Kampus “Tanpa Nama”

Polines, DIMENSI(7/1) – Politeknik Negeri Semarang merupakan lembaga pendidikan yang menurut sejarah singkatnya didirikan atas dasar langkanya tenaga teknisi ahli madya yang dibutuhkan industri. Pada tahun 1982, Polines merupakan bagian dari Universitas Diponegoro (UNDIP) sehingga disebut Politeknik UNDIP. Namun berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI Nomor: 175/O/1997, pada tanggal 6 Agustus tahun 1997, Politeknik UNDIP resmi dinyatakan mandiri dan terlepas dari manajemen UNDIP sehingga berganti nama menjadi Politeknik Negeri Semarang (Polines).
Hingga saat ini, sudah 13 tahun Polines berdiri, namun tidak banyak yang mengetahui bahwa Polines merupakan singkatan dari Politeknik Negeri Semarang. ”Ironis sekali, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo pun tidak mengetahuinya. Beliau mengira jika Polines adalah adalah bagian dari UNNES,” tutur bapak Budi Riyanto, S.E. selaku Kepala Urusan Kerumahtanggaan dan Perlengkapan. Dan sampai saat ini, sebutan Polines sedang digodhog oleh panitia khusus yang sengaja dibentuk untuk mengatasi masalah tersebut.
Beberapa waktu lalu DIMENSI telah melakukan wawancara dengan beberapa mahasiswa mengenai identitas Polines yang tertempel pada tembok besar di halaman Polines yang menghadap ke selatan. Beberapa mahasiswa menyatakan kekecewaannya dikarenakan tulisan Polines yang tercantum sudah tidak lengkap dan tidak dapat dibaca. Dan saat ini tulisan tersebut benar-benar tidak tersisa satu huruf pun. Bahkan banyak kalangan yang menyebut tembok besar tersebut sebagai kuburan Cina. Lalu, kemana perginya huruf-huruf tersebut?
Berdasarkan penjelasan dari bapak Budi Riyanto, S.E. tulisan tersebut sudah diganti sebanyak 2 (dua) kali selama selang waktu 13 tahun ini. “Sebenarnya saat ini dari pihak Kerumahtanggaan dan Perlengkapan telah memiliki pengganti tulisan yang hilang tersebut , tetapi sengaja belum dipasang,” tutur beliau. Dikhawatirkan setelah dipasang akan kembali dirusak oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab di luar sana. Tembok besar Polines tersebut diharapkan dapat berfungsi sebagai identitas Polines dan sekaligus dapat berfungsi sebagai tempat foto mahasiswa yang wisuda. Namun, kini fungsi tersebut telah berubah menjadi tempat nongkrong berbagai kalangan di malam hari. Pihak Polines pun mengaku belum mampu optimal dalam pengawasan aset . “Dalam hal ini, diperlukan kerjasama antara Polines dengan masyarakat sekitar kampus tersebut,” ungkap beliau.
Pihak Kerumahtanggaan dan Perlengkapan saat ini telah mempunyai rencana akan mendesain ulang tembok besar tersebut. Nantinya akan dibuat kolam di depan tembok tersebut, sehingga tulisan Polines akan aman dari tangan-tangan jahil. “Tahun 2011 harus bisa bersih,” cetus bapak Budi Riyanto, S.E. Tak hanya masalah tembok besar tersebut, Polines saat ini pun masih bingung menentukan arah dan letak dari pintu utama, antara halaman depan dan belakang. Penyelesaian tersebut tidak mudah diputuskan karena adanya kendala Birokrasi. “Sesuai rencana, pada bulan Februari mendatangakan dimulai pengerjaan pembersihan dan pembenahan aset-aset Polines,” tutup beliau. [naya, vhevi-mggz-LPM DIMENSI]

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *