Karena Resah, FISIP Undip Akhirnya Gelar Seminar Kebebasan Berekspresi di Perguruan Tinggi

Oleh: Ruhaeni Intan

Semarang, DIMENSI (24/10) – Banyaknya kasus pembungkaman terhadap pers kampus, pelarangan pemutaran film, serta penolakan kedatangan tokoh tertentu di kampus menjadi sebab diadakannya Seminar Akbar Kebebasan Berekspresi di Perguruan Tinggi di Jawa Tengah. Bertempat di hotel Horison, ruang Papandayan lantai empat, sejumlah lembaga pers mahasiswa (LPM) se-kota semarang hadir mengikuti seminar yang diadakan oleh Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Diponegoro (Undip).

Sekjend Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) Nasional, Abdus Somad, pada saat sesi tanya-jawab menyatakan bahwa sudah ada sepuluh LPM yang melaporkan adanya intimidasi terkait pemberitaan yang dilakukan oleh mereka. Salah satu kasus yang teranyar adalah penarikan majalah Lentera yang dilakukan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Penarikan bermula saat LPM Lentera menerbitkan majalah yang mengangkat peristiwa 1965 di wilayah Salatiga.

Pada seminar tersebut dipaparkan bagaimana cara mahasiswa mengungkapkan kebebasan berekspresi di perguruan tinggi secara proporsional. Sempat muncul pertanyaan mengapa birokrat atau pengambil kebijakan di kampus bersikap anti-kritik. Tidak jarang, produk-produk jurnalistik yang dikeluarkan oleh pers kampus harus melalui proses sortir oleh para pengambil kebijakan. Salah satu pegiat LPM dari IAIN Walisongo bahkan sempat menuturukan bahwa ia pernah menerima kritik agar LPM tersebut tidak mengeluarkan bad news.

Nurul Hasfi, pengajar jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Undip mengatakan bahwa jika mahasiswa masih takut menyuarakan ekspresi di perguruan tinggi maka masih ada pengekangan di kampus tersebut.

“Kritik merupakan hal yang wajar”, tuturnya melanjutkan.

Dekan FISIP Undip, Sunarto, mengatakan, “Tidak ada minat atau pun niat untuk melakukan sensor terhadap pers kampus, terutama di Undip”.

Terkait tanggungjawab mahasiswa, Haris Azhar, pegiat dari LSM Kontras yang hadir pada seminar tersebut berpesan, “Kalian (mahasiswa-red) adalah orang-orang yang beruntung daripada rakyat di luar sana. Kalian punya tanggungjawab untuk menyuarakan suara publik”.

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *