Tetap Perhatikan Kode Etik, Keberpihakan Jurnalis Tak Melulu Dilarang

Moderator bersama Elizabeth Yulianti dan Ichwan Prasetyo selaku pembicara seminar pada Selasa (7/8). Dok. Arizal

Surakarta, DIMENSI (7/8) – Elizabeth Yulianti dalam seminar yang diselenggarakan di Kongres Nasional Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) ke-14, mengungkapkan bahwa keberpihakan dibutuhkan oleh setiap jurnalis. Aktivis Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) sekaligus anggota Komunitas JeJer Wadon Solo ini menjelaskan bahwa seorang jurnalis tidak ada yang netral. Kata netral pun juga termasuk memihak dengan memperhatikan rambu-rambu yang ada di dalam kode etik jurnalistik dimana terdapat dua poin penting, yaitu yang pertama identitas tidak boleh disebarluaskan dan yang kedua tidak diperkenankan diskriminasi terhadap perbedaan jenis kelamin.

Pendidikan berbasis gender di era keterbukaan informasi adalah tema yang menjadi acuan dalam seminar berkelas nasional ini. Seminar yang dihadiri oleh Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) seluruh Indonesia kali ini juga turut mengundang aktivis Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ichwan Prasetyo, sebagai pembicara guna menekankan seluruh jurnalis untuk selalu berpihak kepada korban terutama soal gratifikasi seksual.

“Setiap kejadian yang bersangkutan dengan tindakan perempuan selalu diberikan embel-embel wanita yang cantik dan seksi. Tujuannya seolah-olah hanya untuk meningkatkan daya jual dan mengundang sensasi saja,” ungkap Elizabeth.

Adapun konten live di televisi yang memberitakan kasus pembunuhan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) terlihat menyantumkan identitas pelaku dengan jelas. Elizabeth mengaku bahwa kejadian tersebut dapat menyebabkan kekejaman berganda bagi korban dan keluarganya.

Para aktivis JeJer Wadon juga berhasil menerbitkan buku yang ditulis dari sudut pandang korban, terutama suara perempuan akibat tragedi krisis 1998 di Solo yang berisikan kepedihan, trauma, dan keputusasaan. Tindakan ini diambil sebagai gerakan literasi yang berbasis gender yang diyakini dapat membuka wawasan seorang wartawan dalam mewartakan dan membentuk opini masyarakat.

(Tim Reporter)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *