Kurangnya Komunikasi Akibatkan Belum Terealisasinya Wadah Keagamaan Bagi Mahasiswa Hindu dan Budha

Ilustrator: Rizky Imam

Polines, Dimensi (09/07) – Sebagai Perguruan Tinggi Vokasi di Indonesia, Politeknik Negeri Semarang (Polines) memiliki berbagai mahasiswa dengan latar belakang yang berbeda, salah satunya terkait agama dan kepercayaan. Adanya berbagai agama yang dianut mahasiswa seperti Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha tentunya harus mendapatkan wadah keagamaan yang maksimal. Namun, sampai saat ini, mahasiswa yang beragama Hindu dan Budha dirasa masih belum memiliki wadah keagamaan yang maksimal dan mendapat kendala terkait kegiatan akademiknya.

Hal ini disampaikan oleh Maria Gratia selaku Ketua Rohani Kristen (Rohkris) yang mengungkapkan bahwa sempat mendengar cerita terkait mahasiswa Hindu dan Budha dalam pembelajaran mata kuliah keagamaan sampai harus keluar dari Polines. “Pembelajaran agama di Polines saja dan ada yang memberikan arahan agar mereka tidak bingung,” ungkapnya. Selaras dengan Maria, Dwi Fitriyaningsih selaku mahasiswa yang beragama Budha menyampaikan bahwa harus mencari sendiri dosen pengampu mata kuliah agama. “Saya sempat menghubungi Kepala Program Studi (Kaprodi), lalu diarahkan ke BAKPK dan baru disampaikan dosennya siapa,” sampainya.

Selanjutnya, Dwi menuturkan bahwa setelah ia menghubungi dosen pengampu tersebut, ia diminta memilih pembelajaran agama sendiri atau digabung dengan Universitas Diponegoro (Undip). “Kalau pembelajaran sendiri secara online, lalu saya minta offline jadi digabung dengan mahasiswa Undip di Vihara Watugong,” tuturnya.

Di sisi lain, terkait dengan wadah keagamaan, Aris Sunindyo selaku Wakil Direktur (Wadir) III Bidang Kemahasiswaan mengatakan bahwa semua agama memiliki wadah keagamaan di Polines. “Sudah sempat saya imbau saat pelaksanaan orientasi mahasiswa baru, untuk yang beragama Hindu dan Budha silahkan berkumpul serta menemui saya untuk diberikan pembina serta wadah keagamaan,” jelasnya. Kendati demikian, Aris mengungkapkan sampai saat ini belum ada mahasiswa yang datang menemuinya. “Jadi Pembina, tempat, serta wadah sudah disediakan tapi belum ada mahasiswa Hindu dan Budha yang datang menemui saya jadi belum bisa terealisasi,” ungkap Aris.

Tak hanya pihak kampus yang ingin memberikan wadah bagi mahasiswa Hindu dan Budha, Tsaqif Akrom selaku Presiden Mahasiswa (Presma) terpilih mengatakan bahwa Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) periode 2023/2024 juga sudah memiliki rencana untuk memberikan wadah kepada mereka. “Rencananya Kementerian Agama ingin berkumpul dengan mahasiswa Hindu dan Budha setiap tiga bulan sekali untuk menyampaikan aspirasi dan kendala yang mereka hadapi,” sampainya. Di akhir, Akrom berharap agar mahasiswa dapat memanfaatkan wadah keagamaan yang sudah atau akan disediakan untuk mengatasi kendala yang mereka hadapi. “Semoga wadah ini nantinya bisa maksimal dan penjaringannya bisa dilaksanakan secara lebih luas lagi,” pungkasnya.

(Ela Melianti)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *