Mengukir Senyum Anak Tambakrejo Pada 73 Tahun Indonesia Merdeka

Anak-anak Tambakrejo sedang mendengarkan cerita dari Lana, selaku koordinator dari Muda Peduli (17/8). Dok. Aji Syamsul A.

“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Begitulah bunyi dari pasal 28A Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Ayat tersebut mengingatkan saya terhadap keadaan masyarakat di Kampung Tambakrejo Rt 05 / Rw 16, Kelurahan Tanjungmas, Kota Semarang yang terancam kehilangan mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Sesuai dengan surat peringatan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Semarang, sebanyak 150 kepala keluarga akan dipindahkan di rusunawa yang sampai kini masih dalam masa pembangunan.

Di hari kemerdekaan Indonesia yang ke-73 ini, bersama komunitas Muda Peduli yang terdiri dari mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), yang dibantu oleh mahasiswa dari universitas di Semarang lainnya, mengadakan serangkaian acara untuk memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia di Tambakrejo.

Acara dimulai dengan pengibaran bendera merah putih pada pukul 09.00 WIB, yang diikuti oleh warga Tambakrejo. Kemudian dilanjutkan pada pukul 15.00 WIB dengan agenda outbond yang diikuti oleh anak-anak Desa Tambakrejo. Walaupun acara tersebut merupakan agenda yang mendadak, namun acara tetap berlangsung meriah. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme dari anak-anak Tambakrejo dalam mengikuti perlombaan yang diadakan.

Salah satu anak-anak yang ikut dalam lomba tersebut bernama Viana yang duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD) mengatakan bahwa ia senang dengan adanya kegiatan outbond. “Seneng kalo ada kegiatan seperti ini, setiap hari tidak masalah,” ucapnya dengan tawa.

Disamping untuk merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, outbond ini merupakan salah satu cara untuk menghibur anak-anak di waktu sore mereka. Ada beberapa lomba yang diadakan dalam outbond tersebut diantaranya memasukkan pensil ke dalam botol, memakan kerupuk, menyanyi, dan membaca undang-undang.

Rohmadi yang sedari tadi menemani anak-anak Tambakrejo mengikuti kegiatan outbond mengatakan bahwa dia bangga terhadap acara sosial yang dilakukan mahasiswa. “Alhamdulillah, selama ini mereka jarang sekali ada kegiatan outbond seperti ini, bagi mereka (anak-anak – Red) suatu kesenangan tersendiri. Saya bangga dengan kalian yang mau menyenangkan anak-anak di sini. Yang mau berbagi di sini, saya sangat terima kasih,” tutur Rohmadi yang merupakan pengajar di Taman Pendidikan Qur’an (TPQ) Tambakrejo. Rohmadi juga salah satu masyarakat Tambakrejo yang tempat tinggalnya terancam terkena relokasi.

Mengenai relokasi yang dilakukan Pemerintah Kota Semarang, Rohmadi mengatakan bahwa kebijakan yang diberikan masih berupa berita simpang siur. Ia bingung nantinya masyarakat akan dipindahkan di mana. Karena melihat kondisi rusunawa yang masih belum layak huni. Banyak pula tambak yang belum dilakukan penggurukan secara merata.

Diakhir obrolan, Rohmadi berharap kehidupan masyarakat Tambakrejo setelah pindah dapat lebih sejahtera dari kehidupan sebelumnya. “Kita tidak menghalangi proyek nasional jika untuk kepentingan orang banyak. Hanya saja kami ingin lebih diperhatikan. Harapan kami, setelah dipindahkan lebih sejahtera daripada tempat sekarang. Tapi kita belum tau kedepannya bagaimana,” pungkas Rohmadi.

Ditulis : Farida, Wahyu, Nadia

Tim Liputan : Aji, Dhona, Nadia dan Wahyu

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *