Tragedi Mencekam di Stadion Kanjuruhan

Pada Sabtu (01/10) lalu telah terjadi tragedi mencekam di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. Tragedi tersebut terjadi setelah laga Liga 1 antara tuan rumah Arema Football Club (FC) dan tim tamu Persebaya Surabaya rampung digelar. Tragedi kericuhan tersebut menyebabkan ratusan orang tewas dan luka-luka. Tragedi Kanjuruhan tersebut turut menjadi sejarah buruk bagi persepakbolaan Indonesia. Lantas, bagaimana kronologi terjadinya peristiwa tersebut? Simak infografis berikut ini!

Kronologi Kejadian

Hingga saat ini muncul beberapa perbedaan pendapat terkait kronologi kasus tersebut. Menurut keterangan Kepolisian yang di lansir dalam nasional.tempo.co dan tertulis dalam dokumen laporan Satuan Intelijen Keamanan (Intelkam) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur nomor R/LHK-172X/2022/INTELKAM, setelah pertandingan yang dihadiri oleh 42.000 orang tersebut selesai, Aremania yang tidak terima dengan kekalahan tim kesayangannya mulai memasuki lapangan dan mencoba menyerang pemain Persebaya. Melihat kondisi suporter yang mulai anarkis, pihak polisi mengambil tindakan dengan menembakkan gas air mata ke arah lapangan. Setelah penembakan gas air mata, suporter yang berada di tribun berusaha keluar melalui pintu secara bersamaan sehingga berdesakan – desakan. Hal itu menimbulkan banyak korban jiwa karena terdapat penonton yang tergencet, terjatuh, serta mengalami sesak nafas.

Di sisi lain, terdapat penjelasan kronologi yang sedikit berbeda dari suporter. Di lansir dari ccn.indonesia.com awalnya setelah pertandingan selesai dan pemain Arema FC meminta maaf kepada suporter, hanya ada 2 suporter yang ingin memasuki lapangan dengan tujuan ingin berfoto. Namun setelah melihat ada suporter yang memasuki lapangan, memicu suporter lainnya untuk turun dan terjadi bentrokan. Hal itu menyebabkan polisi mengambil tindakan dengan menyemprotkan gas air mata. Akan tetapi, yang dipermasalahkan oleh para suporter adalah pintu yang tertutup saat penembakan gas air mata sehingga terjadi kerumunan di pintu keluar.

Jumlah Korban

Berdasarkan data resmi, total korban jiwa tragedi Kanjuruhan terkini per Rabu (05/10) kemarin, tercatat sebanyak 131 orang tersebar di rumah sakit pemerintah dan swasta. Sebanyak 44 korban tewas di rumah sakit pemerintah, 75 korban di rumah sakit swasta, dan 12 korban di luar fasilitas kesehatan.

Menjadi Catatan Buruk bagi Sejarah Indonesia

Kejadian ini mengundang keprihatinan seluruh dunia. Banyak pihak mempersoalkan penggunaan gas air mata yang dinilai berkontribusi terhadap terjadinya kerusuhan. Bukan tanpa alasan, beberapa pihak berargumen bahwa penggunaan gas air mata adalah tindakan yang melanggar aturan Federation Internationale de Football Association (FIFA) terkait pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Safety and Security Regulations). Saat ini kejadian Kanjuruhan menjadi sejarah paling buruk sepakbola Indonesia dan terburuk kedua di dunia, setelah peristiwa di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 1964 yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Tanggapan Pemerintah

Presiden Joko Widodo tentunya tak tinggal diam usai berita kericuhan pertandingan sepak bola antara Arema dan Persebaya ini memakan banyak korban jiwa. Ia memberikan 4 arahan terkait kasus ini yaitu evaluasi menyeluruh pelaksanaan, usut tuntas penyebab kerusuhan, hentikan sementara pertandingan Liga 1, dan monitor khusus pelayanan medis bagi korban luka-luka yang tengah dirawat.

Sanksi dari PSSI

Komite Disiplin (Komdis) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) menjatuhkan 3 sanksi untuk Arema FC akibat imbas dari Tragedi Kanjuruhan. Arema dan panitia pelaksana dilarang menyelenggarakan pertandingan dengan penonton dan harus dilaksanakan di tempat yang jauh dari homebase Malang, sekitar 250 km dari lokasi. Sanksi kedua, tim Arema FC dijatuhi denda sebesar Rp250 juta. Dan sanksi ketiga adalah pengulangan terhadap pelanggaran akan dikenakan sanksi yang lebih berat.

Memicu Perdamaian Persepakbolaan Indonesia

Tak ingin berlarut dalam kesedihan, dengan menghilangkan sekat-sekat rivalitas, lebih dari 20 kelompok suporter dari berbagai tim di seluruh Indonesia hadir pada acara Doa Bersama Tragedi Kanjuruhan pada Selasa (04/10) lalu. Doa bersama ini menjadi tonggak perdamaian antar suporter di Indonesia. Diharapkan tidak akan terjadi lagi kasus serupa.

Sahabat Dims, demikian informasi-informasi terkait tragedi Kanjuruhan. Diiringi cahaya nyala lilin dan untaian doa yang terkumandang, semoga tragedi Kanjuruhan menjadi satu-satunya tragedi yang memakan korban jiwa dan dapat di usut tuntas. Hal tersebut dikarenakan tidak ada pertandingan sepak bola yang sebanding dengan nyawa.

(Khamim Nur)

Sumber: Kompas.com

Sport.detik.com

Malang.suara.com

Detik.com

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *