Ketidakjelasan Keberlangsungan Pemira 2020

Ilustrator:Adib

Polines, Dimensi (18/05) ̶ Keberlangsungan kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) yang seharusnya telah dilaksanakan pada 6 April lalu terpaksa harus mundur dari waktu yang telah ditentukan, hal ini berkaitan dengan perkuliahan yang dilaksanakan secara daring. Komisi Pemilihan Raya (KPR) telah merancang pembuatan ketetapan baru yang berisi perubahan jadwal Pemira. Namun, ketetapan tersebut belum dipublikasikan secara resmi oleh KPR sehingga menimbulkan ketidakjelasan dari keberlangungan Pemira.

Menurut Ahmad Afif Fahrudin selaku ketua KPR, ketidakjelasan pemberitahuan mengenai Pemira tidak dibenarkan, karena dari pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) telah mengadakan rapat koordinasi mengenai semua jadwal kegiatan ormawa pada bulan lalu. Selain itu untuk jadwal Pemira akan menyesuaikan timeline dari ormawa. Oleh karena itu, pihak KPR belum bisa menyebarluaskan agenda Pemira yang baru, “Panitia telah memberikan timeline sementara ke pihak BEM di Kementerian Dalam Negeri guna reschedule kegiatan ormawa termasuk Pemira,” ujarnya. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Faishal Ali selaku ketua BPM yang menyatakan jika mereka sudah melakukan koordinasi, “sudah kami lakukan koordinasi dengan KPR guna membahas pelaksanaan Pemira dan ketika situasi telah kondusif akan dibuat dasar hukumnya,” ujar Faishal.

Tidak dapat berjalan sesuai dengan yang dijadwalkan, Pemira tahun ini menimbulkan kendala bagi peserta Pemira. Menurut calon Presiden Mahasiswa (capresma) nomor 01, terhambatnya agenda Pemira membuat mereka mengubah perencanaan dalam menggait massa. “Saat ini bagi saya (sebagai calon) untuk menggait massa juga menjadi hambatan, karena saat ini bukan saat yang tepat buat kampanye,” ujar Yudhistira.

Dari pasangan capresma nomor 02, Feri Andrian merasa kehilangan momentum sehingga fokus mereka menjadi terbelah, terlebih saat ini perhatian mahasiswa tidak lagi pada Pemira. “Saya melihat hal ini ada dua dampak yang saya rasakan yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dampak positifnya kita bisa mempersiapkan lebih matang lagi, sedangkan dampak negatifnya yaitu semangat mahasiswa melihat nuansa dari kampus sudah menurun,” ujarnya. Sejalan dengan kedua capresma tersebut, Fa’izal Zuhdi Mubarok sebagai calon anggota BPM dari Jurusan Akuntansi turut menyayangkan mundurnya Pemira. “Usaha-usaha yang telah dilakukan untuk membangun demokrasi guna meningkatkan partisipasi pemilih ditakutkan akan sia-sia,” ujarnya.

Dampak mundurnya kegiatan Pemira juga dirasakan semua pihak termasuk BEM. Agus Fauzan Dewantoro, Presiden Mahasiswa saat ini mengakui terkena imbas dari mundurnya Pemira. “Seharusnya bulan-bulan ini dibentuk kabinet baru sehingga periodisasi belum dapat dilakukan dengan kata lain belum ada Presiden Mahasiswa yang baru,” ujar Fauzan. Ia juga mengatakan jika Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) dan kegiatan regenerasi beberapa ormawa harus ditunda.

Beberapa Ormawa turut merasakan dampak dari mundurnya Pemira. Rahmat Hidayat selaku Ketua Umum UKM Sport mengatakan jika dampak dari mundurnya kegiatan Pemira menyebabkan agenda dari UKM Sport ikut mundur. Senada dengan Rahmat, menurut Bima Desyam sebagai Leader Polytechnic English Conversation Club (PECC) mengatakan jika mundurnya Pemira membuat regenerasi pusat akan mundur yang berdampak untuk ormawa. “Misal pemira jadinya online KPR bisa berkolaborasi dengan seluruh Ormawa dan Badan Semi Otonom (BSO) yang ada buat publikasinya, semakin lama tidak terdengar semakin mudah dilupakan, dan akhirnya euforianya malah hilang,” pungkas Bima.

Rara, Disa

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai