SOEKARNO : Perjuangan Menuju Kemerdekaan RI
Sutradara : Hanung Bramantyo
Produser : Raam Punjabi
Penulis : Ben Sihombing
Pemeran : Ario Bayu, Lukman Sardi, Maudy Koesnaedi, Matias Muchus, Sujiwo Tejo, Tika Bravani, Ferry Salim, Emir Mahira, Agus Kuncoro.
Produksi : Dapur Film
Tanggal Rilis : 11 Desember 2013
Bahasa : Bahasa Indonesia
“Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu – Haji Oemar Said (HOS) Cokroaminoto”
Film Soekarno (2013) merupakan film yang mengisahkan tentang perjuangan tokoh nasionalis Soekarno yang merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang. Film garapan sutradara Hanung Bramantyo ini makin menarik karena mengulas tentang sejarah kemerdekaan yang diangkat dari perjalanan hidup Bung Karno.
Film ini dibuka dengan suguhan latar waktu tahun 1934 saat serdadu marsose pemerintah kolonial Belanda Dutch East Indies menangkap Soekarno (Ario Bayu) dan beberapa rekannya yang tengah berada di rumah Dr. Sujudi (Budiman Sudjatmiko), ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Jawa Tengah. Sehabis disuguhi pembukaan tersebut, penonton akan dibawa flashback ke masa kecil Soekarno. Dengan sandangan nama yang kerap dipanggil ‘Kusno’, sekaligus Kusno kecil ini sering kali sakit-sakitan dulunya. Dari keadaan tersebut, Kusno kecil mengganti nama menjadi Soekarno melalui sebuah upacara sakral yang disebut dengan ‘ruwatan’. Nama Soekarno ini terinspirasi dari salah satu tokoh Kurawa yang berhati mulia yaitu Adipati Karno.
Berbalik arah dari alur flashback masa kecil Kusno, di separuh durasi filmnya, penonton akan teraduk emosi saat menyaksikan penangkapan Soekarno. Ditangkapnya Soekarno ini disebabkan adanya praduga bahwa Soekarno dan rekannya telah menyebarkan paham komunis dengan mendirikan PNI. Hingga akhirnya, beliau dipenjarakan di Bandung dengan hukuman 4 tahun penjara. Tak ingin menyia-nyiakan waktunya di Bandung, Soekarno menulis sebuah pembelaan yang berjudul “Indonesia Menggugat” dan malah mengantarkan dirinya ke pembuangan di Ende, setelahnya ia dibuang kembali ke Bengkulu.
Tak hanya sampai di situ, penonton juga disuguhi drama romatika hidup seorang Soekarno. Terlihat jelas saat setelah dirinya dibuang dan diasingkan ke Bengkulu, Sukarno memilih istirahat sejenak dari politik dan beralih menjadi guru relawan di sebuah sekolah Muhamadiyah. Tak disangka, ternyata ia jatuh hati pada salah satu muridnya, Fatmawati (Tika Bravani). Padahal, Soekarno telah beristri dengan Inggit Ginarsih (Maudy Koesnaedi).
Beralih dari romantika tersebut, singkatnya Jepang telah melakukan pengeboman di pangkalan Angkatan Laut Pearl Harbour, Hawai. Dengan begitu, bangsa Indonesia yang awalnya masih berada di tangan Belanda pun ikut jatuh dan diintervensi oleh Jepang. Intervensi tersebut terlihat dengan adannya propaganda yang semakin digaungkan, yang akhirnya Jepang berhasil menipu daya dan menarik simpati rakyat Indonesia.
Hanung Bramantyo kembali mengguncangkan suasana hati penonton setelah ketegangan yang disuguhkan, kini ia pun menutup cerita dengan nada haru dan sendu. Pasalnya, Soekarno dengan tega menceraikan Inggit dan menikahi Fatmawati. Namun setelahnya, film ini tak lupa menyuguhi radar bahagia yang ditengarai pada adegan ketika Hiroshima dan Nagasaki dibom yang menyebabkan Indonesia mengalami masa kekosongan pemerintahan. Saat itulah detik-detik Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tepat tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno dengan semangat membara, berdiri untuk membacakan teks proklamasi meskipun dalam keadaan sakit, dilanjutkan dengan pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih dan diiringi lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
Film Soekarno ini berhasil menyabet tiga gelar dalam Festival Film Bandung (FFB) 2014. Meski sempat menuai kontroversi, film ini keluar sebagai Film Terpuji mengalahkan Tenggelamnya Kapal Van der Wijck, Sang Kyai, Adriana, dan Sokola Rimba. Menurut pendapat pribadi saya, nilai untuk film Soekarno adalah 9.0/10. Cerita dari film ini dapat memberikan pandangan bagaimana sosok Soekarno sang Bapak Proklamator Indonesia dan bagaimana suasana detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Film ini bisa ditonton disaluran streaming yang sudah ada.
(Nadia Rahmalia)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam