Tangis Haru dari Penderita AIDS dalam Pentas Apresiasi KonSeP

Salah satu penderita AIDS sedang membacakan puisinya. Dok. Hasan

Polines, Dimensi (09/12) – Komunitas Seni Polines (KonSeP) menampilkan Pentas Apresiasi sebagai inovasi karya dalam rangka memperingati hari Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) – sedunia pada Minggu (08/12) di Ruang Serba Guna (RSG) Politeknik Negeri Semarang (Polines). Acara yang dimulai pukul 18.00 WIB ini bertujuan untuk mengapresiasi para penderita AIDS. Meriahnya penampilan yang disuguhkan terasa lengkap dengan turut mengundang Yayasan Rumah Aira ditemani sorakan penonton yang memenuhi Ruangan.

Pentas Apresiasi dikonsep sedemikian rupa dengan merangkai acara menjadi sub-sub bagian yang dijeda sehingga bentuknya seperti ice breaking. Melati Sarasvati selaku Ketua Pelaksana mengatakan bahwa acara ini sengaja dibuat seperti ice breaking supaya tidak terlalu formal dan bisa lebih santai. Perpaduan sub seni yang terdiri dari 4 tarian berbeda, 2 kali penampilan teater, paduan suara, musik yang mengiringi setiap acara dan tak lupa juga live Mural. Diikuti dengan pemaparan cerita oleh Mama Lena yang ditambahi sedikit sesi tanya jawab yang mengedukasi tentang AIDS. “Sebenarnya sesi tanya jawab tidak ada di rundown, tetapi Mama Lena membukanya sendiri dan alhasil malah membuat penonton merasa teredukasi, “ ungkap Melati.

Puncak penampilan pentas apresiasi ini memberikan ruang bagi penderita AIDS untuk membacakan puisi mengenai cita-citanya. Lewat si Rafa, anak kecil yang maju dengan membacakan puisinya tersebut sontak membuat haru penonton. Dia adalah satu dari sekian anak penderita AIDS yang patut diapresiasi atas perjuangannya mempertahankan hidup dari penyakit yang dideritanya. “Kami ingin memperlihatkan bahwa manusia-manusia tegar ini tidak sepatutnya dijauhi oleh masyarakat hanya karena penderita AIDS, ” tegas Ardianto Rizki Barata selaku Ketua konSeP 2019. Selain apresiasi pada penderita AIDS, acara yang menyuguhkan tampilan seni dan kreasi ini dijadikan sebagai jembatan untuk tetap mengapresiasi anak-anak konSeP yang belum pernah tampil di program kerja (Proker) KonSeP. “Pentas ini sebenarnya adalah jembatan untuk yang belum pernah tampil kita berikan wadah kepada mereka untuk menunjukan bakatnya,” tambah Ardianto.

Hal yang menjadi kendala dan bahkan tantangan bagi KonSeP sebelum terselenggaranya pentas apresiasi ini adalah keinginan mengapresiasi karya film dari Garin Nugroho berjudul “Kucumbu Tubuh Indahku” yang rencananya akan disuguhkan dalam bentuk screening, tetapi secara tegas institusi melarangnya. “Kita udah ke Jogja untuk melakukan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan film maker fourcolors. Namun, institusi tidak tahu perjuangan kami yang telah merancang sejak awal. Mungkin itu yang menjadi kendala paling berat,” pungkas Melati. Ia merasa kecewa karena tujuan untuk mengapresiasi film “Kucumbu Tubuh Indahku” telah gugur.

Pentas yang ditampilkan ini menyisakan kesan tersendiri bagi masing-masing orang, baik itu panitia ataupun penonton dan pengisi acara. Salah satu penonton bernama Ria Dinata dari Jurusan Administrasi Bisnis, ia mengharapkan jika ke depannya mahasiswa Polines dapat lebih mengapresiasi karya seni dari KonSeP ini, “Penontonnya masih kurang dan yang datang sedikit. Mungkin tahun depan bisa menarik penonton lebih banyak lagi,” ujar Ria. Selain itu, Melati berharap semoga pentas apresiasi ini dapat terus dilaksanakan dengan ide yang lebih baik lagi dan dapat berkesan bagi setiap penikmatnya. “Semoga bisa terus berjalan dengan konsepan yang kreatif dan inovatif di setiap periodenya masing-masing,” jelas Melati. (Manda, Wahyu)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai