Perbedaan Kurikulum Sebabkan Dua Prodi Tak Bisa Ikuti Kampus Merdeka

SE Dirjen Diksi Nomor 4456/D.D4/KK.04.04/2021 perihal Kampus Merdeka Vokasi
Dok. Pribadi

Polines, Dimensi (02/08) – Mengacu pada Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Diksi) nomor 4456/D.D4/KK.04.04/2021 perihal Pendaftaran Program Kampus Merdeka Vokasi 2021: Beasiswa Microcredentials Bermagang dan Studi Independen Bersertifikat, Diksi, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristekdikti) telah meluncurkan Program Kampus Merdeka Vokasi 2021. Namun, program yang dilaksanakan melalui Beasiswa Microdentials Bermagang dan Studi Independen Bersertifikat ini tidak dapat diikuti  oleh dua Program Studi (Prodi) di Politeknik Negeri Semarang (Polines) yaitu Teknik Mesin (ME) dan Konversi Energi (KE), karena adanya perbedaan kurikulum yang diterapkan.

Perbedaan kurikulum tersebut disampaikan oleh Ketua Prodi (Kaprodi) ME, Riles Melvi Wattimena. Ia mengatakan bahwasannya kurikulum yang digunakan di Prodi ME sendiri masih menggunakan kurikulum 2015, dimana Program Magang yang diterapkan hanya selama tiga bulan. “Jika mengikuti Program Kampus Merdeka yang mana mahasiswa magang selama enam bulan di industri, kurikulumnya belum siap. Jadi tidak dapat dilakukan,” jelas Riles. Lebih lanjut, Riles menambahkan bahwa terdapat kuliah praktik dan teori yang tidak dapat ditinggalkan oleh mahasiswa. “Perkuliahan praktik dan teori selama sembilan minggu setelah magang tidak bisa digantikan apabila masih mengikuti magang di industri,” imbuhnya.

Disisi lain, Wahyono selaku Kaprodi KE, menjelaskan bahwa prodi KE telah menyusun kurikulum dari kampus merdeka setahun yang lalu. “Sebenarnya prodi KE sudah melakukan Program Kampus Merdeka ini dari setahun lalu, yaitu KKN Tematik selama dua bulan, yang dapat digunakan sebagai pengganti magang,” paparnya. Namun, ia menambahkan bahwa hal ini pada akhirnya menuai permasalahan, penggantian magang tersebut belum dapat diakui Institusi karena tidak sesuai dengan kompetensi Prodi KE. “Permasalahan ini dikarenakan kurang adanya sosialisasi dari pimpinan kepada civitas akademika, sehingga terjadi kesalahpahaman,” ungkapnya.

 Adanya perbedaan kurikulum dan permasalahan penggantian magang tersebut, pada tahun ini Kaprodi KE belum mengizinkan mahasiswanya mengikuti Program Kampus Merdeka. “Jika ada mahasiswa yang ingin mencoba kami persilakan daftar, tetapi kami mewanti-wanti karena kurikulum magang prodi KE ini masih satu bulan. Dikhawatirkan tidak bisa sinkron dengan jadwal yang ada,” jelas Wahyono.

Menanggapi hal ini, Alia Dwi salah satu mahasiswa Prodi KE mengatakan bahwa menurutnya, Program Kampus Merdeka ini justru sebenarnya dapat membantu mahasiswa mendapatkan tempat magang. “Sekarang ini banyak perusahaan yang tidak membuka magang untuk mahasiswa dan program tersebut menyediakannya secara resmi,” ucapnya. Terkait adanya kendala, Alia berharap kedepannya Polines dapat mempersiapkan dan mensosialisasikan Program ini kepada mahasiswa maupun dosen dengan baik. “Sosialisasi perlu digiatkan karena tahun ini saja beberapa mahasiswa dan dosen belum terlalu paham,” pungkas Alia.

(Reitha, Tania)

Advertisements

Mungkin Anda juga menyukai