Tak Serentaknya Pencairan Bantuan Kuota, Tilik Penyebab di Baliknya

Ilustrator : Riris

Polines, Dimensi (26/08) – Bantuan kuota yang telah digaungkan sejak bulan April lalu melalui Surat Edaran No. 217/A/PL4.6.1/DI/2020 tentang Pemberian Bantuan Pulsa oleh Politeknik Negeri Semarang (Polines) nampaknya hingga saat ini belum dapat dirasakan oleh seluruh mahasiswa. Subsidi kuota yang bertujuan untuk menjamin kelancaran pembelajaran daring ini pasalnya belum dapat sepenuhnya dicairkan dan diterima mahasiswa. Hal ini dikarenakan tidak serentaknya proses pendistribusian bantuan kuota oleh masing-masing provider. Akibatnya menjadi pemicu adanya kekecewaan banyak mahasiswa.

Meski Polines sempat mengalami kendala dalam pendataan nomor mahasiswa sehingga berimbas pada lamanya waktu pemberian bantuan kuota, akan tetapi beberapa provider telah cair. Kendati demikian, ketidakserentakan pencairan tersebut malah menimbulkan rasa geram bagi beberapa mahasiswa. Winda Salsa selaku mahasiswa Prodi D4 Analis Keuangan, pengguna Provider Tri yang telah cair, memaparkan bahwa pencairan subsidi bantuan kuota selayaknya dilakukan secara serentak sehingga tak ada kesenjangan antar mahasiwa. “Seharusnya pencairan dilakukan serentak agar adil untuk semua mahasiwa. Kalaupun memang tidak serentak seharusnya diberikan jadwal pencairannya,” tutur Winda. Pernyataan ini juga didukung oleh Sundariyah, mahasiswa prodi D3 Akuntasi yang juga pengguna Provider Tri. “Saya lebih setuju diadakan serentak, kita juga sama-sama perlu menggunakan kuota dalam pembelajaran daring,” jelas Sundariyah.

Pada awalnya, pihak Polines menghendaki pencairan bantuan kuota dilakukan secara bersamaan. Namun, mengingat setiap provider mempunyai kebijakan tersendiri mengenai hal ini, maka pencairannya tidak dapat dilakukan serentak. Seperti yang diungkapkan Heri Purnomo selaku Program kerja (Prokja) Unit Pengadaan bagian Tata Usaha. “Kita ingin pencairan dilakukan bersamaan, tetapi setiap provider mempunyai tata cara berbeda sehingga tidak bisa berbarengan,” papar Heri. Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa pencairan per provider dilakukan secara bertahap.

Tahap pertama pencairan untuk provider Tri yang telah diterima pada Senin (10/08) lalu. Dalam pencairannya pun sempat mengalami kendala dimulai dari adanya nama yang sama sejumlah sembilan orang hingga gagalnya injeksi sebanyak enam belas nomor. “Nomor ada yang tidak aktif dan ada yang salah ketik, sehingga dari 12 nomor itu kita minta data ulang,” jelas Heri. Data tersebut telah disusulkan kembali ke pihak provider Tri pada Jumat (14/08) lalu untuk diinjeksi. “Informasi dari provider Tri, kesalahan tersebut berhasil diinjeksi kembali, jadi sejumlah 1.201 nomor mahasiswa sudah berhasil,” tambah Heri.

Tahap kedua yaitu provider Indosat, Heri mengungkapkan bahwa pihak Polines sudah melayangkan permohonan dan Kamis (13/08) lalu pihak Indosat telah mengklarifikasi. “Kamis (13/08) lalu saya sudah diklarifikasi dari pihak Indosat, saya mengklarifikasi bahwa terdapat 1.058 nomer mahasiwa yang dipesan,” papar Heri.

Tahap berikutnya yaitu pencairan provider Smartfren setelah itu dilanjutkan provider XL. Pihak provider XL pada Jumat (14/08) lalu baru saja memberikan penawaran. Polines sempat menunggu lama karena penawaran yang ingin disampaikan kepada Polines salah sasaran. “Jumat (14/08) lalu, diberikan penawaran terbaru, namun penawaran sempat salah sasaran ke Universitas Negeri Semarang (Unnes),” ungkap Heri. Menurut penjelasan Heri, Selasa (18/08) lalu, pihak provider XL sudah memberikan draft perjanjian dan masih diproses bukti final.

Tahap akhir yakni untuk provider Telkomsel. Sama halnya dengan provider yang lain, provider Telkomsel juga sempat terkendala sehingga pencairannya paling lamban. Pemicu utama hal ini disebabkan karena hasil pengalaman buruk dari pihak provider Telkomsel. Belum cairnya pembayaran dari Unnes sampai sekarang, membuat pihak provider Telkomsel tidak ingin terulang kejadian yang sama untuk kedua kalinya. Pihak provider Telkomsel berpikir bahwa Polines dan Unnes berada dibawah pemerintahan daerah yang sama sehingga sistem pembayarannya pun akan sama, selain itu Pihak Telkomsel tidak ingin dipotong pajak. “Pihak Telkomsel belum mau dipotong pajak, sehingga Polines membayar sendiri, tata cara pembayaran serta peraturannya baru dipelajari,” papar Heri.

Dengan tahapan tersebut, bermodalkan anggaran yang disahkan sebesar 525 juta, Polines mengusahakan secepatnya untuk merealisasikan beberapa tahap pencairan kuota per provider. Sri Yati selaku Kepala Badan Akademik, Kemahasiswaan, Perencanaan dan Kerjasama (BAKPK) mengungkapkan bahwa Polines menargetkan pencairan subsidi terselesaikan Agustus. “Provider lain selanjutnya akan segera cair, target bulan Agustus untuk tahap petama selesai semua,” tutur Sri Yati.

Menanggapi hal ini, menurut Syaifaul Ummah prodi D3 Akuntansi menjelaskan jika pencairan kuota dalam waktu ini kurang tepat karena tidak sedang dalam masa perkuliahan daring. “Pencairan ini kurang tepat, karena saat ini sedang masa libur. Lebih baik pencairan sekalian semester depan jadi kuota tersebut akan bermanfaat untuk perkuliahan daring,” ungkap Syaifaul. Meski begitu, mahasiswa tetap berharap bantuan kuota dapat segera cair untuk seluruh provider. “Saya berharap segera cair agar tidak menunggu lebih lama lagi”, tambah Mughiratul Laila prodi D4 Komputerisasi Akuntansi.

(Suzanah dan Bunga)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai