DARI KOTA SOLO HINGGA BRATTLEBORO

 

Oleh : Wira Ariffiansyah

PENULIS         : YOYOK MUGIYANTO

PENERBIT      : PT. HAMAFIRA

TEBAL            : 386 HALAMAN

TERBIT           : JUNI 2014

ISBN                : 979-26-7515-9

 

Dear Mr. Narimo

LETTER OF ACCEPTANCE FOR GRADUATE ADMISSION

I am pleased to inform you that you have been accepted into SIT’s graduate program on language teaching …

Itulah bagian dari surat yang paling di sukai. Seolah ada bagian yang terlewatkan saat membaca, sudah lebih dari sepuluh kali Narimo membaca Acceptance Letter itu. Kepuasan, bangga, bahagia,  dan rasa lain semacam itu merasuk dalam dirinya. Dia diterima di SIT program master pengajaran bahasa Inggris. SIT sebuah kampus kecil yang berada di Brattleboro, kota kecil di perbatasan Vermont dan New Hampshire. Memang kampus yang kelak menjadi tempat kuliahnya adalah kampus kecil yang bahkan tidak tertera di peta, namun hal semacam itu sama sekali tidak mengurangi rasa bangganya.

Narimo, tokoh utama dalam novel ini adalah anak orang Abangan yang ingin menjadi muslim yang baik. Bapaknya seorang Lurah di sebuah desa di Surakarta, kedua orang tuanya masih keturunan priyayi yang pada saat itu memandang rendah orang-orang masjid. Adik perempuannya beragama katolik dan kakaknya seorang avonturir.

Keinginannya untuk mendalami agama islam senantiasa meletup-letup dalam hatinya. Keinginan mendalami islam itu diperoleh di kuliah dhuhur di Yayasan Darul Ulum. Ia mengaji pada ustadz Muhamad A, seorang mubalig terkenal di Surakarta.  Dalam perjalannnya, pengajian Darul Ulum  mampu berkembang pesat sampai ke luar kota. Namun semakin berkembangnya pengajian ini, ternyata malah mendapat tentangan dari sebagian masyarakat dan timbul berbagai fitnah terhadap Ustadz Muhamad A.

Konflik memanas saat fitnah itu  juga berimbas pada kehidupan Narimo yang sedang menuntut ilmu di luar negeri. Mulai dari ancaman pembakaran Majlis pengajian yang didirikannya sampai rusaknya hubungan cintanya dengan Sum calon istrinya.

Dalam penulisan novel ini Yoyok Mugiyanto menumpahkan sebagian besar pengalamannya selama belajar di Amerika sebagai bahan-bahan dari novel ini. Tokoh utama, Narimo merupakan contoh bagaimana seseorang mempertahankan nilai-nilai yang dianggapnya benar dan harus diperjuangkan. Novel ini juga kaya dengan ungkapan-ungkapan bijak yang menggugah untuk mengamalkan agama dengan baik. Di dalamnya juga terdapat potongan diskusi-diskusi secara ilmiah yang dapat mengaduk-aduk emosi pembaca dengan pemahaman yang cukup mendalam namum mudah untuk dipahami.

“Bacaan penting bagi para remaja beriman” (Ahmad Tohari)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *