Novel “CORONA”

Oleh : Amanda Oktaviani
Judul : Corona
Penulis : Sdavincii
Penyunting : Olive Hateem
Penerbit : Gradien Mediatama
Tebal buku : 288 halaman
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 978-602-208-186-9

“2020 datang memberi jarak dan dampak yang tak terkira pada umat manusia. Sebagian perputaran dunia terhenti, manusia berjalan tanpa tujuan yang pasti, dengan masing-masing nestapa yang tersimpan di dalam hati.”

Kutipan di atas mewakili isi dari buku yang berjudul “Corona”, dengan menggambarkan dunia yang seolah-olah dikendalikan sendiri oleh tangan manusia.

Buku yang berjudul “Corona” ini dibuka dengan penggambaran nuansa kota Aragon, Spanyol pada pertengahan musim gugur. Kubikel lantai Kantor Pos “Puesto de la Cludad” menjadi saksi bisu dimulainya cerita berkedok pembunuhan satu negara ini.

Sdavinci berusaha menuangkan segala hal pelik lewat tuturan cerita yang dikemas sangat apik. Dirinya serta merta memperkenalkan dua tatanan sosial yang bakal memenuhi jalannya cerita. Dibalik klise seorang tukang pos yang kerap dipanggil Santiago atau Iago, dan seseorang lain yang dikenal seluruh kota Republik dengan nama kebesarannya sebagai anak dr. Alfonso Filippi, yakni Estrella Fillipi.

Disinilah kilas balik cerita dimulai. Alfonso mendadak dikabarkan meninggal pada esok hari setelah perjumpaannya bersama 12 rekan kerja dalam acara delegasi ke negara Macau. Kematiannya dalam kondisi yang tak diduga, sekalipun oleh para tenaga medis. Kabarnya, setelah kepulangannya dari Macau, ia tidak bersinggungan dengan siapapun terkecuali tukang pos itu, Iago.

Mendengar penjelasan tersebut, kubikel Pos Puesto de la Cludad dilabrak langsung oleh Estrella sebagai anak dari sang Padre (Ayah), sekaligus profesi dokternya yang juga kian berapi-api melihat kejanggalan kematian ini. Bersama ajudannya, didapatkan informasi bahwasaat Alfonso ditemui di kediaman kantornya itu, ia berada dalam keadaan yang tidak baik. Demam yang ia torehkan saat berjabat tangan sekaligus batuk-batuk kecil yang terus-terusan menandakan jika benar bahwa Alfonso terinfeksi virus setelah kepulangannya dari Macau kemarin.

Berlanjut dari informasi tersebut, berturut-turut berita kematian mulai tersebar ke seluruh awak Republik Spanyol. Tak tanggung-tanggung ternyata mereka mempunyai riwayat yang sama seperti kematian Alfonso. Disinilah Sdavinci mengungkap bahwa Republik ini tengah gencar-gencarnya dilanda virus yang menamakan dirinya sebagai Corona Virus.

Corona yang dalam kisah Estrella adalah satu nama yang terangkai amat indah, isi bumi sebagai sesuatu yang akan bercahaya saat yang lainnya meredupkan diri ternyata tak sama indahnya dengan keadaan yang terjadi sekarang ini.

Lagi-lagi Sdavinci membuat kita berputar otak untuk memahami klise cerita ini. Novel setebal 288 halaman mampu menuliskan kisah dalam lebih dari dua sudut pandang cerita. Dia seolah-olah paham bagaimana cara menempatkan pikiran-pikiran tiap tokoh di dalam novel tersebut. Dengan terkuaknya penyebab kematian Alfonso dan ribuan orang lainnya, Sdavinci mulai mengulik perjumpaan Iago dan juga Estrella yang serba mendadak dan tak terduga, serta kian memunculkan sisi romantik dalam sebuah kasus virus Corona ini.

Dari perjumpaan itu, dimulailah seluruh pemerintahan kota di Republik bergegas untuk menutup semua akses pintu keluar masuk negaranya atau kerap kita sebut sebagai lockdown wilayah. Semakin menjalarnya kematian di semua bilik kota Republik Spanyol, menjadikan Estrella dan rekan dokter lainnya memberanikan diri untuk mengambil sample darah Iago yang terdeteksi positif virus tanpa keluhan apapun.

Tiap perpindahan babnya, novel ini menyuguhkan secuil pesan tersirat yang membuat pembaca makin penasaran. Pasalnya, setelah sample darah yang dijadikan vaksin oleh Estrella, malah lebih dahulu diketahui oleh Senor Ruiz, seseorang yang dalam kisah ini digambarkan sebagai tokoh antagonis. Dia mengambil sejumlah darah Iago dalam skala besar dan menjadikan Iago menyusul Alfonso setelah perjuangannya menjadi penyelamat seluruh Republik Spanyol.

Tak sampai di situ, Sdavinci juga menambahkan fakta adanya konspirasi yang dilakukan Senor Ruiz, bahwasanya kejadian di Catalan, Republik, dan seisinya adalah akal bulus dari seorang oknum yang iri pada keberhasilan Alfonso sebelumnya. Terungkap sudah jika Corona Virus ini digadang-gadangkan sebagai rencana pembunuhan tanpa menyentuh dalam skala yang sangat besar.

Begitu dalam Sdavinci membawa pembaca pada nuansa kematian berencana. Novel suntingan Olive Hateem ini ditutup dengan amat sangat manis. Beberapa kenyataan satu per satu mulai terungkap, hingga kenyataan terpahit yang dirasakan Estrella untuk menelan fakta saat detik kematian Iago, bahwasannya dia dikabarkan sebagai kakak kandung asli dari anak seorang Alfonso. Bagaimana bisa? Dan apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Buku yang hampir tak menampakkan sisi kekurangannya ini juga tercatat menyuguhkan permasalahan yang sangat kompleks. Berawal dari tatanan sosial, Virus Corona, konspirasi, dan tak tanggung-tanggung lagi sisi romantiknya pun ditonjolkan. Dengan menambahkan sedikit pernik bahasa Spanyol dalam beberapa ungkapan, pembacaakan lebih terbawa dalam nuansa Spanyol kota Aragon. Selain pengemasan kata yang sederhana dan bahasa yang mudah dipahami, buku karya Sdavinci ini sangat direkomendasikan untuk dibaca semua kalangan, pembaca seolah-olah akan larut dalam cerita kasus Coronavirus dan mendramatisir keadaan yang terjadi sebenarnya.

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai