WaRNA Usai, Mari Tilik Masalah yang Belum Tuntas Dibaliknya

Penegak tata tertib menginspeksi maba saat pagi hari. Dok. Tindy

DIMENSI (31/08) – Wawasan Almamater dan Orientasi Akademik (WaRNA) yang dilaksanakan di Politeknik Negeri Semarang (Polines) sejak tanggal 27-29 Agustus 2019 telah usai. Namun masih ada beberapa masalah yang belum diselesaikan seperti adanya tindakan perusakan tas mahasiswa baru (maba) yang secara tidak sengaja dilakukan oleh Petugas Penegak Tata Tertib (Tatib), pelanggaran berupa pengucapan kata-kata kasar, serta kesalahan pada penulisan dalam Term Of Reference (TOR) yang diterima Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

Rusaknya Tas Maba

Kami sudah mencoba menghubungi maba terkait untuk meminta keterangan perihal kronologis kejadian. Namun, maba tersebut enggan berkomentar. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari Yudhistira Wisnu selaku Penanggung Jawab (PJ) Tatib, kejadian tersebut terjadi saat hari pertama WaRNA tepatnya saat dilakukan inspeksi pada pagi hari. “Iya itu saat inspeksi. Karna harusnya sebelum masuk lapangan, panitia minta maba harus sudah diinspeksi,” jelas Yudhistira.

Kemudian kami juga mendapatkan keterangan dari narasumber yang tidak mau disebutkan namanya, yang kebetulan melihat insiden tersebut. Narasumber menyampaikan bahwa rusaknya tas maba merupakan suatu unsur ketidaksengajaan, karena pada saat itu maba terkait (yang tasnya tidak sengaja dirusak) menerobos masuk bersama maba lainnya ke lapangan sebelum dilakukannya inspeksi, kemudian tatib mencoba menghalau dengan menarik tas dari salah satu maba, dan mengakibatkan tas maba terkait rusak.

Dalam rangka memecahkan masalah tersebut, diadakan mediasi sebanyak dua kali. Mediasi pertama pada Rabu (28/08) yang dihadiri oleh maba terkait, perwakilan panitia, perwakilan tatib dan pihak Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) selaku penengah. Mediasi berakhir damai dan pelaku telah dimaafkan. Namun pada hari terakhir WaRNA, tepatnya sebelum dilaksanakannya aksi oleh kelima jurusan, maba terkait mengungkapkan bahwa dirinya ingin mengetahui siapa pelaku perusakan tersebut. Hal ini dikarenakan adanya dorongan dari pihak luar. Menyikapi hal tersebut, Adam mengusulkan mediasi yang kedua kalinya pada Jumat (30/08) dan disetujui oleh maba terkait. Hingga dilaksanakannya mediasi yang kedua, pelaku perusakan tas belum ditemukan dan kembali berakhir damai dengan dimaafkannya si pelaku.

Pelanggaran Secara Verbal Oleh Pengawas Internal BEM

Permasalahan kedua yaitu pelanggaran berupa pengucapan kata-kata yang kurang pantas. Situasi pada saat itu memang cukup ricuh atau tak terkendali saat maba teknik mesin mulai memprovokasi jurusan lain untuk ikut dalam aksinya. Melihat situasi yang mulai tidak kondusif tersebut menyebabkan Menteri Koordinator Eksternal BEM, Muhammad Shofi Ashiddiqi bereaksi dengan mengeluarkan kata-kata kurang sopan. Saat dimintai keterangan, Ashiddiqi mengaku bahwa ia spontan mengucapkan kata-kata tersebut. “Sebenarnya karena kondisi emosi yang sudah lelah dan capek seharian dan ditambah dari maba mesin yang memprovokasi ke semua maba lainnya. Manusia mana sih, yang tidak tersulut, emosinya lepas kendali. Itu kan wajar. Iya, saya akui memang itu salah,” ucap Ashiddiqi.

