Kupas Kendala di Balik Pelaksanaan WaRNA Daring 2020

Ilustrator : Safi’atun

Polines, DIMENSI (26/09) – Serangkaian acara Wawasan Almamater dan Orientasi Akademik (WaRNA) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) telah selesai dilaksanakan pada Kamis (24/09) lalu. Pelaksanaan WaRNA tahun ini dilakukan secara daring karena masih dalam masa pandemi. Tak heran jika terdapat banyak kendala di dalamnya seperti terbatasnya media, terkendalanya jaringan, lambannya penyampaian informasi antar pendamping oleh panitia pusat, tagar yang digaungkan guna menyuarakan aspirasi maba mesin serta persiapan pelaksanaan WaRNA yang terlalu singkat.

Terbatasnya Kapasitas Media yang Digunakan

Selama pelaksanaan WaRNA, media utama yang digunakan ialah Zoom Meeting, sementara peserta lain dapat menyimak melalui YouTube Streaming. Menurut Raka Adi, selaku Wakil Ketua Pelaksana WaRNA, Zoom tidak dapat digunakan secara serentak bagi kelima jurusan dikarenakan kuota yang terbatas. “Ngga semua jurusan mendapat Zoom karena kuota yang hanya berisi sebanyak 1.000 peserta, ngga memungkinkan,” ujarnya. Ia juga menyampaikan jika sebelumnya telah diadakan mediasi dan disepakati jika Jurusan Administrasi Bisnis, Akuntansi, dan Teknik Elektro menghendaki untuk menggunakan YouTube Streaming, sedangkan Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Sipil menggunakan Zoom. Panitia pusat tetap memberikan Zoom sebagai fasilitator kepada panitia WaRNA jurusan untuk dihubungkan ke YouTube Streamingguna keperluan share screen dan lain sebagainya. “Kita bagi rata antara Zoom dan YouTube, hingga akhirnya semua jurusan sudah lega dan sudah sepakat,” pungkas Raka.

Lambannya Penyampaian Informasi Antar Pendamping Oleh Pusat

Tak sampai di situ, kurangnya koordinasi antar informator panitia pusat ke pendamping pun menjadi kendala. Dalam hal ini, terlihat dari kurang tanggapnya panitia dalam memberikan informasi yang dibutuhkan maba. Seperti kekecewaan yang diungkapkan oleh Putri Amalia, salah satu pendamping Jurusan Teknik Mesin yang menyatakan bahwa panitia sangat lamban dalam memberikan responsnya. “Agak kecewa dengan kepanitiaan pusat karena respons mereka sangat lambat padahal maba sangat butuh informasi tersebut. Beberapa panitia pun tidak acuh terhadap kendala yang terjadi saat WaRNA Jurusan,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Raka mengungkapkan bahwa respons yang lamban tidak serta merta menjadi kesalahan panitia dan bukan juga kesalahan pendamping WaRNA, akan tetapi akibat dari terbatasnya media yang digunakan pada saat pelaksanaannya, sehingga tidak dapat satu per satu terlayani semua. “Mungkin karena keterbatasan media, sehingga kadang kami tidak merespons  mereka,” ujarnya. Senada dengan yang diungkapkan Raka, Dea Ananda sebagai salah satu pendamping WaRNA Jurusan Akuntansi membenarkan hal tersebut, dirinya mengungkapkan bahwa respons panitia dalam mengatasi kendala yang ada sebenarnya sudah cukup tanggap hanya saja perbaikan itu pun memerlukan waktu. “Menurut saya sudah lumayan cepat, namun membenahinya pun perlu sedikit waktu,” ujar Dea.

Maba Mesin Aksi Gaungkan Tagar #acarabagus_koutahangus

Ketika WaRNA jurusan hari kedua berlangsung, seluruh maba Jurusan Teknik Mesin menuliskan tagar #acarabagus_koutahangus. Tagar tersebut digaungkan secara serentak dengan cara diperlihatkan pada layar monitor Zoom. Ade Yusuf sebagai Ketua Himpunan Jurusan Teknik Mesin mengatakan jika hal ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu menyampaikan aspirasi dari para mahasiswa baru khususnya Jurusan Teknik Mesin. “Mereka mengkritisi jika acara WaRNA ini sebenarnya mendapat bantuan subsidi kuota atau tidak”, ujar Ade.

Salah satu maba Jurusan Teknik Mesin, Akbar Dwi Kurniawan juga membenarkan hal tersebut. “Kami melakukan aksi ini bukan hanya di WaRNA jurusan, namun juga di pusat. Walaupun acara WaRNA ini bagus, tetapi kami tidak mendapat subsidi kuota yang sebenarnya dibutuhkan,” ungkap Akbar. Menanggapi hal itu, Raka menjawab bahwasanya dari adanya tagar yang digaungkan oleh maba mesin masih dalam batas wajar dan bukan termasuk dalam ranah memprovokasi. Ia mengungkapkan jika hal itu merupakan bentuk ‘respect’ antar sesama mahasiswa baru karena pelaksanaan WaRNA selama dua hari berturut-turut ini diakses menggunakan kuota pribadi. “Mungkin apa yang mereka sampaikan, biar bisa terdengar oleh institusi sehingga pihak institusi bisa respect ke depannya,” tutur Raka. Namun di sisi lain, Ade mengungkapkan jika mereka tidak menyinggung secara khusus kepada salah satu pihak, tetapi lebih pada kebijakan penyelenggaraan acara ini. “Kita menyinggung pada kebijakan acara ini, bukan ke institusi, lebih pada yang bertanggung jawab untuk acara ini,” tambah Ade.

Persiapan yang Terlalu Singkat

Persiapan WaRNA yang terlalu pendek menuai banyak kendala. Hal terbesar yang paling disayangkan terdapat pada media, jaringan, dan waktu persiapan yang singkat. Selain itu, Zoom pada server pusat pun sempat error hingga terpaksa dialihkan ke YouTube. Terlebih lagi, portal Zoom yang digunakan juga masih diperlukan untuk kegiatan Pesima, sehingga gladi dilakukan hanya sebanyak 2-3 kali saja. “Persiapannya satu bulan itu mepet. Jika dilihat dari universitas lain persiapan bahkan dilakukan tiga bulan sebelumnya,” ujar Raka. Ia berharap pula jika acara dilakukan secara daring lagi, semoga persiapannya dapat lebih panjang sehingga mampu untuk mempelajari medianya. (Kholifatul)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai