The Flu: Andilnya Egoisme di Saat Virus Mewabah

Sutradara: Kim Sung-su
Penulis: Lee Young-jong dan Kim Sung-su
Bahasa: Korea
Durasi: 121 menit
Produser: Lim Yeong-joo, Jeong Hun-tak Tanggal Rilis: 14 Agustus 2013

Film asal Korea Selatan yang disutradarai oleh Kim Sung-su ini sempat menjadi sorotan pada bulan Mei lalu. Isi ceritanya mirip Virus Covid-19 yang saat ini tengah meluas di seluruh penjuru dunia. Film ini menyuguhkan cerita tentang mewabahnya suatu virus di wilayah Bundang, Korea Selatan, yang dinamai virus H5N1 atau lebih dikenal dengan flu burung.

Adegan berawal dari adanya penyelundupan kontainer berisi imigran ilegal dari Kota Filipina ke Kota Bundang oleh dua bersaudara, Ju Byung Woo dan Ju Byung Ki (yang diperankan Lee Sang Yeob dan Lee Hee Joon). Ketika dibuka, hampir semua imigran di dalam kontainer meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan karena penyakit yang tidak diketahui. Namun, ada seorang pemuda yang selamat bernama Monssai (diperankan oleh Lester Avan Andrada) dan ia berhasil melarikan diri.

Dengan aksi kaburnya Monssai dalam adegan tersebut, mulailah penonton dibawa masuk dalam suasana cerita yang sungguh menegangkan. Pasalnya, setelah Monssai berhasil kabur, Byung Woo, si penyelundup tadi mendadak kondisi tubuhnya memburuk, dengan menunjukkan gejala batuk disertai darah dan demam tinggi. Belum sempat ditangani, Byung Woo meninggal dalam waktu yang sangat singkat.

Tidak hanya itu, penonton kembali diaduk-aduk oleh rasa cemas setelah meninggalnya Byung Woo dengan kondisi yang mencurigakan. Di sinilah tokoh dokter yang memerankan diri sebagai single woman dengan anak gadisnya bernama Mi Reu mendiagnosis bahwa Byung Woo terinfeksi flu jenis baru. Dalam waktu yang singkat, seluruh kota Bundang terkena wabah flu ganas tersebut tak terkecuali Mi Reu.

Film dengan durasi kurang lebih dua jam ini mampu membuat penonton merasa kesal akibat ulah manusia yang disorot sutradara pada titik naluri mereka. Ketika dihadapkan dengan sebuah pandemi virus, sifat naluri manusia pada film tersebut semakin terlihat jelas: hanya kebingungan berlebih dan mengutamakan kepentingan kelompok semata. Mulai dari menyelamatkan diri sendiri dan orang tersayang, hingga rela melakukan apapun agar selamat. Orang-orang menjadi panic buying dengan berburu masker untuk perlindungan diri mereka.

Tak hanya masyarakat Bundang dengan kepanikan yang membuat penonton merasa kesal, elit politik yang diperankan secara antagonis dalam film ini juga membuat keadaan semakin memanas. Pasalnya, mereka memutus penyebaran virus dengan membawa orang-orang yang terbukti positif tadi ke sebuah tempat pembakaran manusia, termasuk di dalamnya Mi Reu. Selain itu mereka pun berencana untuk membumihanguskan wilayah Bundang apabila virus tersebut tak terelakkan. Betapa penonton merasa teriris melihat potongan adegan ini.

Menurut saya pribadi, film ini patut diberi rating 9,6/10. Penuh ketegangan, dramatik, ambisius dan kolosal. Sungguh The Flu dikemas sangat apik, mulai dari bagaimana virus itu terjadi hingga solusi untuk mengatasinya. Tak ayal The Flu pun semakin laris ditengah pandemi virus yang terjadi saat ini. Sangat menggambarkan realita belakangan ini, mulai dari datangnya virus yang belum ditemukan antibodi/vaksin, tenaga medis yang kewalahan menangani pasien postif, pemberlakuan karantina wilayah, hingga perilaku antipatif yang berlebihan sampai menjadi panic buying.

Sheila Ramadhani

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai