadap mahasiswa.
Selama proses pencairan bantuan kuota, banyak kendala yang ditemui oleh Badan Akademik Kemahasiswaan Perencanaan dan Kerjasama (BAKPK). Kendala utamanya dari respons mahasiswa yang lamban dalam proses pengisian data, sehingga pihak BAKPK terus berupaya menambah jangka waktu guna pengisian data kembali. Selain itu, banyak nomor mahasiswa yang tidak valid yang mengakibatkan gagal injeksi saat pendistribusiannya. Hal ini diungkapkan oleh Sri Yati, kepala BAKPK. “Ibu tidak bisa menjamin nomor dan nama mahasiswa yang tidak muncul akibat gagal injeksi karena pencairan kuota langsung turun dari provider,” ujarnya. Alasan yang tidak diberitahu oleh provider-pun membuat pihak BAKPK bertanya-tanya mengenai kegagalan injeksi akibat tidak valid-nya nomor mahasiswa. “Kami tidak diberitahu oleh provider mengapa nomor gagal terinjeksi akibat tidak valid dikarenakan data dikirim secara online,” sambung Sri Yati.
Tak lama setelah pencairan kuota internet oleh institusi pada bulan September lalu, Kemendikbud menerbitkan Peraturan Sekretaris Jenderal Nomor 14 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Kuota Data Internet Tahun 2020. Para mahasiswa mendapatkan kuota sebesar 50 gigabyte. Hal ini menimbulkan keresahan dan tanda tanya besar bagi sebagian mahasiswa pengguna provider Smartfren yang belum menerima bantuan kuota dari institusi. Erna Kurnyasari, mahasiswi Program Studi Keuangan Perbankan memaparkan bahwa pencairan kuota dari institusi amat sangat lama. “Sedih karena bantuan kuota ini lumayan untuk meringkankan pembelian kuota pada kuliah online, tetapi malah tidak cair dan tidak jelas kapan cairnya,” papar Erna. Senada dengan Erna, Anindya Safa, mahasiswi Jurusan Teknik Sipil yang juga pengguna provider Smartfren menjelaskan, meskipun ia telah mendapat bantuan kuota Smartfren sebelum kuota dari Kemendikbud, namun ia mengungkap bahwa proses pencairan bantuan kuota dari institusi tergolong lamban. “Pendataan nomor telepon sangat lama karena tidak hanya sekali, saya tidak tahu pasti apakah lamanya pencairan memang dari Polines sendiri atau dari provider,” ungkap Anin.
Dalam pendistribusiannya, pencairan bantuan kuota bagi pengguna provider Smartfren dilakukan paling akhir setelah provider Telkomsel. Sontak mengakibatkan sebagian besar mahasiswa yang nomornya gagal terinjeksi tidak mendapat bantuan kuota tersebut. Adanya keterbatasan sekaligus terbenturnya waktu dengan pencairan kuota internet dari Kemendikbud menjadi alasan pihak BAKPK untuk tidak menginformasikan kepada mahasiswa pengguna provider Smartfren yang nomornya gagal terinjeksi. “Kami tidak menginformasikan kepada para mahasiswa karena akan percuma. Tidak mungkin mengeksekusi dua bantuan dari satu provider yang sama, sehingga jika tetap dicairkan salah satu kuota tidak bisa digunakan,” tambah Sri Yati.
Kendati demikian, pihaknya mengatakan bahwa sudah tidak ada langkah-langkah yang dapat diambil oleh institusi agar bantuan kuota internet segera dicairkan. Selain itu, adanya persyaratan dari Kemendikbud yang juga tidak memperbolehkan pencairan kuota internet secara bebarengan. Padahal pihaknya merencanakan akan mencairkan bantuan kuota ditahap kedua. Mengingat tak bisa dilanjutkannya bantuan kuota bagi mahasiswa provider Smartfren yang belum menerima, pihaknya akan berusaha menanyakan ke pihak pengadaan agar diberitahu siapa saja mahasiswa yang gagal injeksi agar bisa menginformasikannya kepada mahasiswa.
(Andayani, Reski)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam