Sebuah Upaya Mengatasi Problematik Banjir di Kaligawe

Perwakilan dari Bapedda sedang memberikan sambutan dalam acara dialog interaktif bersama masyarakat dan pemerintah pada Sabtu (24/03) di Kantor Kelurahan Kaligawe. Dok.Wapalhi.

 

Semarang, DIMENSI (26/03) –  Air banjir menggenangi rumah-rumah warga Kaligawe ketika air laut pasang atau rob dan ketika musim penghujan.  Kaligawe, kawasan yang terletak di Kecamatan Gayamsari tersebut memang terkenal dengan wilayah yang terkena dampak  banjir. Hal tersebut jelas mengganggu aktivitas warga Kaligawe.  Walau menurut penuturan warga Kaligawe, air banjir tak separah dulu, hingga perlu adanya evakuasi ke tempat pengungsian.

“Sebenarnya yang paling krusial itu banjir. Dulu sebelum ada tol, banjirnya itu bisa sampai leher orang dewasa. Sekarang sudah mending walau masih banjir. Ini alhamdulillah pemerintah sedang pengerukan sungai,” kata Aan Ernawati, warga Kaligawe.

Usman Budi Raharjo selaku Lurah Kaligawe mengatakan bahwa penyebab utama banjir yaitu kondisi geografis Kaligawe yang cekung. Selain itu, ia menambahkan bahwa banyaknya debit air karena tidak terkontrolnya pompa air yang berada di Pucang Gading juga menjadi penyebab banjir. “Kalo pas daerah atas hujan dan pompanya tidak terkontrol ya banjir,” ugkapnya.

Proyek kolam besar di wilayah kelurahan Kaligawe adalah salah satu solusi mengatasi banjir  yang bertujuan menampung air hujan agar tak meluber di wilayah sekitarnya. Menurut Usman, selain berfungsi menampung air hujan, di sekeliling kolam besar akan dibangun taman sehingga dapat diupayakan tercapainya solusi banjir dan pendirian taman kota guna  mengubah pandangan masyarakat luar mengenai Kaligawe.

Problematik banjir di Kaligawe mengundang perhatian Wahana Pecinta Lingkungan Hidup (Wapalhi) Politeknik Negeri Semarang (Polines). Wapalhi mengadakan serangkaian kegiatan dalam rangka memperingati Hari Air Sedunia yang jatuh pada 22 Maret lalu. Mereka mengadakan rangkaian kegiatan pada 24-25 Maret 2018 lalu yang salah satu kegiatannya adalah dialog interaktif di kantor kelurahan Kaligawe. Kegiatan tersebut menghadirkan pihak masyarakat maupun pemerintah untuk bercengkrama mengenai keluh kesah masyarakat yang ada di Kaligawe dan program kerja pemerintah dalam rangka mengatasi problematik di Kaligawe mengenai banjir tiap musim penghujan.

“Kita menghadirkan beberapa perwakilan masyarakat seperti tokoh masyarakat, ibu-ibu PKK, Karang Taruna, dan seluruh Ketua RW juga dari pemerintah seperti DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah), DPU (Dinas Pekerjaan Umum) Kota Semarang, Badan Perencanaan Pembangunan (Bapedda) Kota Semarang, Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) provinsi Jawa Tengah, dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Di kegiatan ini, mereka dapat menyampaikan pertanyaan terkait program apa saja yang akan pemerintah lakukan untuk membenahi Kaligawe,” ujar Restu Burhanudin selaku ketua pelaksana kegiatan dalam memperingati hari air sedunia. Ia juga menambahkan bahwa kegiatan ini juga menjadi ajang masyarakat untuk berdialog langsung dengan pemerintah mengenai keadaan Kaligawe.

Salah satu upaya mengatasi banjir di Kaligawe sebagaimana dikatakan oleh perwakilan BBWS, pemerintah sudah berupaya mengatasi masalah ini dengan perencanaan pembangunan open space di sekitaran Banjir kanal Timur. Nantinya daerah Banjir Kanal Timur akan dijadikan seperti daerah Banjir Kanal Barat. Proyek ini dijadwalkan akan selesai kurang lebih dua tahun dan diramalkan setelah proyek ini selesai Kaligawe tidak akan banjir kembali.

Acara dialog interaktif menjembatani masyarakat dengan pemerintah, terlebih dengan mahasiswa sebagai penyelenggara. Hal tersebut dinilai Usman sangatlah bermanfaat sehingga dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat bahwa air ialah sumber kehidupan yang perlu dijaga. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa kegiatan semacam inilah seharusnya praktik mahasiswa di lapangan sebagai tanggung jawab moral terhadap masyarakat.

Berkaitan dengan itu, Okky Andaniswara selaku anggota Karang Taruna Kaligawe juga menyatakan bahwa kegiatan tersebut sangat bermanfaat sehingga nantinya mahasiswa lebih sering menyelenggarakan kegiatan yang terjun langsung ke masyarakat. “Kegiatan semacam ini bisa dilakukan berkelanjutan, jadi diadakan contohnya mengajak masyarakat untuk menjaga dan menata lingkungan. Tetapi juga perlu pemantauan setelahnya agar tujuannya benar-benar terlaksana. Jadi kalau diadakan pemantauan juga kan masyarakat lama-lama akan terbiasa menjaga kelestarian lingkungan mereka,” ucap Okky. (Lisa & Hanifah – magang)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *