Tindak Lanjut Golput Pemira: Tak Ada Sanksi yang Memberatkan Mahasiswa
Polines, DIMENSI (29/07) – Pelaksanaan Pemilihan Raya (Pemira) Serentak 2020 sebagai puncak pesta demokrasi telah berlangsung secara daring sejak Rabu (22/07). Pemira yang diselenggarakan bagi seluruh mahasiswa aktif Politeknik Negeri Semarang (Polines) pun telah dilaksanakan sesuai jadwal dan sesi yang ditetapkan. Namun, terhitung sejak hari pertama hingga hari ini (29/07) masih terdapat mahasiswa yang belum memberikan hak pilihnya atau golput. Kendati demikian, tidak ada pemberlakuan sanksi yang memberatkan bagi mahasiswa yang golput.
Sistem daring yang digunakan dalam Pemira tahun ini cukup memudahkan pemilihnya dalam menggunakan hak suara. Selain itu, pemilih juga dapat melihat seberapa besar partisipasi mahasiswa Polines dalam mengunakan hak suaranya. Irhamul Umam selaku tim server dari Polytechnic Computer Club (PCC) mengatakan bahwa partisipasi suara dari mahasiswa dapat dilihat dengan mengakses link quickcount yang telah disediakan. “Persentase partisipan keseluruhan dapat dilihat pada diagram total suara Presma, sedangkan persentase partisipan per jurusan dapat dilihat pada diagram total suara per jurusan,” ujar Irhamul.
Ketua Pelaksana Pemilihan Ketua Himpunan (Pilkahim) Mahasiswa Elektro, Furdany Agata memaparkan bahwa partisipan mahasiswa Jurusan Elektro yang mengikuti Pemira pada Kamis (23/07) terhitung hanya sekitar 83,35% dari keseluruhan mahasiswa di Jurusan Elektro. “Masih ada mahasiswa yang belum mengikuti pemilihan, sehingga mereka dianjurkan untuk mengikuti Pemira di hari susulan,” ungkap Furdany. Hal ini dilakukan sebagai toleransi bagi mahasiswa yang terkendala sinyal atau paket data dalam melakukan pemilihan, sehingga mereka tetap bisa menggunakan hak pilihnya.
Sama halnya dengan Furnady, Ahmad Afif selaku Ketua Komisi Pemilihan Raya (KPR) juga menganjurkan agar sebisa mungkin mahasiswa yang belum menggunakan hak pilihnya mengikuti Pemira susulan pada Rabu (29/07). Walaupun sebenarnya tidak ada sanksi tegas yang akan diberikan bagi mahasiswa yang golput. “Tidak ada sanksi yang diberikan, tetapi sebaiknya sebisa mungkin mahasiswa memberikan hak suaranya untuk memilih pemimpin di KBM Polines,” ujar Afif.
Senada dengan Afif, Satria Wisnu selaku Ketua Himpunan (Kahim) Jurusan Mesin mengatakan bahwa tidak ada pemberlakuan sanksi bagi mahasiswa yang golput di Jurusan Mesin. “Koordinasi dari Ketua Jurusan dan Pembina kepada himpunan memutuskan bahwa tidak adanya pemberian sanksi bagi mahasiswa yang golput,” ujar Satria.
Tak jauh beda dengan Jurusan Mesin, Erwin Rizky selaku Kahim Jurusan Administrasi Bisnis pun mengatakan tidak diberlakukannya sanksi bagi mahasiswa yang golput, namun diharapkan mahasiswa sebisa mungkin dapat berpartisipasi dalam Pemira. “Kita hanya dapat menghimbau, dikarenakan jika terlalu ditekankan hanya akan mengarah pada sesuatu yang bersifat paksaan,” ucap Erwin. Sama seperti Jurusan Mesin dan Administrasi Bisnis, Sita Permatasari selaku koordinator Pilkahim Akuntasi dan Muhammad Hanif selaku Kahim Mahasiswa Sipil terpilih pun menyatakan bahwa tidak ada pemberlakuan sanksi bagi mahasiswa yang golput.
Beda halnya dengan Jurusan Elektro, mereka tetap memberlakukan sanksi bagi mahasiswa yang golput, namun sanksi yang diberikan bukan sanksi fisik. Furdany menerangkan bahwa dalam keadaan pandemi ini tidak memungkinkan memberikan sanksi yang memberatkan mahasiswa. “Kita akan menghubungi mahasiswa yang bersangkutan dan menanyakan alasan tidak mengikuti pemilihan sesuai yang dijadwalkan. Selanjutnya mereka diminta untuk membuat surat pernyataan disertai dengan alasannya,” ujar Furdany. Sanksi ini bertujuan agar hasil suara kesuluruhan dapat dijadikan bukti atau arsip oleh Himpunan Mahasiwa Elektro (HME) baik yang valid maupun golput.
Terlepas dari tidak adanya sanksi fisik yang memberatkan, mahasiswa dinilai perlu menggunakan hak suara sebaik-baiknya. Syah Rizal sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Elektro mengungkapkan bahwa mahasiswa yang tidak mengikuti pemilihan telah sia-sia tidak menggunakan hak suara dan hak pilih yang dimiliki. “Kita sudah cukup dimudahkan oleh panitia dalam hal akses, hanya login menggunakan NIM dan password. Tentunya akan sia-sia jika tidak digunakan,” ungkapnya.
Pemira tahun ini menjadi tahun pertama dilakukannya pemilihan serentak secara daring yang menggabungkan pemilihan antara Calon Presiden Mahasiswa (Capresma) dan Calon Wakil Presiden Mahasiswa (Cawapresma) dengan Calon Kahim. “Saya dan teman-teman sudah berusaha semaksimal mungkin dan kita sudah merasa cukup puas dengan hasil yang ada,” ujar Afif.
Namun, Afif menyarankan agar pemilihan tahun depan dilaksanakan secara offline, dikarenakan pemilihan secara daring menyita banyak waktu dan sering terjadi kendala dalam teknis pelaksanaanya. Meskipun demikian, mahasiswa yang menggunakan suaranya dalam pemilihan tahun ini meningkat. “Sebenarnya Pemira secara daring ini menyita banyak waktu. Tetapi, tahun ini mahasiswa yang menggunakan hak suaranya meningkat 20%, bahkan lebih dari tahun sebelumnya” pungkas Afif.
(M. Resky Efendi, Rosita Galuh Wulandari)
tangkap mulyono
Mesin memang tidak bisa diatur, namun memiliki aturan tersendiri. PPM masih berjalan lancar tapi berjalan dibalik layar
Mesin memang tidak bisa diatur, namun tetap memiliki aturan tersendiri. PPM tetap berjalan namun dibalik layar
baguss lillll 👌
Font artikel lpm tipis banget, warnanya juga tidak hitam