Namun, menurut keterangan dari Yudhistira bahwa Ashiddiqi bukan termasuk dari susunan kepanitiaan. “Di situ Ashiddiqi diberi amanah dari pihak BEM untuk mengawasi kinerja sie dan memberi saran ke setiap sie, karena seluruh menteri BEM juga diberi amanah seperti itu tetapi nggak masuk kepanitiaan,” jelas Yudhistira. Ia juga menambahkan bahwa meskipun itu pelanggaran tetapi tidak bisa ditindaklanjuti. “Nah itu yang masih dibingungkan, karena nggak ada aturan yang dibuat BEM yang mengatur tentang hal itu.” Jelasnya.

Memang bila kita menilik Ketetapan (Tap) BPM Nomor: 005/TAP/WaRNA/BPM-POLINES/2019 Tentang Peraturan Tata Tertib Wawasan Almamater dan Orientasi Akademik (WaRNA) tahun 2019 tidak terdapat pasal dan ayat yang mengatur sanksi bagi yang bukan panitia maupun peserta yang melanggar peraturan.

Menanggapi hal tersebut, Faishal selaku Ketua BPM mengatakan bahwa semua pihak seharusnya bisa lebih bijak dalam berucap. “Seharusnya semua pihak bisa lebih bijak lagi. Nantinya masalah tersebut akan dibahas BPM selaku pengawas yang memiliki wewenang sesuai mekanisme yang berlaku,” jelas Faishal.

Kesalahan Penulisan di TOR yang Diterima Ketua HMJ

Tak hanya sampai di situ saja, permasalahan yang terjadi dalam penulisan TOR WaRNA menuai kritikan dari Ketua Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM), Satria. Dalam TOR disebutkan bahwa WaRNA merupakan acara rutin tahunan yang diselenggarakan oleh BEM, bukan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polines. Hal tersebut dianggap Satria tidak sesuai dengan apa yang dibicarakan Adam saat kumpul pertama setelah Kongres Mahasiswa (KM) dengan ketua Organisasi Mahasiswa (Ormawa) saat membahas WaRNA. “Aku nggak masalah misal BEM jadi koordinator terus diambil alih sama KBM, juga sudah aku tawarkan ke KBM. Kalian ingin proker ini (WaRNA) dipegang yang lain atau koordinatornya (penanggung jawab) dari BEM. Dan mereka milihnya opsi nomor dua,” ungkap Adam. Kemudian Satria menunjukkan ketidaksetujuannya terhadap penjelasan Adam, karena yang disampaikan Adam dengan yang tertulis pada TOR yang dibagikan ke Ketua HMJ justru tidak sesuai. “Bagi saya it’s okay mereka (BEM) bisa dikatakan panitia inti. Tetapi kalau menyebutkan itu acara tahunan BEM, bukan Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) Polines menurutku melenceng dengan apa yang diomongkan,” ujar Satria.

Di samping itu, Adam justru melontarkan pertanyaan retoris guna menanggapi pernyataan Satria, “Kalau tidak atas nama BEM tapi atas nama KBM, stempelnya pakai KBM? Yang tanda tangan seluruh Ketua Ormawa? Di proposal institusi menyebutkan, diadakan Polines melibatkan KBM,” jelas Adam.

Menanggapi hal tersebut, Faishal mengatakan bahwa kemungkinan itu hanya kesalahan dalam pengetikan saja. “Mungkin yang dimaksud di situ BEM sebagai koordinatornya,” jelas Faishal. Lebih lanjut Faishal mengatakan bahwa pada intinya, BEM sudah melibatkan semua unsur KBM dalam pelaksanaan WaRNA. Faishal juga mengingatkan kesepakatan yang diambil untuk menunjuk BEM sebagai koordinator WaRNA. “Jadi kalo dibilang BEM ingin menonjolkan dirinya di WaRNA kurang tepat, karena sebelumnya dari pihak ormawa juga sudah menyepakati hal tersebut,” pungkasnya. (Desy, Hanifah)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *