Kontroversi Kolom Golput dalam Pemira Polines 2025: Antara Hak Pilih dan Ketidaksiapan Sistem

Pelaksanaan Pemilihan Raya (Pemira) 2025 dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, yakni pada tanggal 14–17 April 2025. Hari pertama diikuti oleh mahasiswa Teknik Mesin, disusul Teknik Elektro di hari kedua, Teknik Sipil di hari ketiga, dan terakhir, gabungan antara Jurusan Akuntansi dan Administrasi Bisnis di hari keempat. Dalam Pemira yang diadakan setiap tahun ini, para mahasiswa menggunakan hak pilih mereka untuk memilih calon pemimpin, mulai dari Presiden Mahasiswa (Presma) dan Wakil Presiden Mahasiswa (Wapresma), anggota tetap Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM), hingga Ketua Himpunan Jurusan. Para calon ini diharapkan mampu mewakili aspirasi mahasiswa serta memiliki program kerja yang dapat memajukan kegiatan kemahasiswaan di Politeknik Negeri Semarang (Polines).

Salah satu isu yang paling ramai diperbincangkan adalah munculnya kolom opsi golput yang keluar pada sistem Pemira di hari kedua dan ketiga. Menanggapi fenomena tersebut, Presma saat ini, Roy Arya, sangat menyayangkan munculnya kolom golput secara tiba-tiba. Terlebih lagi tidak adanya diskusi, konfirmasi, atau sosialisasi sebelumnya dari pihak Komisi Pemilihan Raya (KPR) maupun Badan Pengawas Pemilihan Raya (BPPR).  “Mau memilih atau tidak sebenarnya tidak masalah. Yang jadi masalah karena ini sistemnya berbeda dari yang dipaparkan saat grand opening, saat tidak ada opsi untuk golput. Ditambah lagi belum ada kesepakatan dengan teman-teman HMJ tentang hal itu,” ujar Roy.  Tanggapan serupa juga dilontarkan oleh Paslon 02, “Di Grand opening kemarin, tidak ada penampilan kolom golput. Tiba tiba saja itu muncul ada tanpa adanya konfirmasi,” tutur Rafly, Capresma dari Paslon 02.

Kevin, Capresma dari paslon 01, menyoroti tentang munculnya kolom pilihan golput ini seperti memfasilitasi bagi mereka yang enggan memilih. “Memang benar, golput merupakan hak pemilih untuk memberikan suaranya atau tidak. Namun, jika pilihan tersebut dimasukkan ke dalam opsi pemilihan di Pemira, seakan-akan kita memberikan sebuah wadah bagi mereka untuk golput,” ujar Kevin. 

Ketua BPPR, Ammanullah Constitio, atau yang biasa disapa Amman, menjelaskan bahwa munculnya kolom golput berawal dari keluhan para pemilih di hari pertama. Sistem web Pemira mengharuskan pemilih memberikan suara di semua kategori. Jika tidak memilih pada salah satu kategori, mereka tidak dapat melanjutkan. “Mereka mengeluhkan sistem web Pemira yang tidak bisa diklik ke halaman selanjutnya jika belum memilih salah satu calon di halaman sebelumnya,” ujar Amman.

Menindaklanjuti keluhan tersebut, BPPR mengusulkan perubahan sistem kepada Ketua KPR untuk diteruskan kepada pihak pengembang (developer). Namun, kesalahan komunikasi antara mereka dan developer menyebabkan kemunculan kolom golput di dua hari selanjutnya. “Tujuan kami sebenarnya ingin seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilih tetap bisa lanjut meskipun tidak memilih. Namun, karena kendala teknis pada sistem, akhirnya ditambahkan kolom golput,” jelas Amman.

Lebih lanjut, Amman beranggapan bahwa sebenarnya kolom golput sejalan dengan asas Pemira yang Luberjurdil (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil). “Memilih atau tidak adalah hak. Sesuai asas Luberjurdil, pemilih bebas menentukan pilihan, dan sistem seharusnya tidak memaksa,” tegasnya.

Amman menegaskan bahwa tidak ada maksud dari BPPR maupun KPR untuk mengajak, mengimbau, atau memfasilitasi mahasiswa Polines untuk golput. Kemunculannya murni karena kendala teknis dalam pelaksanaan Pemira tahun ini. Amman juga menegaskan bahwa BPPR adalah lembaga independen. “Saya titip penjelasan untuk semua, bahwa tidak ada intervensi dari golongan atau pihak mana pun,” tegasnya.

Pada hari keempat, sistem telah diperbaiki sehingga pemilih dapat melanjutkan proses tanpa harus memilih di setiap kategori. “Kesalahan teknis kemarin akan menjadi bahan evaluasi bagi kami. Kami memohon maaf kepada seluruh mahasiswa atas hal tersebut. Sebenarnya, kami pun tidak menginginkan hal ini terjadi, hanya karena kesalahan komunikasi dengan pihak developer saja. Kami akan bertanggung jawab sepenuhnya,” ujar Amman.

Sebagai bentuk pertanggungjawaban KPR dan BPPR, Amman menyatakan bahwa akan ada pemilihan ulang bagi mahasiswa yang mengalami kendala teknis atau memilih golput. “Kami akan menawarkan bagi teman-teman mahasiswa yang mengalami kendala teknis atau memilih golput akan diberi kesempatan ikut pemilihan susulan pada Jumat (18/4),” pungkas Amman.

(Rangga)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *