YANG MUDA YANG BERKREASI
Mahasiswa yang memiliki nama lengkap Muhammad Yusuf Nasrullah ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir jurusan D3 Administrasi Niaga Polines. Mas Asrul panggilan akrabnya, pria kelahiran 27 Desember 1987. Sejak terdaftar menjadi mahasiswa baru ia sudah memiliki angan-angan untuk membuka jasa fotocopy di area Tata Niaga. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, ia mengikuti program PMW yang tiap tahun diselenggarakan oleh Ditjen Dikti. Pada awalnya dia dan beserta 2 rekannya menggagas sebuah ide untuk membuka bisnis Print Online yang berada di luar area kampus POLINES, namun ide tersebut urung dilakukan karena mengalami kesulitan dalam sistem kerjanya serta kenaikan harga drastis yang disebabkan Undip (Universitas Diponegoro) peleburan yang pindah ke Tembalang membuat harga kios yang semulanya Rp10-15 juta, naik menjadi Rp25juta.
Sebelum menyusun proposal, Mas Asrul dan timnya mengikuti magang industri disebuah jasa fotocopy milik almarhum bapak Heru di daerah Tegalsari selama satu bulan. Dengan adanya pelatihan kerja tersebut mereka belajar mengoperasikan mesin fotocopy, mesin pemotong kertas dan lainnya.
Awalnya Asrul Sutarjo, panggilan akrabnya di UKM Konsep, berencana untuk mendirikan jasa fotocopy di area kantin TANIA (Tata Niaga) karena di sana terdapat tempat yang luas untuk bekerja. Namun karena area tersebut direncanakan untuk kepentingan yang lain, Mas Asrul dan kawan-kawan memutuskan untuk mengajukan proposal kepada bapak Noor Ardiansyah selaku kajur Akuntansi guna memakai tempat di dekat koperasi HIMA.
Usaha penggandaan dokumen telah berhasil dibuka, tetapi dalam pelaksanaannya usaha ini masih menemui berbagai kendala seperti tempat yang sempit dan terpencil sehingga banyak mahasiswa yang tidak tahu akan keberadaan tempat fotocopy tersebut. Disamping itu usaha ini hanya mempunyai satu karyawan saja, sehingga memaksa Mas Asrul dan kedua rekannya bergantian untuk melayani pelanggan. Alasan lain yang diungkapkan Mas Asrul yaitu masalah pembagian waktu antara mengurusi bisnis dan menyelesaikan TA.
Rencana kedepannya bila usaha fotocopy ini sukses, mereka akan membuka fotocopy lain di area kampus namun diluar POLINES. Bila ditanya mengapa mereka berencana untuk membuka usaha fotocopy lagi, karena pangsa pasar di daerah sekitar kampus sangat memungkinkan untuk mengembangkan usaha ini.
“Sebisa mungkin kita harus menciptakan lapangan kerja, bukan kita yang ikut kerja. saat ini semuanya serba mudah. Untuk berjualan kita tidak perlu berjalan dari pintu ke pintu. Membuka usahapun tidak hanya berkutat pada penjualan makanan maupun barang dagangan saja. Dengan kreativitas kita dapat menciptakan peluang usaha dengan harga yang bisa kita tentukan sendiri.” tutup Asrul Sutarjo. [ratih-mgg]
Sebelum menyusun proposal, Mas Asrul dan timnya mengikuti magang industri disebuah jasa fotocopy milik almarhum bapak Heru di daerah Tegalsari selama satu bulan. Dengan adanya pelatihan kerja tersebut mereka belajar mengoperasikan mesin fotocopy, mesin pemotong kertas dan lainnya.
Awalnya Asrul Sutarjo, panggilan akrabnya di UKM Konsep, berencana untuk mendirikan jasa fotocopy di area kantin TANIA (Tata Niaga) karena di sana terdapat tempat yang luas untuk bekerja. Namun karena area tersebut direncanakan untuk kepentingan yang lain, Mas Asrul dan kawan-kawan memutuskan untuk mengajukan proposal kepada bapak Noor Ardiansyah selaku kajur Akuntansi guna memakai tempat di dekat koperasi HIMA.
Usaha penggandaan dokumen telah berhasil dibuka, tetapi dalam pelaksanaannya usaha ini masih menemui berbagai kendala seperti tempat yang sempit dan terpencil sehingga banyak mahasiswa yang tidak tahu akan keberadaan tempat fotocopy tersebut. Disamping itu usaha ini hanya mempunyai satu karyawan saja, sehingga memaksa Mas Asrul dan kedua rekannya bergantian untuk melayani pelanggan. Alasan lain yang diungkapkan Mas Asrul yaitu masalah pembagian waktu antara mengurusi bisnis dan menyelesaikan TA.
Rencana kedepannya bila usaha fotocopy ini sukses, mereka akan membuka fotocopy lain di area kampus namun diluar POLINES. Bila ditanya mengapa mereka berencana untuk membuka usaha fotocopy lagi, karena pangsa pasar di daerah sekitar kampus sangat memungkinkan untuk mengembangkan usaha ini.
“Sebisa mungkin kita harus menciptakan lapangan kerja, bukan kita yang ikut kerja. saat ini semuanya serba mudah. Untuk berjualan kita tidak perlu berjalan dari pintu ke pintu. Membuka usahapun tidak hanya berkutat pada penjualan makanan maupun barang dagangan saja. Dengan kreativitas kita dapat menciptakan peluang usaha dengan harga yang bisa kita tentukan sendiri.” tutup Asrul Sutarjo. [ratih-mgg]
Advertisements
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam